LDII Konsisten dalam Menjalankan Prinsip Taharah

Pekanbaru | Kamis, 20 Juli 2023 - 09:47 WIB

LDII Konsisten dalam Menjalankan Prinsip Taharah
Dosen Program Pascasarjana Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an (PTIQ) Jakarta yang juga anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Dr Ahmad Ali MD MA memaparkan hasil penelitian tentang LDII saat bedah buku di Sadjoe Cafe & Resto, Jakarta Selatan, Senin (17/7/2023). (ISTIMEWA)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Membincangkan Lembaga Dakwa Islam Indonesia (LDII) tidak sebatas mengenai kontribusinya. Suara-suara minor mengenai LDII masih selalu muncul. Inilah yang mendorong Dosen Program Pascasarjana Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an (PTIQ) Jakarta Ustaz Dr Ahmad Ali MD MA meneliti tentang LDII.

“LDII selalu dikenal sebagai ormas Islam yang menajiskan kelompok Islam lainnya. Saya tidak percaya itu, dan meneliti mereka selama berbulan-bulan secara partisipatif,” ungkap Ahmad Ali yang juga anggota MUI.


Dalam temuannya, ia menegaskan justru LDII sangat konsisten dalam persoalan taharah untuk menjaga kesucian dan kebersihan. Dalam pengamatannya, LDII sangat konsisten dalam masalah taharah sesuai yang diajarkan Imam Syafi’i. Ia menggambarkan di dalam kamar mandi masjid-masjid dan ruang tamu warga LDII, disediakan sandal. Agar tidak kecipratan najis saat mencuci kaki. Menurutnya, penelitian ini akan dilanjutkan lagi sebagai sarana untuk mem­bangun komunikasi antarormas Islam, untuk mengukuhkan ukhuwah Islamiyah.

Bedah buku “Nilai-Nilai Kebajikan dalam Jemaah LDII”, yang digelar penerbit Deepublish tersebut dihelat di Sadjoe Cafe & Resto, Jakarta Selatan, Senin (17/7).

Menurut CEO dan Pendiri Deepublish An Nuur Budi Utama, pihaknya tertarik menerbitkan buku tulisan Ahmad Ali, karena melihat LDII selalu jadi kontroversi di tengah-tengah masyarakat.

“Kita harus memandang dengan jernih mengenai kontribusi kelompok-kelompok Islam. Sepanjang memiliki komitmen yang kuat terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, seharusnya tidak lagi jadi masalah, termasuk dengan LDII,” ungkap Budi.

Ia pun menekankan, setiap kelompok-kelompok agama memiliki dogma tertentu yang hanya berlaku di dalam kelompoknya. Dogma itu biasanya ditekankan dalam acara yang sifatnya internal dan privat. “Menjadi persoalan ketika dogma yang sifatnya internal di-blow up ke ranah publik. Tentu, yang menyebarluaskan dogma dari ranah privat ke ranah publik memiliki maksud tertentu,” katanya.

Selanjutnya budi menambahkan,  dogma yang sifatnya privat itu menjadi sensasi atau kontroversi di tengah publik. Hal tersebut memicu keresahan bahkan pertikaian, hingga pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam beragama. Tentu, kita juga patut mempertanyakan pihak-pihak yang mendiskreditkan LDII, apa maksud dan tujuan mereka, “Memecah belah umat atau ada motif pribadi?,” tegas Budi.

Senada dengan Budi, Ahmad Ali mengatakan latar belakang penelitiannya adalah mengeksplorasi nilai-nilai positif dari LDII. “Kemudian nilai itu bisa dicontoh ormas yang lain untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Adapun ketika ada perbedaan-perbedaan, sebisa mungkin perbedaan itu bisa diminimalkan dengan cara yang baik,” tambahnya.

Di samping itu, ia menyayangkan isu pengepelan masjid LDII ketika usai dipakai jemaah lain.

“Terkait isu yang beredar luas di masyarakat tentang menjadi kebersihan tempat ibadah. Apa iya kalau isunya najis tempatnya langsung dipel, nyatanya dari pengamatan saya itu tidak ada,” tegasnya.

Ia menegaskan, akan menulis kembali buku tentang LDII yang terkait dengan Enam Tabiat Luhur yakni jujur.

‘‘11 nilai kebajikan di dalam buku itu ialah versi saya bukan versi LDII, tapi versi saya mengungkap dari Enam Tabiat Luhur, dari situ ada satu aspek yang perlu saya kaji yakni tentang kejujuran,” katanya.

11 nilai positif dalam LDII, yakni amal saleh, kebersihan, kesucian, dan kerapian, kedisiplinan, solidaritas, rukun, koordinasi, soliditas, dan kekompakan, persaudaraan (ukhuwah), menghormati tamu, musyawarah, kerja sama yang baik, kepedulian sosial dan kemandirian. Di antara nilai-nilai kebajikan dikenal dengan istilah Enam Tabiat Luhur.(c)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook