PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Komunitas Virtual dengan Psikologi (Kovid Psikologi) menaja webinar yang mengkolaborasikan keilmuan psikologi dengan bidang keilmuan lainnya. Tema yang diangkatkan adalah "Reformasi Kebijakan untuk Pekerjaan yang Bermartabat dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif".
Menurut Cahaya Makbul selaku Koordinator Kovid Psikologi, webinar menjelakaskan bahwa seminar menghadirkan lima narasumber sekaligus masing-masing adalah dari kementerian tenaga kerja, kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Sandiaga Uno, Tanoto Foundation dan dari pakar psikologi UNJ, Herdyan Maulana PhD.
Kegiatan yang dilaksanakan via zoom dan live streaming youtube tersebut diikuti oleh 625 peserta yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dari data yang disampaikan panitia, rata-rata peserta webinar berlatar belakang akademisi dan praktisi.
Dalam sambutannya, Prof Khairunnas Rajab selaku Founder Kovid Psikologi menyatakan bahwa ini adalah webinar yang ke-19 kalinya ditaja oleh Kovid Psikologi. Sejak berdiri Maret 2020, Kovid Psikologi memang sudah berkomitmen memberikan edukasi dan informasi secara gratis kepada masyarakat terutama di masa pandemi ini, tambahnya. Webinar ini juga dalam rangka mendukung kegiatan Bappenas untuk program pembangunan yang berkelanjutan (SDGs) dan untuk bangkit dari dampak covid 19. Webinar yang dimulai pukul 14.00 tersebut dimoderatori oleh Sisi Aspasia dari jurnalis TV CNN Indonesia.
Direktur Industeri Kreatif film, Televisi dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Syaifullah SE MEC PhD menyampaikan dalam paparan materinya bahwa Bapak presiden sudah berpesan supaya sektor kreatif harus menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Syaifullah juga menjelaskan kekuatan ekonomi kreatif terletak pada inklusivitasnya. Ekonomi tidak mengenal batas, tidak dibatasi oleh jenis kelamin, usia, modal bahkan pendidikan. Ekonomi kreatif semata-mata terletak pada kreativitas pikiran manusia dan kemampuannya untuk menciptakan ide-ide baru, jelasnya. Sementara itu Kepala Bagian Perencenaan, Evaluasi dan Pelaporan Kementerian Ketenagakerjaan Arif Winasis SE MSi menyebutkan dengan adanya pandemi Covid-19 maka ada perubahan signifikan pada kondisi tenaga kerja. Adanya tantangan revolusi industeri 4.0, bisa saja ada beberapa jenis pekerjaan konvensional yang akan hilang dan diganti dengan jenis pekerjaan baru sesuai tuntutan zaman. Terkait reformasi kebijakan untuk pekerjaan yang bermartabat Arif menganjurkan untuk memanfaatkan bonus demografi dengan meningkatkan kompetensi, daya saing, produktivitas kerja serta meningkatkan investasi 6,6-7,0 persen untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7-6,0 persen sehingga Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.
Di sisi lain, Dr Sandiaga Salahudin Uno BB MBA sebagai salah satu narasumber dalam webinar ini mengatakan bahwa psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang bisa dipakai ilmunya dalam semua sektor termasuk dalam perekonomian. Selaku pengusaha dan penggerak filantropi, Sandi sangat setuju jika lembaga filantropi harus ikut berperan dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan membuka lapangan kerja, tidak hanya sekadar bagi-bagi. Masih terkait dengan filantropi, Nia Firticia yang mewakili Tanoto Foundation sebagai selaku salah satu lembaga filantropi juga menjelaskan tentang kiprah Tanoto Foundation dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Menurut Nia, Tanoto Foundation mempercayai bahwa pendidikan yang berkualitas dapat mempercepat kesetaraan peluang. Program unggulan Tanoto Foundation untuk mewujudkan itu semua adalah program SIGAP (Siapkan Generasi Anak Berprestasi), program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) dan program TELADAN (Tranformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan).
Dr Herdyan Maulana PhD selaku satu-satunya narasumber yang berlatar belakang psikologi mencoba mengkaji semua hal yang sudah disampaikan oleh narasumber lain dengan persfektif psikologi. Herdyan mejelaskan tentang konsep kebahagiaan dan kaitannya dengan kondisi perekonomian. Menurut Herdyan, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kondisi sosial ekonomi masih menjadi indikator penting dalam menentukan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Herdyan juga menyarankan pada pemerintah Indonesia untuk menjadikan kebahagiaan perspektif psikologi sebagai pertimbangan dan indikator kebijakan publik.
Di akhir diskusi, semua narasumber menyantumkan akun media sosialnya agar semua peserta bisa mengikuti berbagai program menarik terkait dengan pelatihan pengembangan skill yang dilakukan oleh lembaga-lembaga negara, swasta maupun pribadi. Webinar ditutup dengan pengumuman pemenang giveaway oleh panitia.
Webinar Kovid Psikologi kali ini memang sangat menarik dan bermanfaat, apalagi dengan adanya giveaway dari Sandiaga Uno dan Tanoto Foundation, kata Amri Darwis salah satu peserta setia webinar Kovid Psikologi. (jrr)