Biasanya, anjungan tunai mandiri (ATM) hanya untuk transaksi keuangan. Tapi sekarang ada ATM beras. Jika kartu ATM ditempelkan ke mesin, bukan uang yang keluar, melainkan beras. Tapi ATM ini hanya boleh digunakan untuk fakir miskin.
(RIAUPOS.CO) - MASJID Parirpurna Raudhatus Shalihin, Kecamatan Tenayan Raya ramai jamaah. Selasa (16/10), Ustaz Abdul Somad (UAS) datang untuk memberikan tausiah. Sekaligus meresmikan pemakaian ATM beras. Keberadaan ATM beras di masjid ini menjadi yang pertama di Riau, bahkan di Pulau Sumatera.
ATM beras adalah sebuah mesin, yang bisa mengeluarkan beras dengan jumlah yang bisa diprogram. Beras baru bisa keluar jika kartu ATM beras ditempelkan ke mesin. Lalu, beras keluar dengan jumlah yang telah diprogram.
Mesin ini memiliki panjang 60 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 165 cm. ATM ini mengonsumsi arus sekitar 40 watt, dengan tegangan input 220 VAC atau 12 VSC. Perut mesin mampu menampung 240 kilogram beras. Sedangkan mesin itu memiliki berat 90 kilogram.
Jumlah mesin ATM, mampu melayani 500 kartu atau pengguna. Jumlah dan frekuensi pengambilan dapat diatur sesuai program pengguna. Kartu pengguna juga dapat diaktifkan dan dinonaktifkan serta diprogram secara remote. Laporan pengambilan beras dilakukan via jaringan seluler.
Ustaz Abdul Somad sempat mencoba pengoperasian ATM beras ini. Saat kartu ditempelkan ke sebuah sensor, maka beras akan keluar dengan sendirinya. “Berarti namo ambo ado di siko (nama saya terdaftar di dalamnya, red),” kata UAS usai memakai kartu master yang diberikan pengurus masjid.
Menurut UAS, keberadaan ATM ini meringankan beban fakir miskin secara sistematis. Ke depannya, mereka tak perlu lagi meminta-minta untuk mendapatkan beras guna menyambung hidup.
“Tidak perlu lagi menghilangkan aib mukanya, tidak perlu membawa perasannya, cukup dengan ini, diprogram, cukup dipencet keluar beras. Dia pun bisa makan,” kata UAS usai mengisi tausiah di masjid itu.
Mesin ini tentu saja tidak gratis bagi pengurus masjid. Mesin setinggi satu meter lebih ini harus ditebus Rp39 juta. Uangnya tentu saja berasal dari sedekah ataupun sumbangan dari jamaah masjid yang punya rezeki berlebih.
Untuk beras sendiri berasal dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Pekanbaru. Ketersediaan beras di sana berdasarkan pendataan jumlah orang tak mampu di lingkungan masjid yang dilakukan pengurusnya. Warga yang terdata akan diberi sebuah kartu dengan masa pengambilan yang sudah ditentukan.
Sebelum menguji ATM ini, UAS juga diberi kesempatan memotong pita sebagai tanda resminya benda ini dipakai. Diapun mengucapkan bismillah sebelum menggunting pita. “Dengan mengucap bismillah, semoga ATM beras ini menjadi amal jariyah. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar,” teriak Ustaz Abdul Somad.
Dia menyebut, penyumbang uang untuk membeli mesin ini tidak akan merugi. Janji Allah sudah menanti bagi setiap umat yang dengan ikhlas meringankan beban sesama manusia. “Barang siapa yang melapangkan kesulitan orang lain, akan diberi kemudahan oleh Allah dalam hidupnya, menghadapi sakaratul maut, menjawab pertanyaan malaikat,” tegasnya.
Tak lupa, sebelum meninggalkan masjid, UAS terlihat memberikan sumbangan dalam amplop yang diberikan kepada pengurus masjid. Pengurus lalu membukanya usai ustadz kebanggaan Riau itu menaiki kendaraannya. Jumlah sumbangannya mencapai Rp10 juta digunakan untuk penambahan pembelian ATM beras.
Ketua Masjid Paripurna Raudhatus Shalihin yang juga Ketua Forum Masjid dan Musala se Tenayan Raya, Arbakmis Lamid, SH MH mengatakan, ada enam unit ATM beras yang ada di masjid itu. Dia berharap, keenamnya dapat dibeli oleh demi masyarakat banyak.
“Alhamdulillah kita bersyukur, sudah yang membelikan satu untuk masyarakat di Tenayan Raya. Kami harapkan juga kepada para pengusaha untuk ikut berpartisipasi menyumbang membeli mesin ATM beras ini. Ustaz Abdul Somad juga sudah menyumbang Rp10 juta,” jelasnya.
Kata Arbakmis, untuk berasnya akan diisi oleh Baznas Provinsi Riau. Namun saat ini, pengurus masjid masih melakukan pendataan terhadap fakir miskin yang ada di lingkungan masjid tersebut. “Penerima bantuan bukan hanya fakir miskin yang muslim, tapi juga nonmuslim. Kita juga bantu mereka apabila membutuhkan,” ujar dia.
Dia belum bisa memperkirakan berapa jatah yang akan diberikan kepada setiap penerima beras tersebut. “Itu dimusyawarahkan oleh pengurus masjid. Bisa tiga liter, atau per kilogram juga bisa. Mesinnya tinggal distel. Rentang waktu pengambilan juga tergantung kesepakatan pengurus masjid,” ujarnya.
“Kami juga berikan beberapa syarat. Jemaah muslim yang mempunyai kartu ATM, harus salat berjamaah, minimal Magrib dan Subuh,” sambungnya.
Dia memperkirakan, jumlah fakir miskin yang ada di lingkungan masjid tersebut, mencapai 41 KK atau 156 jiwa. “Jumlah fakir miskin di satu masjid, berbeda. Di Masjid Paripurna Raudhatus Shalihin, ada empat RT dan dua RW. Jumlah fakir miskin itu terdata sebanyak 41 KK dengan 156 jiwa,” kata dia.
“Tidak tertutup kemungkinan juga di lingkungan masjid lain, lebih dari itu. Ini baru kita ambil pedoman di satu masjid saja. Kami belum tahu di masjid lain. Mungkin juga lebih banyak,” sebut Arbakmis.
M Arha Zufry, Presdir PT Megatron Empat Sekawan yang memproduksi mesin ATM juga bercerita tentang ide pembuatan mesin ATM ini. Katanya, idenya berawal dari keprihatinannya melihat masyarakat yang antre mengambil bantuan sembako.
“Antrean berjam-jam, rebut-rebutan bagi-bagi sembako. Panas-panasan. Ada yang sudah ibu-ibu, kakek-kakek, sudah uzur, bahkan ada yang pingsan saat antre ini. Bahkan di Makasar, ada yang meninggal karena desak-desakan,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia sebagai alumni ITB, merancang mesin ATM ini. “Jadi kita bikin protoripe-nya bersama-sama. Itu sekitar empat tahun lalu. Mulai memasarkan produk ini sejak pertengahan tahun 2017. Uji coba pertama di dua masjid, di bulan Ramadan 2016. Itu prototipe awal. Satu di masjid di Cibubur, dan satu lagi di Depok,” kata dia.
Ternyata, dari percobaan yang dilakukan, mendapat respon positif. Baik dari pengelola, maupun penerima manfaat. Mulai dari situ, produksi mesin ATM mulai serius. “Kita pasarkan, dan mulai produksi dengan massal. Ini semua buatan kita, buatan anak negeri. Baik itu desain, engineering, mesin, kita yang bikin. Kita jamin ini handal, sparepart-nya terjamin,” yakinnya.
Hingga saat ini, sudah ada 70 mesin ATM beras yang sudah diproduksi. Sekarang, sudah banyak yang memesan mesin itu. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara. “Permintaan cukup bayak di Malaysia. Kita juga partner dengan perusahaan di Malaysia. Kemudian ada juga permintaan di Yaman. Tapi belum sempat kita ladenin. Ada juga dari Kenya,” ujarnya.
“Sampai sejauh ini, baru kita yang bikin. Ini sudah kita daftarkan patennya. Di Malaysia juga sedang kita daftarkan patennya,” sambung Arha.(dal)