PEKANBARU

Sungai Siak Mengering dan Bau Busuk

Pekanbaru | Sabtu, 19 Agustus 2017 - 09:59 WIB

Sungai Siak Mengering dan Bau Busuk
SURUT: Sejumlah warga memancing di tepian Sungai Siak yang surut dan dangkal serta menimbulkan aroma tak sedap, Senin (14/8/2017).

KOTA (RIAUPOS.CO) - MELEWATI tepian Sungai Siak, terlihat pemandangan yang tidak biasa. Tepiannya yang biasa ditutup air, tak terlihat. Tanah lumpur yang perlahan mengering muncul ke permukaan. Di atasnya terlihat pula sampah-sampah plastik yang telah mengendap.

Semakin dekat, bau tidak sedap pun tercium dari sungai tersebut. Pendangkalan bersamaan terciumnya bau tersebut sangat disayangkan oleh warga yang hari itu tengah berkunjung, menghabiskan waktu di taman tepian sungai Siak, Kecamatan Senapelan. Salah satunya adalah Ilham. Ia bersama buah hati mengaku kaget dan cukup kecewa melihat hal tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Biasanya airnya memenuhi sisi kiri dan kanan. Tapi sudah beberapa waktu terakhir ini, justru mengering tepiannya. Baunya juga tidak sedap,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, peneliti sungai Siak yang berasal dari Universitas Riau (UR), Tengku Ariful Amri mengatakan, bahwa memang benar sungai tersebut mengalami pendangkalan. Pendangkalan termasuk munculnya bau tersebut tak lain karena pencemaran berat yang terjadi di sungai legendaris itu.

Di samping itu, adanya penyebabnya  lain seperti perubahan iklim yang membuat pendangkalan. Pendangkalan secara perlahan namun pasti menggerogoti ikon Riau tersebut. Dari hitung-hitungannya dikertas, pendangkalan terjadi sekitar 70 centimeter per tahun.

“Pencemaran sungai menjadi hal yang tak terelakan.Menariknya, aktifitas masyarakat seperti MCK juga menyumbangkan peran terbesar, yakni 60 persen dalam pencemaran sungai tersebut. Pada awal meneliti, tepatnya  tahun 1996, kedalaman sungai adalah 29 meter. Namun saat ini hanya 15 meter saja. Pendangkalan bahkan terjadi 14 meter dalam kurun 20 tahun. Tidak kurang 5,5 ton ikan pernah mati di badan sungai tersebut dari tahun 1999 -2004,” paparnya.

Untuk itu ia berharap ada perhatian besar oleh pemerintah terhadap ikon Riau tersebut. Jangan sampai sungai terdalam di Indonesia hanya menjadi kenangan yang tertera dalam buku sejarah.(ksm)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook