PEKANBARU (RP) - Acara Tari Melayu Massal Demi Indonesia ini dimulai sekitarpukul 8.00 WIB. Sebelum naik panggung utama dengan pakaian Teluk Belanga berwarna biru bersama Wagubri, Kapolda, dan wali kota Pekanbaru, Dahlan Isakn sudah duluan ‘’berkeringat’’ dengan melakukan senam massal di panggung lain yang berdiri di depan GOR Tribuana yang jaraknya sekitar 50 meter dari panggung utama. Acara senam ini yang diikuti warga ini berlangsung sekitar 1,5 jam sejak pukul 6.00 WIB.
Setelah itu, baru giliran ribuan siswa menyusun barisan di tujuh blok yang telah ditetapkan panitian baik di Jalan Diponegoro maupun di Jalan Gajah Mada.
Ribuan penari itu menghadap panggung utama di depan Kediaman Gubernur Riau di Jalan Diponegoro. Mulai dari Tugu Pahlawan Perjuangan Rakyat Riau di depan kediaman Gubernur Riau hingga ke Tugu Zapin Jalan Gajah Mada. Di bagian lain mulai Tugu Bambu Runcing Jalan Hangtuah hingga Tugu Keris Jalan Patimura.
Prosesi pemecahan rekor dimulai saat Dahlan Iskan dan rombongan tiba di atas panggung. Ini diawali dengan pemukulan gong oleh Dahlan yang didampingi Rida K Liamsi. ‘’Saya akan memulai festival Tari Melayu Massal untuk memecahkan rekor Muri dengan memukul gong lima kali,’’ ujar Dahlan.
Bunyi gong yang membahana lalu disambut satu persatu iringan musik. Ada lima 5 Tari Melayu yang dipandu puluhan instruktur tari yang diikuti oleh Menteri Dahlan Iskan dan para pejabat di Riau itu. Mulai dari Tari Kuala Deli yang menjadi pembuka, Mak Inang Pulau Kampai, Selayang Pandang, Tanjung Katung dan Tari Serampang 12 sebagai penutup. Sebanyak 22 ribuan lebih peserta pun bergerak seirama.
Tak ada perbedaan di sini. Identitas dari mana asal sekolah para peserta bukan menjadi pemisah, malah memberi warna yang disatukan dalam keteraturan gerak tari.
Di panggung Dahlan terlihat serius untuk menjadi bagian pemecahan rekor ini. Walau tak sepenuhnya hafal dengan seluruh gerak tari, ia tetap berusaha. Matanya tak lepas mengikuti gerak instruktur yang mendampinginya.
Dari posisi ia berdiri, sebuah pemandangan menakjubkan terhampar. Ribuan siswa-siswa yang juga berpakaian Melayu menari sepanjang Jalan Gajah Mada dan Diponegoro menari bersama dengan sesekali terlihat lambaian sapu tangan merah yang mereka pegang. Begitu tari terakhir usai, tepuk tangan seluruh peserta langsung gemuruh dan membahana disertai kibaran sapu tangan merah di atas kepala.
Kepuasan terpancar dari wajah mereka, tak beda pula dengan Dahlan Iskan. Setelah itu baru pengukuhan pemecahan rekor oleh perwakilan Muri. ‘’Asyik sekali, cocok sekali,’’ ujar Dahlan sumringah saat dimintai tanggapannya tentang tari massal ini. Hal yang sama juga dikatakan sang istri, Nafsiah yang setia mendampingi Dahlan. ‘’Ini luar biasa,’’ ujarnya.
Para instruktur dari Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) sendiri mendapat apresiasi tinggi dari Chairman Riau Pos Group, Rida K Liamsi karena peran mereka.
‘’Mereka telah banyak membantu, mereka menyokong acara ini dan memang STSR harus menjadi yang terdepan sebagai pengembang dan penerus tradisi seni dan budaya Melayu di Riau,’’ ungkap Rida tentang sekolah tinggi yang berada di bawah Yayasan Sagang, Yayasan Seni dan Budaya di bawah binaan Riau Pos Group.
Rida juga menerima piagam mewakili STSR. Memang, selain di panggung utama, beberapa instruktur juga ditempatkan di atas pentas kecil di beberapa titik baik di jalan Gajah Mada maupun Diponegoro sehingga bisa menjadi panduan peserta.
‘’Ini keberhasilan bersama terutama Bapak Wali Kota untuk mengerahkan Dinas Pendidikan. Dari catatan kami, terkumpul semua siswa berjumlah 22 ribu orang. Juga disukseskan relawan Demi Indonesia, demi menyukseskan Tarian Melayu,’’ ujar CEO Riau Pos Group, Makmur SE MM Ak. (gus/end)