PEKANBARU (RP) - Betulkah Migas ini benar-benar bisa untuk menyejahterakan rakyat? Sebaiknya berpikir kritis. ‘’Jangan-jangan kita terlalu mengagungkan Migas. Jangan-jangan Migas sekarang sudah jadi mitos. Pada kenyataannya kontribusi ekonominya sudah tidak besar lagi,’’ ujar Meneg BUMN Dahlan Iskan.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi key note speaker di kuliah umum dan seminar nasional bertema Migas untuk Kesejahteraan Rakyat di gedung Sutan Balia Fisip Unri, Sabtu (22/6). Kuliah umum dan seminar nasional yang dihadiri ribuan peserta itu juga diisi sejumlah pembicara berkelas nasional, antara lain Dr Kurtubi (pengamat perminyakan nasional), Dr Naryanto (Dir Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM), Marwan Batubara (Peneliti IRESS), Faisal Yusra (Presiden KSPMI), Rektor Unri, Prof Dr Ashaludin Jalil MS dan Presiden BEM, Padli.
Lebih lanjut Dahlan memaparkan bahwa 20 tahun lalu memang peran Migas luar biasa besarnya. Ketika itu, lanjutnya, produksi besar, penduduk sedikit dan miskin semua. Peranan migas yang sangat dominan itu, lanjutnya lagi, lantas menimbulkan satu persepsi Migas adalah segala-galanya. “Apa betul masih seperti dulu masih bisa mengandalkan Migas sebagai tumpuan kesejahteraan rakyat. Sekarang produksi minyak kita 840 ribu barel. Apa yang bisa diharap dari produk itu sementara jumlah penduduk begitu besar,” ujarnya lagi.
Menurutnya saat ini kemampuan ekonomi Indonesia sudah besar. Porsi Migas tidak seperti dulu lagi. “Jangan kita terlibat pada sesuatu yang ternyata sudah mitos. Kita tidak lagi di Opec,” ujarnya. Dulu, lanjutnya, memang produksi Indonesia mencapai 2 juta barel tapi sekarang tidak lagi.
Dahlan Iskan mengatakan bahwa bahwa ke depan ia akan kampanye besar-besaran agar konversi ke energi listrik. “Jika kita konversi ke energi listrik kita tidak lagi akan tergantung pada Migas seperti saat ini,” ujarnya.
Ia juga menyinggung negara tersandera akibat adanya ego sentrisme dalam join Pertamina dan BSP yang mengakibatkan produksi minyak turun dan negara yang rugi. “Daerah tak mau mengalah lalu saya suruh Pertamina yang mengalah. Tak mau juga. Akhirnya saya minta pihak ketiga mengatasi kebuntuan ini,” ujarnya.
Dahlan juga mengungkap bahwa ternyata prosedur perizinan perusahaan perminyakan ini luar biasa. “Tahu berapa izin yang diperlukan untuk mengebor Migas di negeri kita ini?” ujarnya. Ia menantang mahasiswa menjawab ini. Dua orang mahasiswa maju ke depan diminta Dahlan. Satu menjawab 18 izin dan satunya lagi 21 izin. “Dua-duanya salah. Tapi atas keberaniannya menjawab saya beri hadiah tunai Rp1 juta,” ujarnya disambut applaus hadirin. “Untuk mengurus izin pengeboran baru izin yang harus diurus itu mencapai 280 izin,” ujarnya lagi.
Anehnya lagi, lanjutnya, izin itu harus dikeluarkan oleh 15 kementerian. dan kementerian yang memerlukan izin paling banyak adalah perhubungan. Ada 28 izin yang harus diurus ke sana. “Minggu ini akan saya selesaikan persoalan ini. Ternyata tidak gampang tapi harus bisa,” ujarnya lagi.
Menurutnya apakah minyak realistis bisa mensejahterakan rakyat atau sudah menjadi mitos masa lalu. Hal penting disadari, lanjutnya, agar tidak terus tergoda oleh mitos. Soal kenaikan BBM Dahlan mengatakan bahwa Indonesia masih punya 36 juta orang sangat miskin yang terpengaruh oleh harga BBM yang naik saat ini. Artinya ada 130 juta orang Indonesia yang tidak lagi berfikir soal makan tetapi soal kemajuan dirinya. Ini memacu kemajuan Indonesia ke depan. “Kita memerlukan tindakan-tindakan nyata tidak bisa hanya seminar-seminar, protes-protes. Option percepatan-percepatan bukan wacana,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Dahlan juga memberikan motivasi kepada ribuan generasi muda yang hadir dalam seminar migas tersebut. Kata-kata inspiratifnya membakar gelora semangat generasi muda untuk tetap berkarya.
Untuk menggali potensi migas nasional, Dahlan memberikan kepercayaan penuh kepada generasi muda di Pertamina. Langkah inovasi itu dilakukan membentuk brigade 200K. Kelompok itu bertanggung jawab untuk peningkatan produksi Migas 200 ribu barel selama dua tahun.
‘’Saya percaya anak muda yang bisa lakukan perubahan. Maka , saya minta dibentuk brigade 200K yang terdiri dari generasi muda dengan umur maksimum 29 tahun,” ujarnya.(fiz/rul)