Kualitas Udara Riau Masih Kategori Aman

Pekanbaru | Kamis, 24 Agustus 2023 - 09:53 WIB

Kualitas Udara Riau Masih Kategori Aman
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Ramlan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Beberapa hari terakhir Kota Pekanbaru dan beberapa wilayah di Provinsi Riau lainnya kerap diselimuti kabut tebal saat dini hari hingga terbitnya matahari. Masyarakat pun berasumsi Riau sudah dikepung kabut asap dengan kualitas udara yang tidak sehat bagi kesehatan.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Ramlan, Rabu (23/8) menjelaskan, hingga kini kualitas udara di Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru masih cukup baik. Hal ini terlihat di alat ukur yang dimiliki oleh BMKG melalui https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg.


Dari data yang BMKG, Rabu (23/8), dapat dilihat Konsentrasi Partikulat (PM10) di Pekanbaru pada pukul 01.00 WIB menunjukkan angka 64.10 ugram/m3. Selanjutnya pada pukul 02.00 WIB, turun sedikit di angka 52.80 ugram/m3. Angka tersebut menunjukkan kualitas tidak sehat atau berada di level kuning, namun berangsur turun ke level biru atau sedang.

Informasi Konsentrasi Partikulat (PM2.5), Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode penyinaran sinar beta (beta attenuation monitoring) dengan satuan mikrogram per meter kubik (µm/m3).

Kualitas udara ini terdiri lima level yaitu, untuk udara sehat ditandai dengan warna hijau dengan konsentrasi partikulat berkisar 0-15,5 ugram/m3. Sedangkan udara kategori sedang ditandai warna kuning dengan konsentrasi partikulat berkisar 15,6-55,4 ugram/m3.

Udara tidak sehat ditandai warna cokelat dengan konsentrasi partikulat 55,5-150,4 ugram/m3. Sementara udara sangat tidak sehat ditandai warna merah dengan konsentrasi partikulat 150,5-250,4 ugram/m3.  Untuk udara berbahaya ditandai warna hitam 250,4 dengan konsentrasi partikulat lebih besar 250 ugram/m3.

“Memang konsentrat atau kualitas udara di Kota Pekanbaru berada di level tidak sehat, dan sempat tertahan di permukaan karena pengembunan sehingga pergerakan udara ke atas agak melambat,” ucapnya.

Lanjut Ramlan, alat ukur yang digunakan oleh BMKG melakukan pengukuran secara realtime dan dapat dilihat oleh masyarakat. “Kami bukan mengatakan alat ukur lain tidak akurat. Artian tidak sehat memang saat musim kemarau partikulat. Udara memang lebih didominasi oleh debu, namun bukan dikarenakan asap karhutla,” ucapnya.

Dikatakan Ramlan lagi, jika dibandingkan dengan Pulau Kalimantan yang kini tengah dikelilingi dengan kebakaran lahan yang cukup besar, menimbulkan kualitas udara yang sangat buruk bahkan masuk di level hitam.

Jika udara ditandai warna hitam 250,4 dengan konsentrasi partikulat lebih besar 250 ugram/m3 artinya sudah berbahaya bagi kesehatan manusia. “Jika sudah mencapai level merah dan hitam, sebaiknya gunakan masker saat beraktivitas di luar rumah,’’ ujar Ramlan.

‘’Tapi di Provinsi Riau karena masih adanya suplai masa uap air (awan hujan) dari Samudera Hindia maka Provinsi Riau kerap mengalami hujan dengan intensitas yang beragam,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau Mamun Murod saat dikonfirmasi perihal kualitas udara di Riau, khususnya di Pekanbaru, Rabu (23/8) mengatakan, hasil  pemantauan menyebutkan kondisi dalam kategori baik. “Untuk PM 25 dan HC dalam kategori sedang untuk ISPU-nya. Yang lainnya kategori baik,” sebutnya.

Sedangkan Kabid PPL-PLB3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru Mifta Nurawati Matin mengatakan,  selama ini kondisi kualitas udara di Pekanbaru belum terdapat dampak yang signifikan dari aktivitas kendaraan.

“Namun dari data yang dipantau oleh DLHK, kecenderungan kualitas udara Kota Pekanbaru menurun dikarenakan meningkatnya partikel debu dari kebakaran lahan yang arah anginnya ke Pekanbaru,” ujarnya.

DLHK Pekanbaru memantau kualitas udara dalam kondisi sedang. Artinya, kualitas udara di Kota Pekanbaru mengalami penurunan yang dari kondisi baik. “Kondisi kualitas udara dalam kondisi sedang, pada parameter PM2,5 dengan nilai ISPU 85. Di aman kategori sedang (51-100),” ujarnya.

Meski kualitas udara terjadi penurunan dan berada dalam kategori sedang. Hal itu masih aman buat kesehatan manusia. Kualitas udara sendiri dapat berubah setiap saat karena dipengaruhi oleh arah angin yang berhembus setiap saatnya. “Tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan,” tuturnya.

Namun, berdasarkan data dari IQAir Indeks Kualitas Udara (AQI) dan polusi udara PM2.5, udara di Kota Pekanbaru dan sekitarnya berada dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, Rabu (23/8).

Pantauan Riau Pos pada situs pemantau udara dan polusi IQAir, kualitas udara Pekanbaru dan sekitarnya pada angka AQI US 116, atau terjadi peningkatan di banding hari-hari sebelumnya yang masih di bawah angka 100.

Dari enam station pemantau kualitas udara IQAir di wilayah Pekanbaru sekitanya, lima titik di antaranya berwarna oranye, atau kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka di atas 100. Seperti di Perawang 143, Tenayan Raya 120, Petapahan 116, Pekanbaru 115, dan Cempaka Office 107. Sementara satu masih kuning, pada angka 55 atau dalam kategori sedang.

Data di IQAir, sejak Ahad (20/8) lalu, kondisi kualitas udara Pekanbaru sekitarnya berada dalam posisi sedang hingga Selasa (22/8). Dan baru, Rabu  (23/8) tidak sehat bagi kelompok sensitif yang juga diprediksi bakal kembali dalam kondisi kualitas udara serupa pada akhir pekan ini.

Atas kondisi ini, lantas bagaimana melindungi dari polusi udara di Kota Pekanbaru? Dijelaskan bagi kelompok sensitif, seperti anak-anak dan lansia serta orang berisiko direkomendasikan memakai masker di luar rumah, kemudian menyalakan penyaring udara di dalam rumah serta menutup jendela untuk menghinari udara luar yang kotor serta mengurangi aktivitas outdoor.

Berdasarkan data AQI di IQAir, terdapat angka 0-500. Di mana untuk 0-50 kategori bagus, 51-100 kategori sedang, 101-150 kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 301-500 berbahaya.

Dengan kondisi kualitas udara Pekanbaru sekitarnya tidak sehat untuk kelompok sensitif ini, maka setiap orang berisiko mengalami iritasi mata, kulit, dan tenggorokan serta masalah pernapasan. Masyarakat harus sangat mengurangi aktivitas di luar ruangan.

Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau Indra Yovi mengatakan, akibat udara yang tidak sehat, yang paling akan merasakan dampaknya yakni orang-orang yang berisiko dan anak-anak, apalagi mereka sudah punya masalah kesehatan pernapasan.

“Seperti punya penyakit TBC, asma dan kanker paru, itu akan langsung berdampak pada imunitas pernapasan mereka. Kemudian juga pada anak, mereka lebih rentan terkena ISPA, namun itu masih merupakan efek jangka pendek,” katanya.

Sementara itu, untuk efek jangka panjang tergantung pada seberapa parah polusi yang terjadi. Secara awam polusi tersebut juga dapat dilihat dari jarak pandang, di mana semakin pendek jarak pandang maka semakin berbahaya polusi yang terjadi. “Kalau di bawah 100 meter jarak pandang, itu berarti status polusinya hitam,” sebutnya.

Karena itu, pihaknya menyarankan jika melihat status kualitas udara tidak sehat, maka jika harus bepergian keluar rumah hendaknya menggunakan masker, terutama bagi kelompok rentan dan anak-anak. “Masker yang digunakan masker medis yang biasa saja, tidak perlu masker yang N95,” ujarnya. (ayi/sol/ilo)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook