KOTA (RP) - Cerpen berjudul ‘’Lelaki Setengah Abad’’ karya Deswanisa Fajrina (SMA Plus Provinsi Riau) keluar sebagai juara pertama dalam Lomba Menulis Cerpen Remaja Balai Bahasa Provinsi Riau 2013. Cerpen ini mengungguli ratusan cerpen lainnya yang masuk ke panitia, yang rata-rata ditulis oleh siswa SMA dan SMP dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan universitas di Riau.
Dalam rapat penjurian akhir, Senin (23/9) di Balai Bahasa Riau, dewan juri yang terdiri dari Drs Agus Sri Danardana M Hum (ketua), Abel Tasman dan Hary B Kori’un, menilai, cerpen yang bercerita tentang pencarian seorang anak terhadap siapa ayahnya ini memiliki kualitas yang relatif lebih baik dari cerpen-cerpen lainnya. Menurut Agus Sri Danardana, cerpen tersebut kuat pada kemampuan bercerita (narasi), penggambaran suasana (deskripsi), penokohan, ide dan isi cerita.
‘’Dari banyak sisi, cerpen tersebut memang lebih unggul dibanding yang lainnya,” jelas Danardana yang juga Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau itu.
Di bawah “Lelaki Setengah Abad”, cerpen “Omak” karya Inna Nur Hasanah (Fakultas Tarbiyah UIN Suska) meraih posisi kedua, disusul cerpen “Kenapa Aku Tidak Boleh Melihat Ayahku?” karya Michiko Jamilah Frizdew di peringkat ketiga. Tiga juara harapan masing-masing adalah cerpen “Terjerat” karya Hairatunnisa (MAN 2 Model Pekanbaru) sebagai juara harapan I (peringkat 4), “Membayar Empat Hari” karya Garin Frige Jantra (SMU Plus Riau) sebagai juara harapan II (peringkat 5), dan “Tangan untuk Piano Melodi” karya Amelia Liliska Damanik (SMA 1 Rengat) sebagai juara harapan III (peringkat 6).
Selain memilih juara dan juara harapan, dewan juri juga memilih empat cerpen lainnya yang masuk dalam 10 besar. Keempat cerpen tersebut adalah “Aku Ingin Memanggil Dia Ayah” karya Rahmat Qodri (SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru), “Takdir dan Uwan” karya Khairani Fitri Kananda (MAN 2 Model Pekanbaru), “Fajar di Negeri Asap” karya Reni Roswita Nazar (MAN 2 Model Pekanbaru), dan “Kehidupan dalam Tiga Tinta” karya Cindi Aulia Pratiwi D (SMA Cendana Rumbai).
Ditambahkan Danardana, meski dewan juri tidak menemukan cerpen yang benar-benar istimewa dan langsung membuat para juri jatuh hati, namun dalam penyelenggaraan tahun ini, ada peningkatan kualitas di hampir semua cerpen yang ikut lomba. Selain itu, persebaran peserta juga meluas. Jika sebelumnya ada puluhan peserta hanya dari satu sekolah, sekarang pesertanya berasal dari berbagai sekolah dan universitas yang ada di Riau.
“Ini pertanda baik bagi perkembangan penulisan cerpen, terutama di kalangan remaja atau siswa di Riau. Kami akan terus berupaya mempertahankan lomba ini setiap tahun, dan semoga jumlah peserta maupun kualitas karya setiap tahunnya juga meningkat,” jelas penulis buku Anomali Bahasa ini.
Salah seorang panitia pelaksana, Sarmiati Simatupang SS, menjelaskan, sebelum menggelar lomba ini, Balai Bahasa lebih dulu menyelenggarakan bengkel penulisan dan apresiasi sastra, beberapa bulan sebelumnya. Ketika itu, beberapa sastrawan yang diundang menjadi intruksturnya antara lain Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar, Marhalim Zaini, dan Hary B Kori’un (Riau). Beberapa peserta yang ikut dalam bengkel penulisan dan apresiasi sastra tersebut mengikutkan karyanya dalam lomba ini.(mar)