Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru lismarsumirat@riaupos.co
Setelah sempat dirawat sebulan di RSUD Arifin Achmad sejak Jumat (19/7) lalu, Rani Veronika (9) anak kedua dari pasangan Erpantoni (44) dan Ratnawati (43) warga Jalan Pahlawan Kerja ujung/Buntu, RT 04/RW 02, Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai itu, menghembuskan nafas terakhir pada Ahad (18/8) pukul 16.15 WIB. Kemudian Rani tiba di rumah duka sekitar pukul 18.45 WIB.
Beberapa tetangga mulai datang ke rumah Erpan, saat disambangi Riau Pos pada Ahad malam, Jenazah Rani dibaringkan di ruang tengah diselimuti kain batik berwana ungu. Keluarga dan tetangga yang datang melayat langsung membacakan surat Yasinn.
Erpan terlihat lebih tegar, sedangkan ibu Rani tak bisa menyembunyikan kesedihaannya melepas kepergian anak perempuannya tersebut.
Kondisi serupa juga terjadi menjelang pelapasan rani ke tempat peristirahatan terakhir, hanya Erpantoni yang terlihat berada di samping keranda jenazah Rani, sedangkan Ratnawati berada di ruangan tengah. Jenazah anak kedua dari tiga bersaudara tersebut dimakamkan di TPU Jalan Air Dingin Kecamatan Bukitraya pukul 10.30 WIB.
Awalnya Rani diduga mengalami gizi buruk karena tidak bisa mendapatkan asupan makanan sejak mengalami batuk hingga lebih dari tiga bulan. Murid kelas II SD Negeri 16 Marpoyan Damai tersebut harus rela berbaring selama lebih dari enam bulan.
Setelah menjalani perawatan Rani diketahui menderita TB Paru dan Anemia, disamping Rani juga mengalami infeksi di saluran pencernaanpenyakit lainnya. Setiap hari Rani harus dipasangkan selang infus.
‘’Kondisi Rani sempat membaik dan bisa mencerna makanan kembali beberapa hari sejak dirawat. Namun kondisinya kembali memburuk seiring infeksi di perutnya,’’ tutur Erpantoni. Sepekan terakhir Rani kesulitan mencerna makanan, setiap apa yang dimakannya selalu dimuntahkan.
Kondisinya pun sempat menurun, oleh dokter yang menanganinya, Rani disarankan agar dipasangkan slang, agar makanan bisa disuntikkan melalui slang langsung ke perutnya. ‘’Alhamdulillah kondisinya membaik lagi, namun Rani sempat melepaskan slang tersebut hingga dua kali,’’ terang Erpan.
Harapan kesembuhan Rani sempat terlihat menjelang kepergiannya, ditutuekan Erpan, Rani sempat terlihat bugar dan ingin diajak jalan-jalan.
‘’Katanya sudah bosan di rumah sakit, namun ternyata itu keinginannya yang terakhir. Kami sekeluarga hanya bisa berterimakasih untuk perawat dan dokter yang merawat Rani selama ini,’’ tutupnya.
Sementara itu, kondisi kehidupan Erpantoni sekeluarga sangat sederhana. Erpan, sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang tambal ban. Sedangkan anak tertua Erpan, Candra tinggal di Jambi bersama neneknya dan sekolah di salah satu SMA di Jambi.(*4/eca)