Riau Pos online - Dalam semua ritual keagamaan, Muhammadiyah dan Persatuan Islam bisa dikatakan tidak berbeda dan bahkan hampir sama. Kedua organisasi ini, sama-sama mewarisi tradisi tekstualis-rasional, dan sama-sama melarang untuk fanatik madzhab.
Dari sisi genealogi pemikiran, kedua organisasi ini juga sama-sama terinspirasi oleh gerakan Muhammad Abduh dan Jalamuddin Al Afhgani. Para peneliti Barat pun, seperti James Peacock dan Howard M. Federspiel, sama-sama mengkategorikan kedua organisasi ini sebagai gerakan Islam modern di Indonesia. Di awal pendirian kedua organisasi, tidak sedikit ulama Persatuan Islam yang merangkap keanggotaan di Muhammadiyah, dan begitu juga sebaliknya.
Dalam menentukan awal bulan hijriyah, berbeda dengan Nhadhatul Ulama (NU) yang menggunakan metode rukyat hakiki atau melihat hilal secara kasat mata langsung, Muhammadiyah dan Persatuan Islam menggunakan metode hisab. Kedua organissai ini sudah bisa memprediksi awal bulan, termasuk awal Ramadhan, jauh-jauh hari, bahkan beberapa tahun sebelumnya.
Namun demikian, karena standar hisab yang digunakan berbeda, sangat sering kedua organisasi ini juga berbeda dalam menentukan awal Ramadhan maupun awal idul fitri.
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujud al hilal. Dengan metode ini, awal bulan hijriyah dapat ditetapkan jika setelah ijtimak, saat matahari terbenam posisi bulan berada di atas ufuk. Dalam menentukan ijtimak, Muhammadiyah juga menggunakan ijtimak qablal ghurub atau konjungsi sebelum matahari terbenam. Ijtimak atau konjungsi adalah peristiwa ketika bujur ekliptika matahari dan bujur ekliptika bulan berada pada bujur astronomi yang sama. Posisi matahari dan bulan pada bujur astronomi atau dawair al buruj yang sama ini menjadi pedoman menentukan masuknya bulan baru Qomariyah.
Dengan metode ini, bagi Muhammadiyah, melihat ijtimak menjelang awal Ramadhan tahun ini terjadi pada Kamis siang ini sekitar pukul 11.25.24 WIB. Dengan demikian, bulan baru sudah nampak ketika matahari terbenam di Kamis sore ini. Dengan demikian, maghrib ini, bagi Muhammadiyah, sudah memasuki tanggal 1 Ramadhan 1433 Hijriyah dan Jumat besok (20/7) sudah mulai melakukan ibadah puasa.
Persatuan Islam juga menggunakan metode hisab. Namun Persatuan Islam juga tidak meninggalkan metode rukyat sepenuhnya. Bagi Persatuan Islam, tidak mungkin ada hisab tanpa rukyat dan rukyat yang baik memerlukan panduan hisab. Metode inilah yang kemudian dikenal dengan istilah hisab imkan al rukyat, atau batas kemungkinan hilal untuk diamati dan di-rukyat.
Dengan metode ini, Persatuan Islam pun menentukan kriteria hisab. Awal bulan hijriyyah dapat ditetapkan jika setelah terjadi ijtima, beda tinggi antara bulan dan matahari minimal 4 derajat (tidak seperti Muhammadiyah yang menilai 0 derajat pun bulan baru sudah nampak). Di sisi lain, bagi Persatuan Islam, jarak busur antara bulan dan matahari minimal sebesar 6, 4 derajat. Kedua kriteria ini sudah memperhitungkan kecerlangan langit, hamburan cahaya senja, umur bulan, beda azimuth, iluminasi bulan, serta faktor cuaca lainnya.
Dengan demikian, meski sama dengan Muhammadiyah, ijtimak untuk awal Ramadhan tahun ini terjadi pada Kamis siang ini sekitar pukul 11.24.32 WIB. Namun saat matahari terbenam Kamis sore nanti, posisi bulan di seluruh Indonesia ghair imkanir rukyat, atau bulan tidak memungkinkan untuk di-rukyat karena bulan belum wujud menjadi hilal. Dengan demikian, bagi Persatuan Islam, bulan Syaban ini harus digenapkan menjadi 30 hari atau istikmal, yang artinya awal Ramadhan baru terjadi saat matahari terbenam di Jumat sore dan puasa baru dilakukan pada Sabtu tanggal 21 Juli 2012.
Meski memiliki standar berbeda dalam menentukan tinggi derajat, namun metode hisab yang digunakan kedua ormas ini memberi kepastian. Artinya sudah bisa menentukan awal Ramadhan tanpa mesti mengikuti lagi sidang itsbat, yang lebih berorientasi pada metode rukyat hakiki, yang akan digelar oleh Kementerian Agama nanti sore.(ysa/rmol/jpnn)