Laporan JOKO S dan ADRIAN EKO, Kota
BERBAGAI kalangan terus mengkritisi terkait dengan selembayung yang dijadikan sebagi motif dari tong sampah. Tidak terkecuali DPRD Kota Pekanbaru.
Dalam proyek bernilai miliaran milik pemerintah tersebut, menurut Wakil Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru, Ade Hartati MPd, tidak sepatutnya menjadikan selembayung sebagai motif tong sampah. ‘’Tidak sepatutnya motif selembayung yang mencirikan budaya Melayu itu ada di tempat tong sampah,’’ ujar Ade kepada Riau Pos Kamis (23/2), di DPRD Pekanbaru.
Hal itu menurut politisi PAN Pekanbaru ini akibat tidak ada perencanaan yang baik. Hal itu juga telah mencoreng salah satu ciri khas budaya Melayu Riau. Ketidaktahuan serta tidak dapat memposisikan budaya menjadi salah satu penyebabnya.
‘’Mungkin niatnya bagus dan kita apresiasikan itu. Namun harus diperhatikan norma dan kaidah dalam mengambil keputusan tentang motif tersebut,’’ tutur dia lagi.
Diharapkan dia, pemerintah terkait segera mengganti motif tersebut dengan yang lainnya sehingga tidak menjadi permasalahan yang berkepanjangan. Berkemungkinan besar keputusan menetapkan motif lembayung tersebut karena tidak bisa memposisikan budaya.
‘’Itu juga bisa jadi karena tidak mengenal budaya serta salah dalam memposisikan budaya. Tahu budaya tetapi tidak mengenal budaya, ya, jadinya seperti itu,’’ sebut dia.
Jangan Lihat Bentuk Tapi Fungsinya
Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT menilai penempatan selembayung di tong sampah tersebut sebagai hal yang sah-sah saja.
‘’Apa tong sampah itu membuatnya menjadi kotor, atau jelek? Saya melihat itu justru menjadi cantik dan indah. Jadi kalau menurut saya, penempatan selembayung itu sah-sah saja. Yang jelas jangan lihat bentuknya tapi fungsinya agar Pekanbaru bersih,’’ terang Wali Kota Pekanbaru, H Firdaus ST MT kepada Riau Pos Kamis (23/2), di Pekanbaru.
Sebelumnya, beberapa tong sampah cantik tiba-tiba sudah terpasang di sepanjang jalan di Kota Pekanbaru. Dengan dua warna yang mewakili peruntukannya seperti biru untuk organik dan warna kuning untuk an-organik. Namun, ada yang mengganjal ketika selembayung yang merupakan lambang Melayu justru terpasang di badan tong sampah yang terbuat dari fiber tersebut. Meski menyatakan hal tersebut sebagai hal yang biasa saja, namun Firdaus menyatakan tetap akan mengkonsultasikan persoalan tersebut dengan budayawan dan mereka yang ahli di bidang kebudayaan Melayu.
‘’Jika itu salah tentu akan diperbaiki, dan kalau saya masih awam dengan hal seperti itu. Di luar dari persoalan itu saya kembali mengajak masyarakat untuk peduli dengan lingkungannya terutama terkait kebersihan kota kita. Apalagi beberapa bulan ke depan akan ada ratusan ribu orang yang akan datang untuk menyaksikan PON XVIII,’’ ujarnya.(noi)