Mendung hitam menyelimuti rumah keluarga besar almarhum Drs H Farouq Alwi Bin Mar’ie, mantan Wali Kota Pekanbaru priode 1986-1991, di Jalan Dahlia, Gang Sawit, Kecamatan Senapelan yang meninggal, Sabtu (21/9). Kehilangan, itulah yang dirasakan seluruh keluarga almarhum dan masyarakat Pekanbaru.
-----------------------
Laporan AGUSTIAR dan MARRIO KISAZ, Pekanbaru
KEPERGIAN ayahanda, abang, sahabat dan juga tokoh masyarakat Kota Pekanbaru ini meninggalkan kesedihan yang sangat mendalam, apalagi tanda-tanda itu sudah ada yang merasakan. Seperti curahan hati yang disampaikan adik kandung almarhum, Drs H Fahmi Amri kepada Riau Pos, siang kemarin sebelum jenazah di salatkan di Masjid Baitul Izzah yang tak jauh dari rumah duka.
Diceritakannya, kakak kandungnya ini sudah mengalami dan menahan sakit sejak empat bulan terakhir dan sempat pula dirawat selama tiga hari di RSUD Arifin Ahmad sebelum menghembuskan nafas terakhir di kamar 329. Kondisi almarhum disebutkan sangat kurus dan selama berada di RSUD didampingi keluarga besar.
Dari cerita adik almarhum ini, disebutkan juga bahwa almarhum telah lebih dahulu ditinggal oleh sang istri tercintanya Raden Roro Insan Sriwati dua tahun silam dan dimakamkan di TPU Senapelan.
‘’Abang kami meninggal di RSUD Arifin Ahmad, sekitar pukul 01.20 WIB. Sebelum dirawat, dia sudah empat bulan sakit. Penyakitnya yang terberat itu di perut, seperti lambung yang kronis, sore semalam (Jumat, red) saat dimasukkan pipa untuk obat, keluar darah hitam, kami tak tega melihatnya,’’ ujar Fahmi dengan nada sendu seakan membayangkan indahnya kebersamaan semasa hidup.
Dia juga mengatakan, tanda-tanda almarhum Farouq Alwi untuk pergi meninggalkan dunia ini sudah dirasakannya. Pria yang dulu berbadan kekar dan berkumis tebal itu, dalam empat bulan terakhir mengalami penyusutan badan menjadi kurus tinggal tulang. Sudah begitu, masih diceritakan adik almarhum, almarhum tidak pernah mau dibawa ke rumah sakit.
‘’Beliau sulit untuk dibawa ke rumah sakit dengan rayuan pun sulit. Hingga akhirnya beliau luluh juga dan kemarin itu langsung dibawa ke RSUD Arifin Ahmad dan akhirnya abang kami menutup usianya di umur 69 tahun dan meninggalkan tiga orang anak putra semua, cucu dan kami semua,’’ tambahnya lagi dengan raut wajah sedih terlihat dari wajahnya yang sudah tua itu. Dia juga mengaku mengaku mendapat pesan dari almarhum untuk tidak terlalu gemuk dan untuk dapat menjadi ayah bagi keponakannya anak dari almarhum abangnya ini.
Agar kepergian almarhum bisa tenang dan mendapatkan tempat yang baik disisi Allah SWT, Fahmi menegaskan dan mewakili keluarga besar minta dimaafkan semua kesalahan baik yang disengaja dan tidak oleh almarhum semasa hidup dan semasa menjadi pemimpin.
‘’Kami minta maaf yang sedalam-dalamnya, karena tidak selamanya abang kami ini baik, mulai menjabat sampai pensiun. Saya yakin ada tingkah laku yang kurang baik dari beliau dan saya mohon dimaafkan. Jika ada utang piutang dari beliau hendaknya datang ke kami keluarga yang ditinggalkannya ini untuk diselesaikan,’’ ujarnya.
Dalam kesempatan itu, disampaikan Fahmi, almarhum minta di kebumikan dekat dengan makam istrinya dan ini disebutkan menandakan keabadian cinta mereka yang abadi. ‘’Sebelum wafat, beliau minta dikuburkan disamping makam istrinya,’’ sebut Fahmi.
Mendapat kabar duka ini, tetangga, karib kerabat, saudara dan juga pejabat pemerintah dan juga sahabat-sahabat almarhum berbondong-bondong datang, melayat ke rumah duka. Tuan rumah pun menyediakan tenda untuk para pelayat sebelum jenazah di kebumikan.
Dalam prosesi acara penghormatan dan pengantaran jenazah sebelum di salatkan di masjid Baitul Izzah dan pemakaman di TPU Senapelan, terlihat hadir Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit, Wali Kota Pekanbaru Ir H Firdaus MT, mantan Wali Kota Pekanbaru Herman Abdullah, Bupati Inhil terpilih Wardan, Wakil Bupati Kuansing, pejabat aktif Pemprov Riau dan Pemko dan juga pensiunan Pemko serta sahabat-sahabat almarhum lainnya dari berbagai golongan, juga tampak ambil bagian dalam proses ini.
Dari pantauan Riau Pos, rumah duka pun semakin siang semakin ramai. Warga datang silih berganti untuk memberika ungkapan bela sungkawa. Jalan menuju rumah duka juga sempat macet, petugas dari Satpol PP terlihat mengaturnya untuk kelancaran. Di dalam rumah duka yang terbuat dari batu itu, di situlah setiap warga yang datang dan kemudian melihat wajah almarhum terakhir kalinya, lalu menangis. Tiga orang putra almarhum pun tak henti-hentinya menangis dan bersedih atas kepergian untuk selama-lamanya ayah tercinta mereka.
Perjalanan hidup almarhum Farouq Alwi, dimulai 1 Februari 1974 mulai masuk CPNS, 10 Februari 1974 sebagai Plt Kabag Keamanan Biro Umum Kantor Gubernur Riau, April 1975 Kabag Ketertiban Biro Perekonomian Kantor Gubernur Riau, 1976-1981 Kepala Perwakilan Pemerintah Daerah Riau di Jakarta, 1981 Kabag Kesra Biro Kesra Kantor Gubernur Riau, 1982 Kepala Badan Pengawas Kota Pekanbaru, 1984 Sekda Kota Pekanbaru.
Tahun 1986-1991 Farouq menjabat sebagai Wali Kota Pekanbaru, dan selanjutnya 1991 Plt Asisten II Kantor Gubernur Riau, 1992-2001 Sekretaris Korpri Provinsi Riau, 2001-2003 Kepala Dinas Perindag Provinsi Riau, 2004 pensiun sebagai PNS, dan 1986-1991 Ketua Organisasi FKPPI Provinsi Riau.
Wako Pekanbaru Ir H Firdaus MT, menyampaikan rasa belasungkawanya dan berharap agar keluarga yang tinggalkan tabah dalam menghadapi semua ini. ‘’Atas nama pribadi, keluarga dan Pemerintah Kota Pekanbaru menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya mantan pimpinan kami. Dia sudah memberikan contoh yang baik dalam membangun kota ini, dan ini menjadi motivasi bagi kami, semoga almarhum dapat diterima di sisi Allah SWT, amin,’’ tutur Wako.
Sementara itu, mantan Wali Kota Pekanbaru, Herman Abdullah yang mengaku cukup dekat dengan almarhum juga tak kuasa menahan kesedihan. Dia menyebutkan sering berkomunisi dengan almarhum, namun enam bulan belakangan ini jarang dilakukan karena kesibukan.
‘’Kami merasa terkejut dan kaget mendapat kabar duka ini, tapi almarhum semasa menjabat merupakan sosok yang humoris, suka bergaul, keras. Siapa yang sudah tahu beliau maka akan merasakan tingkat familiarnya cukup tinggi, saya salah satu orang yang dekat dengan beliau,’’ sebut Herman.
Zaini Ali yang juga merupakan tetangga almarhum, juga merasakan kehilangan. Meski dia mengatakan semua yang hidup akan mati, namun itu tidak akan mudah menerimanya. ‘’Semua kehendak Allah SWT, kami sadar ajal adalah kepastian dan ini menjadi pukulan, kami merasa kehilangan, pasti. Kami dari perwakilan tetangga telah mengikhlaskan dan memaafkan mendiang. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT,’’ imbuhnya.
Ucapan bela sungkawa juga disampaikan Wakil Gubernur Riau, HR Mambang Mit. Menurutnya, Mantan Wali Kota Pekanbaru periode 1986-1991 tersebut sudah banyak berjasa untuk membangun kota Pekanbaru.
‘’Kita tentu merasa kehilangan. Pertama orangnya bersahabat pada siapa saja. Banyak masyarakat yang terkesan dengan spontanitas beliau. Orangnya juga tidak pendendam dan baik hati,’’ paparnya.
Selain itu, Wagubri juga memberikan apresiasi atas kinerja dalam pemerintahan. Banyak prestasi yang telah ditorehkan pria yang juga sempat mengabdi di Pemerintah Provinsi Riau.
‘’Banyak jasa pembangunan yang telah diberikan. Misalnya tugu bambu kuning dan beberapa karya pembangunan lainnya,’’ urai Mambang Mit.
Dia juga berpesan kepada keluarga yang ditinggalkan untuk tabah. ‘’Kita harus ikhlaskan kepergiannya. Mari kita doakan mudah-mudahan seluruh amal ibadahnya diterima, diampuni dosanya dan diberikan tempat yang layak disisinya,’’ imbuh Wagubri.(ksm)