CERITA TIM RESQUE PLETON BRAMA DINAS DAMKAR DAN PENYELAMATAN PEKANBARU

Bak Terminator, Tak Kenal Waktu dan Medan

Pekanbaru | Jumat, 16 Juni 2023 - 08:38 WIB

Bak Terminator, Tak Kenal Waktu dan Medan
Petugas Tim Resque Pleton Brama Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Pekanbaru melakukan pertolongan terhadap warga dengan memotong cincin di jarinya di Kantor Damkar, Jalan Cempaka, Selasa (13/6/2023). (EVAN GUNANZAR/RIAUPOS.CO)

Tugas hari itu belum tuntas. Panggilan telepon dari rekan di kantor kembali datang. Tidak ada waktu untuk berlama-lama istirahat. Meluruskan kaki pun terasa menjadi sesuatu yang istimewa untuk dilakukan. Bak terminator, tak mengenal lelah dalam mengemban tugas.

Laporan EVAN GUNANZAR, Kota


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - MATAHARI menyapa dengan hangat di singgasananya. Waktu sekitar pukul 14.00 WIB. Tim Resque Pleton Brama dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kota Pekanbaru masih bergulat dengan tugas pertama hari itu. Ada dompet warga tercebur ke dalam sumur tua sedalam 7 meter.

Hari itu Selasa (13/6), Hendri yang bertugas untuk masuk ke dalam sumur. Ia menggunakan pakaian menyelam strip berwarna merah. Perlahan tubuhnya diturunkan menuju dasar sumur menggunakan double pulley yang berfungsi sebagai katrol yang dikaitkan di besi tripod yang dipasang sebagai penyangga. Sementara rekan lain bersiaga di bibir sumur dengan tugasnya masing-masing.

Dengan kedalaman dan sempitnya sumur, Hendri yang dipastikan safety dalam perlengkapan juga dibekali oksigen yang sudah stand by apabila sewaktu-waktu diperlukan.

Sedikit demi sedikit, Hendri merayap laiknya Spiderman, tangan Hendri meraba dinding sumur tua itu. Sesekali komando dari atas terdengar untuk memberi arahan kepada Hendri yang sudah berada di permukaan air sumur yang jernih untuk menyelam ke dasar sumur setelah memastikan posisi dompet.

"Byur....". Kaki Hendri diikuti badan hingga rambut seketika basah oleh air sumur usai tubuhnya menyelam. Tidak perlu waktu lama Hendri kembali kepermukaan dengan memegang dompet putih hitam milik Sultan.

"Rasanya tugas hari ini sudah cukup melelahkan, namun ini belum saatnya untuk beristirahat. Setelah minum 1 sampai 2 teguk air, tim langsung menuju markas untuk menyelesaikan tugas berikutnya," kata Wakil Komandan Resque Pleton Brama Rahmat berbincang dengan Riau Pos di Kantor Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Pekanbaru, Jalan Cempaka, Selasa (13/6).

Ya, ada tugas lagi. Kali ini tim mendapat tugas untuk melepaskan cincin dari jari tangan seseorang. Ini merupakan laporan ketiga setelah sebelumnya juga mendapat laporan yang sama soal melepas cincin.

Tatapan Zulhendri (42) terlihat kosong, sambil sesekali melihat luka di jari manis kanannya saat ditemui Riau Pos. Jari manisnya yang terpasang cincin besi itu membengkak disebabkan luka yang sejak sepekan lalu di deritanya karena berusaha mengusir tikus di rumahnya.

Bukan langsung dibawa berobat, Zulhendri malah tetap bekerja dengan menjadi seorang buruh bangunan seperti yang ditekuninya selama ini. Dirinya yakin luka itu akan sembuh seiring berjalannya waktu.

Keyakinan Zulhendri atas kesembuhan jarinya yang akan terjadi seiring berjalannya waktu sepertinya mulai ia ragukan. Sampai ketika saat dirinya bekerja dia merasakan nyeri yang luar bisa dari luka di jarinya, sampai akhirnya kawan-kawannya membawanya ke Kantor Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Pekanbaru siang itu.

Duduk di kursi dan meja panjang didampingi kawan dan petugas damkar yang berjaga sambil menyaksikan acara Upin Ipin, Hendri menunggu Tim Resque Pleton Brama yang juga sedang melakukan penyelamatan lain.

Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya tim datang dan langsung menyiapkan perlengkapan yang biasa dipergunakan. Ada gerinda dengan mata yang kecil, ada juga tang, botol yang berisi air, senter, bahkan obat-obatan.

Sebelum memulai tindakan, tim resque melihat kondisi jari Hendri agar mengetahui tindakan seperti apa yang akan dilakukan untuk kasus ini. Setelah melihat kondisinya, akhirnya tim melakukan tindakan penyelamatan dengan memberi bius di jari Hendri.

Tim Resque sangat berhati-hati melakukan penyelamatan terlebih luka yang dialami sudah cukup dalam. Tim memulai dengan membuka batu Limau Manis dari cincin. Kemudian perlahan memotong bagian atas cincin satu demi satu sisi. Sesekali wajah Hendri terlihat menahan sakit. Selang satu jam akhirnya tim berhasil melepaskan cincin dari jari manis tangan kanan Hendri.

"Alhamdulillah," kompak terdengar setelah cincin berhasil dilepas. Wajah kaku Hendri perlahan berubah dengan senyuman. Raut bahagia terpancar dari wajahnya.

"Alhamdulillah sudah lega, cincin ini sudah bisa dilepaskan dari jari saya," ungkapnya.

Hendri pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pihak damkar yang sudah sabar dalam proses pelepasan cincin ini. "Terima kasih banyak buat tim pemadam kebakaran yang sudah berusaha melepaskan cincin dari tangan saya," katanya.

Hendri mengaku kapok dan belum mau menggunakan cincin untuk sementara waktu.

Usai melakukan tindakan penyelamatan, Wakil Komandan Resque Pleton Brama Rahmat mengatakan penyelamatan kali ini dilakukan dengan cukup hati-hati karena kondisi luka yang cukup dalam.

"Kondisi lukanya cukup dalam karena sudah memakan daging jari, sehingga harus melakukan tindakan dengan penuh kehati-hatian," jelas Rahmat.

Memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan penyelamatan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi petugas damkar, terlebih harus berurusan dengan nyawa.

Tim pemadam kebakaran bahkan juga hampir merenggut nyawa saat memberangus tawon, pengerjaan yang tidak bisa dilakukan pada siang hari mengingat masih banyaknya aktivitas warga, sehingga harus dilakukan pada malam hari.

Waktu itu tugas pertama damkar dalam eksekusi tawon, terlebih tim masih meraba-raba dengan kemungkinan yang akan terjadi, tim melakukan evakuasi tawon menggunakan kain goni untuk mengurung kerumunan hewan terbang dengan sengatan yang mematikan ini.

Tanpa disadari gerombolan tawon ini berhasil membuat lubang di kain goni sehingga gerombolan tawon ini berhasil lepas dan menggigit petugas damkar.

Bukan 1, 2, atau 3 gigitan, tapi ada sekitar 20 gigitan tawon yang menghujam bagian tubuh petugas.

"Lima menit pertama saat ditanya petugas menjawab baik-baik saja, sampai akhirnya tiba-tiba sesak dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk dilakukan pertolongan," ceritanya.

Dokter bahkan mengatakan, telat sedikit dibawa ke rumah sakit bisa berakibat fatal bahkan meninggal dunia.

Dijelaskannya, tugas utama damkar memang memadamkan api, namun tidak sebatas itu, ada banyak tugas lain yang dilakukan petugas pemadam kebakaran dalam memberikan rasa aman bagi warga.

Bagi Rahmat, suatu kebanggaan luar biasa jika berhasil melakukan penyelamatan dalam bertugas, karena mereka dididik untuk bisa membantu banyak orang, tanpa mengenal waktu dan situasi.(egp)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook