Satu Panel Pompa Air Rumbai Rusak

Pekanbaru | Sabtu, 23 November 2013 - 10:45 WIB

PEKANBARU (RP) - Penjaga Stasiun Pompa Air Parit Belanda di Jalan Nelayan Supriadi mengatakan, hanya satu panel mesin pompa yang sekarang dioperasikan.

Dengan satu mesin pompa tersebut hasilnya dinilai belum maksimal untuk mengurai genangan banjir yang merendam pemukiman di Rumbai.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Untungnya dengan satu mesin yang dioperasikan tersebut sudah cukup mengurangi genangan banjir yang lebih parah lagi.

‘’Satu mesin terbakar, jadi tak bisa beroperasi. Beberapa hari ini mesin pompa memang beroperasi dengan ekstra, alhasil terbakar dan hanya satu saja yang beroperasi. Ini juga sudah cukup mengurangi luapan banjir yang lebih parah lagi,’’ tutur Supriadi kepada Riau Pos, Jumat (22/11).

Beberapa hari terkahir luapan banjir yang merendam wilayah Rumbai cukup mengkhawatirkan warga. Berdasarkan keterangan petugas stasiun ketinggian air mencapai hingga 3 meter.

Untuk itu pompa air di stasiun Parit Belanda dipaksa beroperasi ekstra. Sejak pengoperasian pompa air tersebut berangsur-angsur genangan banjir bisa berkurang. ‘’Bisa mengurai tetapi tidak sampai  kering. Kalau datang hujan ya meluap lagi,’’ tambahnya.

Pintu air pompa stasiun Parit Belanda juga tidak dapat dibuka setiap saat. Ada kalanya pintu air pompa tersebut ditutup rapat karena ketinggian air Sungai Siak lebih tinggi ketimbang kondisi di Parit Belanda atau wilayah pemukiman warga Rumbai tersebut.

‘’Kalau Sungai Siak airnya lebih rendah satu centimeter saja kita sudah berani untuk membuka pintu airnya. Kalau masih tinggi kita tak berani membuka pintu airnya. Bisa-bisa jika dibuka pintu tersebut air sungai justru merendam pemukiman warga,’’ tambahnya.

Pemantauan debit di pintu air pompa Parit Belanda tersebut dilakukan secara ketat. Supriadi pun harus memantaunya setiap saat, waktu tengah malam biasanya banjir kiriman tersebut datang.

Terserang Penyakit

Belasan anak-anak korban banjir di Perumahan Witayu, RW 11, Kelurahan Sri Mmeranti, mulai terserang berbagai penyakit, Jumat (22/11). Penyakit yang banyak dialami berupa iritasi kulit, demam, batuk dan pilek.

Berbagai penyakit yang diderita anak-anak ini diduga terjadi karena telah beberapa hari tinggal di tenda-tenda pengungsian. dengan kondisi cuaca sangat panas di siang hari dan hujan di malam hari. Ditambah lagi sanitasi yang tidak memadai di pengungsian.

Menurut Rozalia (28), salah satu korban banjir saat ditemui Riau Pos, keperluan buang air, warga hanya membuat jamban darurat yang berada di sebelah Utara tenda pengungsian. Sehingga kurang layak bagi kesehatan anak-anak.

‘’Habis mau di mana lagi tempat keperluan sanitasi yang bisa kami gunakan? Di mana-mana banjir menggenangi perumahan, sehingga kami sangat kesulitan mencari tempat mandi ataupun buang air,’’ paparnya.(ilo/*4)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook