Lapoaran EKA GUSMADI PUTRA, Kota ekagusmadi@riaupos.com
Meskipun sudah dikabarkan soal lengkungan Jembatan Siak III atau yang diberi nama jembatan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah, namun akhir pekan kemarin, masih banyak warga Kota Pekanbaru yang menikmati malam akhir pekan dengan bersantai di sisi median jembatan tersebut.
Apakah mereka tidak khawatir dan was-was jika sekali waktu jembatan itu rubuh? Berdasarkan pantauan Riau Pos akhir pekan kemarin, memang jumlah warga yang menikmati semilir angin di jembatan tersebut ketika malam lebih sedikit dibanding sebelumnya.
“Sebelum ada kabar tentang kemiringan jembatan, bahkan pengendara mobil juga sering singgah di sini, dan pengendara motor berjejal sampai mengakibatkan macet karena banyak yang parkir di pinggir jalan,” kata pedagang kacang rebus yang kerap menjajakan dagangannya di kawasan jembatan Siak III, Syamsul, bercerita kepada Riau Pos, Sabtu (11/2) malam kemarin.
Syamsul sendiri baru mengetahui tentang melengkungnya jembatan Siak III tersebut berdasarkan informasi yang didapatnya dari surat kabar beberapa hari lalu. “Memang jadi gamang melintas di sana, tapi masa iya baru dibangun sudah mau rubuh,” ujarnya seakan tak percaya.
Selama dua hari pantauan Riau Pos di sekitar jembatan Siak III yang dibalut cat berwarna kuning dengan tiang-tiang dan kabel yang berjejer di sisi kiri-kanan jembatan tersebut, akhir pekan kemarin memang masih dipadati warga yang sekedar duduk dan menikmati hembusan angin serta sekedar berkumpul dan berbincang dengan kerabat.
Aktivitas mangkal di sekitar jembatan tersebut dilakukan mulai senja hingga tengah malam, di mana terdapat beberapa pasang muda-mudi yang tetap bercanda tawa di median kiri kanan jembatan.
Ada pula yang berkelompok-kelompok, sementara kendaraan sudah berjejer sejak petang hingga tengah malam di penghujung pekan kemarin.
Penjaja makanan tak lupa menyempatkan berhenti sejenak berharap ada pembeli yg menyantap siomai atau sepiring sate, rekan Syamsul dengan kacang rebusnya.
“Suasananya nyaman dan sejuk, bisa menghilangkan gerahnya Kota Pekanbaru sejenak, jika duduk-duduk di sini,” kata salah seorang mahasiswa UIR asal Kuansing yang kos di Rumbai, Ikra, saat menikmati malam minggu di Jembatan Siak III bersama rekan-rekannya.
Suasana dan kemeriahan di Siak III di penghujung pekan memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri dari menggeliatnya sebuah kota yang tengah berkembang.
Tidak hanya aktivitas tersebut, lalu lalang kendaraan yang tak jarang digunakan sebagai ajang kebut-kebutan bagi beberapa remaja juga menambah serunya suasana di atas jembatan tersebut.
Belum lagi pemandangan sungai terpanjang di Riau yang tak jarang dilewati kapal-kapal kecil bersuara keras. Sesekali menengok ke bawah jembatan, riak air memecah bayang-bayang berbentuk rangka pertanda kokohnya jembatan.
Namun, yang berbeda akhir pekan kemarin. Selain berkurangnya warga yang menikmati semilir angin di sekitar jembatan, pantulan cahaya juga tidak lagi dapat dinikmati di badan Sungai Siak karena lampu kerlap-kerlip yang biasa memperindah pemandangan dari jembatan tidak pula hidup lagi.
Sebab, tampak kabel-kabel yang sudah putus di kiri kanan jembatan.
Alhasil, suasana di atas jembatan pun jadi kelam karena tidak ada cahaya. Paling sesekali lampu dari kendaraan yang melintas membuat suasana sedikit terang.
Suasana kelam ini pula yang membuat ketertarikan beberapa pasang remaja untuk singgah dan sekedar menghabiskan separuh malam di areal tersebut.
Tentu, kita tidak ingin jembatan yang menjadi salah satu alternatif warga menjadi petaka berkepanjangan.
Perlu diterapkan solusi yang tegas dan terbaik demi keselematan dan kenyamanan para pengendara ke depan.***