Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru m-alinurman@riaupos.co
Tu (17), Me (16) dan No (17), adalah tiga remaja putri yang memiliki angan untuk bisa tampil di koran.
Niat baik mereka ternyata dimanfaatkan dan disalahgunakan. Ad (24), warga Rumbai dengan liciknya memperdayai para korban dengan mencatut nama Riau Pos. Ketiganya dikelabui dan diminta uang Rp150 ribu.
Rabu (18/12) malam, Tu sedang berada di rumahnya di Jalan Cipta Karya, Kecamatan Tampan ketika handphone miliknya berdering. Setelah handphone diangkat, kekesalan yang sudah dipendam gadis tomboy ini selama empat hari terjawab.
Nomor yang menghubunginya adalah nomor Koordinator Liputan Riau Pos, Ilham Muhammad Yasir yang mengkonfirmasi apakah ia pernah difoto oleh Ad, orang yang mengaku-ngaku sebagai fotografer Riau Pos.
‘’Ia pernah difoto Jumat (13/12). Sampai sekarang tidak naik. Kami sudah berharap banyak, dia ternyata ambil keuntungan,’’ ujarnya menceritakan kekesalannya.
Saat disampaikan jika Ad sudah ditangkap dan malam itu diamankan di Polresta Pekanbaru, raut wajahnya langsung berubah sumringah.
Saat itu juga, ia bergegas menuju kantor Riau Pos bersama kedua rekannya yang juga menjadi korban untuk kemudian bersama ke Polresta Pekanbaru memberikan keterangan guna menguak modus penipuan yang dilakukan Ad.
‘’Awalnya saat kami sedang pemotretan, tiba-tiba dia (Ad) yang juga sedang berfoto mendekati dan menawarkan kami untuk berfoto untuk Riau Pos. Awalnya kami sempat gak percaya, tapi setelah berdiskusi kami setuju mencoba,’’ ujar Tu didampingi Me (16) dan No (17) sebelum memberikan keterangan pada polisi, Selasa (17/12) malam lalu.
Gaya Ad memang cukup meyakinkan. Bak fotografer profesional, dia menenteng kamera SLR merek Canon 1100 D. Kepada ketiganya, pelaku menjanjikan foto tiga remaja ini akan muncul pada Riau Pos terbitan Selasa (17/12).
Setelah terjadi kesepakatan, diaturlah sesi foto di Danau Khayangan Rumbai. Untuk pemotretan inilah, Ad mulai memainkan trik penipuannya.
‘’Dia minta uang Rp300 ribu untuk sewa kebaya yang jadi tema pemotretannya. Kami awalnya heran, kok malah bayar. Tapi dia bilang memang begitu,’’ kata Tu.
Sebagai pelajar, uang Rp300 ribu dirasa berat bagi mereka bertiga. Keringananpun diminta pada Ad.
‘’Dia akhirnya bilang, Rp150 ribu saja. Sisanya akan ditanggungnya,’’ tutur Tu sambil mengatakan untuk membayar itupun, mereka bertiga mencari pijaman yang malam sebelum pemotretan harus ada.
Pemotretan yang terlaksana Jumat (13/12) siang hingga sore berjalan lancar, korban diarahkan dalam beberapa pose dan berbagai gaya. Hanya satu kejanggalan saat itu, kebaya yang dijanjikan tak pernah ada. ‘’Kami berfoto cuma pakai baju yang kami bawa,’’ kata Tu.
Keganjilan ini sebenarnya sempat dipertanyakan mereka. Namun dengan lihainya Ad bisa berkelit. Kepada ketiganya ia berkata bahwa mobil Riau Pos sedang di jalan. Bahkan untuk meyakinkan, ia meminjam handphone No dengan alasan handphone-nya habis baterai dan dia harus menelepon rombongan Riau Pos.
‘’Hp saya dipinjam. Sampai dia ditangkap ini, tidak dibalik-balikannya,’’ ujar No menimpali.
Niat tak baik Ad mulai tampak setelah pemotretan usai. Hari berganti hari, hingga Selasa (16/12), apa yang dijanjikan tak terealisasi. Ad-pun mulai menghilang. Handphone-nya tak lagi aktif ketika dihubungi.’’Kami sempat pasrah juga,’’ kata Tu.
Terkuaknya aksi Ad terjadi setelah ia mencari korban baru lagi. Seorang yang ditawarinya ternyata sudah pernah menjadi model di salah satu rubrik Jelita di Riau Pos.
Remaja yang ditawarinya ini bertanya apakah benar Ad adalah fotografer Riau Pos. Model ini heran, karena apa yang dikatakan Ad berbeda jauh dengan saat ia pertama kali menjalani sesi pemotretan dengan Riau Pos.
Kepada calon korbannya ini, Ad mengatakan bahwa ia bekerja freelance (fotografer lepas) di Riau Pos dan salah satu media harian lainnya. Dia berujar pula ada bayaran Rp1,5 juta untuk pemotretan.
Untuk meyakinkan pula, Ad mengatakan ia sering dimintai untuk mengirim foto ke Riau Pos, karena ia enggan bekerja tetap. ‘’Time is money, money is time,’’ kata Ad dalam aksi menipunya.(***)