Laporan Desriandi Candra, Pekanbaru desriandichandra@riaupos.co
Pemindahan pedagang kaki lima (PKL) Pasar Jongkok Jalan HR Soebrantas, memang tidak berjalan mulus.
Sebagian pedagang ada yang menolak untuk pemindahannya, tapi sebagian lagi ada yang memilih pindah ke lokasi yang sudah disediakan Pemko.
Meski sempat diragukan peluangnya oleh sejumlah pedagang, belasan PKL yang berjualan di sepanjang Jalan HR Subrantas memilih pindah ke Pasar Purwodadi.
Sampai Kamis (13/6), sedikitnya ada 17 pedagang pasar jongkok yang sudah memanfaatkan lapak yang sudah dibangun.
Bahkan di antara mereka ada yang merasa lebih untung dibandingkan berjualan di lokasi lama, Jalan HR Soebrantas. Ketika disambangi untuk kesekian kalinya sejak dimulai pembangunan, Pasar Purwodadi Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan terus menunjukan perkembangan yang pesat.
Para pedagang yang sudah pindah tampak cukup sibuk melayani pembeli yang datang ke pasar yang menjadi relokasi pedagang
pasar jongkok. Setidaknya ini dituturkan Dewi Susanti (34) yang ditemui Riau Pos di lokasi pasar Purwodadi.
Dewi yang ditemani suaminya Khaidir (36), mengaku sudah berjualan selama dua pekan.
‘’Sejak ditertibkan Selasa (28/5) lalu, besoknya kami langsung berjualan di sini. Awalnya di pinggir Jalan Purwodadi sambil menunggu lantai lapak selesai dibangun,’’ ujarnya.
Setelah pengecoran lantai lapaknya tuntas, Dewi pun mulai melakukan aktivitas jual beli di lapak miliknya.
‘’Alhamdulillah sejak pindah di sini, hasil jual beli lumayan lancar, setidaknya ada sekitar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu yang kami dapat setiap malam. Malah kemarin pernah sampai Rp800 ribu selama satu jam. Sebab waktu itu kami terburu-buru karena masih berjualan di pinggir Jalan Purwodadi,’’ ujarnya.
Ini pun dilontarkan pedagang lainnya yang berjualan di samping lapak bilik Dewi. Dia mengaku sangat lega bisa berjualan di Pasar Purwodadi tersebut.
‘’Kami juga sudah dua pekan berjualan di sini, Alhamdulillah penjualannya lancar,’’ ujarnya tanpa menyebutkan namanya dan malah memperkenalkan dengan suaminya Ari (47).
Ari dan istrinya menyewa dua lapak untuk berjualan pakaian pria dan wanita.
‘’Kami menyewa lapak yang terpisah, karena kami menjual pakaian pria dan wanita. Jadi tak mungkin untuk didekatkan. Yang menjual pakaian pria dilakukan suami saya, sedangkan saya sendiri menjual pakaian wanita,’’ uajrnya.
Ketika disinggung mengenai nominal jual beli yang berhasil didapat selama semalam, Ari menuturkan rata-ratanya setiap malam ia mendapatkan Rp1 juta. ‘’Alhamdulilllah malam ini lebih dari satu juta, rata-ratanya setiap malam kami mendapat satu juta rupiah,’’ ujarnya menjelaskan.
Menurut Usmar, salah seorang pengelola. Pasar Purwodadi dibagi dalam lima zona, dan setiap zona dipisahkan oleh saluran drainase.
Sedangkan setiap zonanya dibangun lima blok, setiap bloknya dibuat dua bangunan yang disusun memanjang dengan kapasitas 12 lapak dan disusun dua deret dengan panjang enam lapak.
Sedangkan di kiri kanan zona, dibangun dua blok lapak pengapit dengan ukuran 3x3 meter dibangun satu deret yang memuat dua lapak lapak. blok pengapit ini juga dibuat menjadi dua bangunan memanjang.(*4)