Laporan HELFIZON ASSYAFEI, Bukit Raya helfizon@riaupos.com
Bila dulu mengisi waktu luang di majelis guru biasanya dengan mengobrol. Sekarang tidak lagi. Guru-guru SDN 017 Bukitraya (sekarang SDN 133), terlihat serius mengamati layar monitor laptop masing-masing. Mereka juga rela merogoh kantong mencicil laptop tersebut.
Ruang kelas SDN itu berubah setelah anak-anak pulang sekolah, Sabtu (14/1).
Sejumlah guru-guru duduk di bangku kelas itu gantian menjadi murid. Mereka belajar mengoperasikan laptop, infokus yang memiliki projection screen.
Tiap akhir pekan mereka giat melakukan in house training guru-guru di sekolah itu. Tim pengajarnya juga dari dalam yakni guru-guru muda yang sebelum menjadi guru sudah menguasai teknologi tersebut.
‘’Kita mulai dari dasar sekali yakni pengenalan komputer. Maklum pesertanya guru-guru senior yang selama tugas belum sempat berkenalan dengan perangkat teknologi seperti ini,’’ ujar instruktur majelis guru SDN 133, Muhammad Ridwan kepada Riau Pos yang mengikuti langsung training kelas pagi itu.
Oleh karena itu, lanjutnya, training benar-benar dimulai dari awal sehingga transfer knowledge dapat berjalan maksimal.
Semua ini berawal ketika sekolah itu mendapat bantuan dua unit laptop, 2 unit infocus dan dua unit projection screen. Tiap akan menggunakan alat ini guru-guru terpaksa harus menunggu operator sekolah itu yang juga banyak pekerjaannya.
Akibatnya bantuan tersebut tidak termanfaatkan dengan maksimal.
‘’Jadi saya berinisiatif memancing minat guru memahami pengoperasian alat ini,’’ ujar Kepala Sekolah SDN 133 Perawati SPd kepada Riau Pos di sela rehat training. Ia juga turun membimbing majelis guru yang berlatih.
Ternyata, lanjutnya, guru-guru sangat berminat. Bahkan saat ditawari kredit laptop semua bersedia karena ingin cepat menguasai materi training. Hal itu dibenarkan oleh Adillah (45) guru kelas enam.
‘’Kami tidak ingin tergantung operator lagi sehingga bisa buat pelajaran, soal langsung di-laptop yang bisa ditransfer oleh infocus ke projection screen,’’ ujarnya.
Guru bidang studi IPA ini mengakui bahwa dengan adanya teknologi ini, presentasi jadi lebih menarik dan minat anak didik jadi meningkat memperhatikan materi pelajaran.
‘’Saya jadi bisa menerangkan pelajaran dengan lebih lengkap karena ada visualnya misalnya dengan power point,’’ ujarnya. Manfaat lain dari penguasaan teknologi ini dirasakan oleh Rafita SPd guru kelas empat sekolah itu.
‘’Saya bisa buat soal ulangan harian dengan prin komputer yang difoto copy,’’ ujarnya. Format ulangan dibuat sedemikian rupa seperti soal ujian semester yang sebenarnya.
‘’Sebulan sekali semua hasil ulangan anak diberikan untuk dimintakan tandatangan orangtua,’’ ujarnya.
Dengan sistem ini, lanjutnya, orang tua dapat mengetahui laporan perkembangan kemajuan belajar anaknya dari bulan ke bulan.
‘’Lagi pula bisa jadi bank soal bagi anak karena sebelum diteken orang tua dipersilakan untuk difoto copy agar bisa latihan di rumah,’’ ujar Raifita lagi. ‘’Kami merasakan sekali terobosan yang dilakukan kepala sekolah memacu minat kami untuk belajar lebih gigih,’’ ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Pendidikan Kota Pekanbaru H Chaidir Akmalmas mengatakan bahwa apa yang dilakukan SDN 133 hendaknya juga menular pada semua SDN di Pekanbaru.
‘’Itu langkah kreatif yang memajukan bukan saja murid tetapi guru-guru sebagai ujung tombak pendidikan diasah lagi agar tidak gagap teknologi,’’ ujarnya.
Menurutnya sejumlah terobosan yang dilakukan membuat SDN 133 yang semula hanya sekolah pinggiran kota sekarang telah banyak mengalami kemajuan.***