PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Dua siswa MAN 2 Kota Pekanbaru berhasil lolos seleksi pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Mereka, Fayyaza dan Zidane Al Nabil, dinyatakan berhak menetap dan belajar ke Amerika Serikat usai melewati seleksi program dari Bina Antarbudaya. Bahkan salah satu siswa akan menghabiskan waktunya selama satu tahun menjalankan program ini di negeri Paman Sam tersebut.
Kepala MAN 2 Kota Pekanbaru Ghafardi SAg MPdI menyebutkan, program pertukaran pelajar tersebut merupakan beasiswa penuh dari US Department of States yang dikelola oleh American Councils. Keduanya akan berangkat pada 2022 ini juga.
"Kami merasa bangga atas capaian luar biasa dari siswa dan siswi MAN 2 Kota Pekanbaru. Ini tentu bisa jadi contoh yang baik sekaligus penyemangat bagi para siswa yang lain untuk bisa mengikuti jejak mereka," kata Ghafardi, Senin (18/4).
Selama ini, lanjut Ghafardi, pihak madrasah memang selalu memberikan dukung penuh kepada setiap yang ingin mengikuti seleksi pertukaran pelajar. Pihak madrasah menurutnya tidak hanya memberikan kemudahan izin dan luangan waktu untuk pertukaran pelajar saja, tapi juga untuk berbagai lomba di tingkat nasional.
Dua siswa ini sendiri lolos di dua program berbeda. Untuk Fayyaza, siswi kelas XI MIPA 7 Riset lolos seleksi program Kennedy Lugar Youth Exchange & Study (KL-YES) 2022. Dirinya akan tinggal di negeri Paman Sam selama kurang lebih satu tahun.
Terakit keberhasilannya ini, Fazzaya menilai, dirinya memiliki keseimbangan antara prestasi akademik dengan prestasi di bidang organisasi. Tentunya selain usaha dan selalu berdoa. "Pengalaman organisasi yang banyak dan juga prestasi jadi salah satu faktor pendukung untuk bisa lolos di program ini," jelas Ketua Majelis Perwakilan Kelas (MPK) MAN 2 yang akan berangkat ke Amerika Serikat pada Agustus 2022 mendatang tersebut.
Sementara itu, Zidane Al Nabil lolos pada program Academic Leadership Experience (ALEX). Nabil yang memang punya impian belajar ke luar negeri sejak kecil ini akan berangkat pada Juli mendatang. Program yang diambil Nabil sempat tertunda karena pandemi Covid-19. Ia seharusnya berangkat pada 2020 dan sempat diadakan program secara virtual.
"Karena mungkin dianggap kurang maksimal, akhirnya pihak penyelenggara mengundang kembali peserta yang batal berangkat untuk mengikuti program jangka pendek ALEX ini. Dalam program ini nanti kurang lebih dua pekan akan belajar dan tinggal di Washington," kata Nabil.(end)