Keberadaan FPI Masih Diperlukan

Pekanbaru | Sabtu, 18 Februari 2012 - 09:29 WIB

Laporan MUSLIM NURDIN, Kota

Adanya keinginan dari pemerintah untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) dinilai Sekretaris Umum (Sekum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru Hasyim masih terlalu dini. Pasalnya dia memandang keberadaan FPI, khusus di Kota Pekanbaru sekarang ini masih cukup bagus, dan masih sesuai dengan tuntunan Islam, yakni menegakkan amar makruf nahimunkar.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kepada Riau Pos, Jumat (17/2) dia mengatakan, yang salah itu bukan pada FPI-nya. Akan tetapi yang kurang baik dalam pelaksanaan di lapangan itu adalah orangnya, kepengurusannya ataupun oknumnya sendiri.

‘’Yang tidak boleh dilakukan itu adalah langsung melakukan penyegelan ataupun perusakan terhadap bangunan itu sendiri. Karena di situ ada pihak yang memiliki wewenang, yakni pihak kepolisian. Kalau dalam pelaksanaannya Pemko bersama jajaran kepolisian sudah sepakat bersama tokoh penegak amar makruf nahimunkar untuk melakukan penyegelan, tentunya barangkali ini akan dilaksanakan, tidak mesti FPI langsung mengambil tindakan secara tersendiri,’’ ungkapnya.

Khusus FPI di Pekanbaru kata Hasyim sampai setakat ini masih dipandang bagus, belum ada mengarah ke pengrusakan seperti halnya yang dilakukan di Jakarta. Dia mengharapkan FPI di Pekanbaru bisa belajar dari kasus FPI di Pusat. Artinya FPI di Pekanbaru tidak mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh FPI yang ada di pusat. ‘’Saya ingin FPI di Pekanbaru kalau ada yang ingin dilakukan ke depan untuk menegakkan amar makruf nahimungkar, kita koordinasi dululah dengan MUI Pekanbaru, jangan langsung mengambil tindakan sendiri,’’ ujarnya.

Pembubaran Front Pembela Islam seperti yang diwacanakan pemerintah sekarang ini terang Hasyim, belum tentu juga akan efektif. Sebab kebebasan saat ini, sangat mudah bagi kelompok masyarakat, termasuk FPI, membuat organisasi baru. Menurutnya kebebasan yang ada saat ini merupakan konsekuensi dari demokrasi liberal yang dianut Indonesia. ‘’Kalau demokrasi kita yang disalahkan, bukankah sistem sekarang juga hasil konsepsi dari neolib, neokom, dan para cerdik pandai kita,’’ ujarnya.(nto)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook