KOTA (RIAUPSO.CO) - Suprianto Zega menceritakan petualangan ia dan dua saudara sepupunya yang tersesat saat mencari barang-barang bekas kepada Riau Pos, Kamis (14/3). Hanya Suprianto Zega yang mau bercerita. Sedang Englitu Telaumbanua, Frans Jaya Gea lebih banyak menghindar saat ditanya.
Keduanya ternyata belum fasih berbahasa Indonesia. Englitu baru satu tahun tinggal di Pekanbaru. Sementara Frans baru sekitar satu bulan.
“Frans awalnya tinggal dan sekolah di Koto Baru arah
Telukkuantan. Kalau Englitu anak saya tinggal bersama pamannya, orangtua dari Frans. Sedangkan Suprianto sudah sejak 2014 di Pekanbaru,” ujar Maswan Telaumbana, ayah dari Englitu kepada Riau Pos, Kamis (14/3).
Diceritakan Suprianto Zega, Sabtu itu seperti biasa ia beserta Englitu Telaumbanua dan Frans Jaya Gea pamit ke orang tua mereka untuk mencari barang-barang bekas. Untuk menambah uang jajan.
Kegiatan ini sudah dilakukan sejak sebulan terakhir. Biasanya mereka pergi mulai dari sore hari dan pulang malam hari.
Sabtu itu, ketiganya sepakat menjelajah ruang pencarian barang bekas lebih luas. Biasanya hanya di sekitar daerah Gobah. Namun saat itu, mereka pergi lebih jauh. ‘’Biar dapat uang lebih banyak. Jadi kami lurus terus cari barang bekas. Rupanya kami tak tahu jalan pulang. Sampai akhirnya kami tersesat dan kata orang kami ada di Jalan Paus,” kata Supriyanto.
Di sini, mereka bertiga tidur di salah satu toko ritel. Tak hanya itu, mereka juga dibolehkan mandi di sana.
“Baik mereka kepada kami. Kami tidak punya nomor orang tua, sehingga mereka tak bisa membantu,” ucap Supriyanto lagi.
Tak hanya itu, Suprianto juga menceritakan bahwa mereka ada diberikan baju oleh seorang ibu. ‘’Dua setel, atas dan bawah. Baju panjang. Setiap orang diberi dua potong baju, ada warna merah, biru, hijau dan cokelat,” tambahnya.
Suprianto pun menambahkan bahwa mereka juga dikasih makan oleh orang yang berbelas kasih terhadap mereka. “Kami tetap makan sehari tiga kali. Kami beli sendiri sekali dari hasil jual barang bekas. Dan ada juga dikasih orang dua kali,” sebutnya.
Selama tersesat tersebut, ternyata ketiga bocah itu tetap mencari barang bekas. Barang bekas yang dihasilkan setiap harinya ada sekitar 10 kilogram (kg). Harga perkilonya Rp4.000. Hasil dari uang tersebut dibelikan nasi bungkus yang harga per bungkusnya Rp10 ribu. Untuk tiga orang jadi Rp30 ribu. Sisa Rp10 ribu untuk beli minum.
“Terkadang orang yang beli barang bekas datangnya cepat, kadang juga lama. Kalau lama biasanya nunggu dulu meski kadang sudah lapar,” jelasnya.
Sementara itu, Maswan mengatakan, ia dan keluarganya menemukan ketiga anak-anak mereka setelah ditelepon oleh seseorang dari Boru Silitonga, warga Jalan Adi Sucipto, Rabu, (13/3).
“Saya ditelpon oleh Boru Silitonga yang kebetulan kemarin dapat brosur dari saya. Setelah dilihat anak itu dan dicek serta ditanyai namanya, ternyata benar. Jadi langsung konfirmasi ke nomor saya,” begitu diceritakan Maswan kepada Riau Pos, Rabu, (13/3).
Lebih lanjut, Maswan sampaikan, bersama dengan orang tua Frans Jaya Gea dan Suprianto Zega langsung menuju lokasi di mana ditemukan anaknya. “Kami pergi dengan membawa masing sepeda motor,” ucapnya.
Maswan menuturkan, kejadian tersebut terjadi bahwa Suprianto mengajak Englitu dan Frans untuk mencari barang bekas lebih jauh. “Namun, karena tidak tahu jalan dan tidak tahu nomor ponsel di antara kami, jadinya tersesat,” ungkapnya.(*3)
(Laporan MARRIO KISAZ, Kota)