KOTA (RIAUPOS.CO) -- Museum Sang Nila Utama yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman pada Senin (22/4), mendapat kunjungann dari SMPN 3 Tualang, Siak. Hal itu dilakukan dalam rangka mengisi libur UN kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Perwakilan wali kelas VIII 2, Sarifah mengatakan, siswa yang mengikuti tur berjumlah 300 orang terdiri dari kelas VII dan kelas VIII. Murid maupun guru pergi dengan bus yang berjumlah 10.
“Kegiatan ini selalu diadakan setiap tahun yang berkaitan dengan pelajaran anak-anak dan kemauan anak serta guru. Sehingga bisa melihat langsung peninggalan sejarah. Sehingga mengerti akan teori yang kami berikan di pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maupun Pendidikan Kewarganegaraan (PKN),” jelasnya.
Ia pun berharap, kiranya siswa didiknya dapat mendalami mata pelajaran dan mengerti apa yang diberikan oleh guru.
Wali Kelas VII 7, Geby menjelaskan, murid-murid yang belum tahu benda-benda sejarah kini menjadi tahu dengan adanya kunjungan. “Ini sangat bermanfaat baik bagi para murid maupun kami. Semoga kesadaran peserta didik dan generasi muda untuk tetap menjaga museum. Semoga koleksi museum juga lebih banyak dan pelajar pun akan banyak yang berkunjung ke museum,” ungkapnya.
Pihak Museum Sang Nila Utama, yang diwakili Koordinator Bimbingan Edukasi Museum Sang Nila Utama Drs Andrizal menyatakan, ini merupakan kunjungan rutin yang biasa dilakukan oleh berbagai sekolah. Seperti saat ini yang dilakukan oleh SMPN 3 Tualang dari Siak. “Setiap sekolah mempunyai waktu tersendiri ketika kunjungan. Biasanya ada yang memanfaatkan waktu ketika kelas VI maupun kelas IX bahkan kelas XII itu ujian. Adapula yang mendapat tugas dari sekolah untuk mencatat sejarah, sehingga datang ke mari,” ujarnya.
Para peserta didik dengan mengenakan pakaian bebas tampak memasuki dan melihat serta memahami satu per satu yang terpajang di museum. Beberapa juga melihat bagian lantai III. Seperti siswa kelas VII, Wahid, tertarik dengan senjata yang ada di museum. “Menarik dan menambah wawasan. Jadi tahu berbagai macam alat perang,” katanya.
Sementara, teman sekelasnya, Reyhan, mengamati dengan jeli beragam jenis uang rupiah zaman dulu. “Unik dan baru pertama kali lihat uang zaman dulu. Mungkin uang ini ada ketika saya belum lahir. Untungnya berkunjung ke sini, jadi tahu,” paparnya.(*3)