(RIAUPOS.CO) -- Riau menjadi gerbang masuk maupun sekadat transit barang haram narkoba. Terbukti dengan kejadian yang tentunya masih segar di ingatan masyarakat, dimana bandar narkoba dari mantan personel Polri berhasil dibekuk hingga akhirnya tewas akibat ditembak aparat kepolisian yang terjadi, Selasa (23/7) lalu.
Peristiwa tragis tersebut membuat geger masyarakat yang berhamburan menuju lokasi kejadian sekitar Jalan HR Soebrantas, Gang Sepakat, Tampan. Dari insiden itu sang bandar pun lenyap.
Kabid Pemberantasan BNN Provinsi Riau AKBP Haldun mengatakan, Riau masuk dalam kejahatan darurat narkoba nomor 7 di Indonesia. Dari 12 kabupaten/kota yang ada di Riau hampir seluruhnya terdapat sindikat narkoba.
“Kami pun sudah berusaha semaksimal mungkin bekerja sama dengan pihak kepolisian seperti Polda, Polres maupun Polsek,” ujarnya.
Lebih lanjut, pun banyaknya ‘‘pelabuhan tikus’’ menyebabkan banyaknya narkoba masuk ke wilayah Riau perairan seperti Rupat dan Dumai akibat keterbatasan personel.
“Kami pun sebenarnya sudah mapping juga, tapi ternyata masih ada yang lolos. Karena kami tidak dapat memantau semuanya sebab ada yang di Tembilahan, Rupat, Meranti Senabui daerah Rohil dan wilayah lainnya, sebab sangat luas,” ucapnya.
Katanya, sudah tugas kita semua jika ada informasi-informasi jual beli barang haram agar masyarakat sampaikan ke kepolisian maupun BNN.
Penyebab lolosnya barang haram tersebut diungkapkannya, dikarenakan pelaku sudah memanfaatkan masyarakat lapisan bawah, nelayan contohnya. Jika tim sedang patroli otomatis nelayan mengetahuinya sementara tim tidak mengetahui mana nelayan yang bekerja sama.
“Diduga nelayan menginformasikan bahwa ada petugas di sekitar sini, agar jangan melintas terlebih dahulu. Lalu mereka menunggu kami pergi ke “pelabuhan tikus” lain, barulah mereka bergerak,” sebutnya.
Menurutnya barang narkoba jenis sabu, ekstasi dan lainnya yang dari Malaysia hanya sekadar transit. Barang-barang tersebut dari luar negeri seperti Filipina dan sekitarnya. “Bukan pabrik di Malaysia tapi tempat transit saja,” ujarnya.
Ditanya persoalan Indonesia pesan ke Malaysia, hal itu diungkapkannya bahwa warga Indonesia pesannya dari bandar di sana. Hanya saja penjemputan atau transaksi di tengah laut yang dibawa nelayan. Pengakuannya sudah sering ditangkap.
Modus pelaku katanya, ada yang transaksi di tengah laut, diantar dari Malaysia ke Rupat pada malam hari dan berbagai modus lainnya.(*3/ade)