PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- ADANYA isu tercemarnya air laut di perairan Rokan Hilir beberapa waktu lalu, membuat pedagang ikan laut di Kota Pekanbaru mengeluh, karena omsetnya turun drastis mencapai 30 persen. Ini disebabkan pembeli tidak mau membeli ikan laut, karena kasus babi mati dikarenakan virus kolera yang dibuang di laut.
"Sejak kasus kolera babi yang dibuang ke laut, berimbas kepada kami sebagai pedagang ikan. Ya omset kami turun drastis," keluh Andi, salah seorang pedagang Pasar Dupa kepada Riau Pos, Senin (18/11).
Namun kata Andi, tidak terjadi untuk ikan sungai. Dan untuk ikan sungai malah lebih dimintai pembeli. Ini karena mungkin pembeli beralih dari ikan laut ke ikan sungai.
"Masyarakat ini kan mudah percaya saja ini, karena masyarakat ini tahu yang nampak saja, sejak tersiar kabar kasus pembuang babi ke laut yang terjadi di Medan, jadi hasil penjualan ikan laut turun sekitar 30 persen," kata Andi.
Andi berharap, penjualan ikan laut segera pulih segera agar pedagang tidak banyak merugi. Ia juga berharap, ada pihak yang menginformasikan ke masyarakat agar kekhawatiran tentang virus kolera babi itu tidak terjadi lagi.
Senada hal itu, Azwar pedagang ikan laut juga mengeluh omset penjualannya juga turun, menurunan menjualan berkisar antara 30-35 persen. "Masyarakat takut untuk membeli ikan laut sekarang, karena kasus pembuang babi di laut di Medan itu," katanya.
Sementara itu Ani salah seorang pembeli ikan laut mengatakan, dirinya merasa was-was dengan beredar informasi tentang kasus kolera babi yang terjadi di Sumatera Utara. Namun ia tetap membeli ikan, karena keluarganya ingin mengkonsumsi ikan laut.
"Saya juga was-was dengan informasi virus babi itu, tapi mau bagaiamana lagi, anak-anak maunya ikan laut," akui Ani.(*4/ksm)
Laporan MUSLIM NURDIN, Kota