Tiga Regu Pemantau Api Disiapkan

Pekanbaru | Senin, 17 Februari 2020 - 09:50 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Setelah ditetapkan status siaga karhulta oleh Gubernur Riau H Syamsuar MSi beberapa waktu lalu, Badan Penanggulagan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekanbaru telah mempersiapkan tiga regu pemantau api di Kota Bertuah, Ahad (16/2).

Menurut Kepala BPBD Kota Pekanbaru Zarman, keberadaan tim regu pemantau api tersebut guna meminimalisir terjadinya kebarakan hutan dan lahan kosong milik warga Kota Pekanbaru. Apalagi, saat ini Kota Bertuah sudah masuk dalam musim kemarau dimana, titik api bisa jauh lebih besar penyebarananya karena kuatnya daya dorong angin.


"Ketiga tim itu adalah tim regu tanggap, tim regu tangguh dan tim regu tangkas. Di mana masing-masing regu terdiri dari 16 anggota yang akan stand by 24 jam di posko dan juga berpatroli ke sejumlah lahan areal yang rawan karhutla," ucapnya.

Apalagi selama 2019 lalu. BPBD Kota Pekanbaru telah mencatat dari 218 titik api di 12 kecamatan di Kota Pekanbaru terdapat kurang lebih sebanyak 279 hektare lahan terbakar. Dibandingkan 2018 yang hanya berkisar 35,8 hektare lahan yang terbakar dari 57 titik api.

"Kami mempersiapkan segala kemungkinan buruk yang terjadi. Dengan armada dan personel yang kami miliki serta selalu berkoordinasi dengan instansi terkait. Kami mohon doa dari masyarakat agar kami semua bisa menanggulangi dan mencegah bencana karhutla tahun 2020 ini. Ya Mungkin tidak bisa nol persen, tapi setidaknya kami bisa mengurangi angka karhutla dari tahun yang lalu," ucapnya.

Selain itu, ia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat dan juga pihak kecamatan dan keluarahan yang ada di Pekanbaru untuk tidak membakar sampah ataupun membuka lahan dengan cara dibakar.

Namun, sebaiknya melakukan serangkaian kegiatan yang bermanfaat seperti mengubur daun atau pun rumput liar yang ada dilahan kosong tersebut agar nantinya dapat dijadikan sebagai kompos.

"Kan sebenarnya sudah ada larangannya kalau tidak boleh membakar. Baik itu sampah, rumput atau kayu sekalipun. Karena selain asapnya membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Lahan kita ini adalah lahan gambut yang sudah pasti titik panasnya itu tidak berada di dasar melainkan di bawah tanah dan perlu waktu panjang untuk melakukan pendinginannya," ucapnya.(ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook