ANAK JALANAN TANGGUNG JAWAB BERSAMA

Tambah Taman Bermain

Pekanbaru | Selasa, 24 Juli 2018 - 10:31 WIB

Tambah Taman Bermain
MENJEMPUT ANAK: Seorang ibu meluangkan waktunya menjemput dan melihat hasil pelajaran anaknya ketika pulang sekolah di SDN 105 dan juga bertepatan dengan Hari Anak Nasional, Senin (23/7/2018).

(RP ) - Memperingati Hari Anak Na­sional, Pekanbaru sebagai salah satu Kota Layak Anak dari lima kabupaten/kota lainnya di Provinsi Riau menjadi perhatian bagi banyak masyarakat. Tak terkecuali, dari psikolog.

Psikolog Anak sekaligus Dosen UIN Suska Riau Yurlita Kurniawati Asra MPSi kepada Riau Pos mengatakan, banyaknya ruang terbuka hijau (RTH) yang ada saat ini sangat bagus untuk mengakomodasi anak agar bisa bermain dan belajar cukup baik. “Terus bisa dilihat di arena car free day juga ada perpustakaan keliling, itu kan termasuk fasilitas yang sangat mendukung,” katanya, Senin (23/7).

Baca Juga :Anggota Polres Bengkalis Tertembak

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa anak-anak merupakan seseorang yang sangat perlu mendapatkan pendidikan, namun terbentur masalah ekonomi maka tanggung jawab pada masyarakat. “Kita sebagai masyarakat, dan Dinas Sosial juga juga ada tanggung jawab untuk hal itu. Bagaimana hak dia bisa terpenuhi, jangan sampai hak dia untuk bersekolah dan bermain itu bisa hilang,” ucapnya.

Apalagi dengan status Pekanbaru yang saat ini merupakan Kota Layak Anak, perlu adanya lagi tambahan arena taman bermain atau RTH. “Mungkin memang harus lebih ditingkatan supaya lebih terpenuhi lagi keperluan anak. Karena sebenarnya keperluan mendasar untuk anak itu kan adanya rasa aman dan nyaman. Di pendidikan formal pun, anak- anak pun tetap difasilitasi arena bermainnya,” jelasnya.

Untuk anak yang mengalami keterbatasan ekonomi, Yurlita mengatakan bahwa hal itu merupakan tanggung jawab bersama karena mereka memerlukan dukungan masyarakat.

 “Apalagi sering kita lihat ada anak-anak yang mengamen dengan cara mereka yang lucu dan lalu jadi bahan tertawaan bagi yang melihatnya. Lingkungan yang seperti itu sudah membuat mereka seperti itu, akhirnya mereka bekerja dan sudah kebal dengan perlakuan orang-orang di sekitarnya jadi mereka cuek saja. Mereka tidak peduli, yang penting keperluan mereka terpenuhi,” paparnya.

Kepada masyarakat yang melihat hal itu, ia berharap untuk tidak mencela dan menertawakan anak-anak seperti itu. Katanya, jika dilihat secara sepintas anak -anak tersebut memang seperti tidak memiliki beban.

“Karena lingkungan mereka seperti itu, seperti di lampu merah itu banyak. Di sana mereka itu menjadikan lingkungan lampu merah sebagai sarana mereka bermain. Mereka tidak peduli bahayanya mobil yang lewat, ya itulah mereka menjadikan itu sebagai sarana mereka bermain,” katanya lagi.

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa di balik anak-anak yang bekerja seperti mengamen, mengemis, menyemir sepatu, dan lain sebagainya anak-anak itu pasti punya orang dewasa yang bertanggung jawab di atasnya. “Jadi seolah-olah beban ekonomi yang ada pada orang tua ini diajaklah anaknya untuk menanggungnya,” pungkasnya.(cr9)

Laporan ADE CHANDRA, Kota









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook