PEKANBARU (RP) - Pendidikan yang terjadi sekarang cenderung hanya berbicara tentang angka-angka, menjadi ‘’penjara’’ bagi terdidik, dan tak memberi ruang bagi kebebasan berkreativitas.
Fenomena kekerasan, tawuran misalnya, adalah salah satu produk mampatnya kran kreativitas tersebut. Untuk itu, pendidikan berbasis seni, sastra, atau kebudayaan adalah salah satu pilihan dan jalan keluarnya.
Hal itu dikatakan SPN Marhalim Zaini ketika menjadi pembicara dalam acara Pengembangan Diri dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai Balai Bahasa Provinsi Riau di Hotel Rindu Sepadan, Rabu (21/3).
Menurut Marhalim, dalam kurikulum pendidikan kita sekarang, terdidik hanya menjadi robot yang hanya menerima apa yang diberikan di manapun dia mengenyam pendidikan.
‘’Ketika itu terjadi, kreativitasnya menjadi hilang dan akhirnya disalurkan pada hal-hal yang negatif. Fenomena tawuran di kalangan siswa dan mahasiswa, salah satunya karena sistem pendidikan kita yang tak membebaskan,’’ ujar mahasiswa Pascasarjana Jurusan Antropologi UGM tersebut. Marhalim berbicara tentang character building atau pendidikan watak dalam acara ini.
Acara yang ditaja oleh Balai Bahasa Riau selama tiga hari, mulai Selasa hingga Kamis (20-22) ini, menurut Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Drs Agus Sri Danardana M Hum, diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan pola pikir para pegawainya agar menjadi pegawai yang profesional di bidangnya.
‘’Ini kegiatan tahunan yang kami laksanakan untuk meningkatkan SDM pegawai Balai Bahasa Riau. Kami berharap, mereka akan menjadi profesional di bidangnya, juga memahami masalah administrasi dan kepegawaian karena hal itu juga sangat penting,’’ ujar Danardana.
Selain Marhalim, ada dua pembicara lain yang menjadi narasumber, yakni Mariyaldi SE Ak (Kasi Pelayanan Direktorat Jendral Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru) dan Drs Hidayat Sumantri (Kepala Bagian Hukum dan Kepegawaian Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).
Lebih lanjut Danardana menjelaskan, selain untuk meningkatkan SDM, juga dilakukan pelatihan penyusunan program kerja dan standar operasional prosedur (SOP) bagi pegawai. Hal ini dilakukan dalam rangka reformasi birokrasi dan persiapan remurenasi pegawai Balai Bahasa di seluruh Indonesia.
‘’Selain mendatangkan pembicara yang berkompeten di bidangnya, kami juga melakukan kegiatan outbond. Kami berharap, serangkaian acara yang kami selenggarakan ini akan semakin meningkatkan kinerja, kerja sama, dan menambah pola berpikir para pegawai yang sehari-hari hanya berkutat dalam penelitian, penyuluhan, serta kegiatan lain yang berkenaan dengan bahasa dan sastra,’’ jelas mantan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung ini.(hbk)