Zulfadil Pastikan Buku Berbau Porno Tak Beredar di Pekanbaru

Pekanbaru | Jumat, 12 Juli 2013 - 13:23 WIB

KOTA (RP) - Buku Bahasa Indonesia di Bogor menghebohkan dunia pendidikan. Pasalnya, buku SD kelas VI tersebut berisi cerita bernuansa porno. Bagaimana di Pekanbaru, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Prof Zulfadil, mengatakan telah mengerahkan tim untuk menyellidiki buku yang dimaksud tersebut di SD negeri maupun swasta. Hasilnya, dipastikan dia buku tersebut tak masuk di SD di Pekanbaru.

‘’Saya sudah mendengar berita tentang itu dan melihat siaran di televisi, langsung saya koordinasikan dan perintahkan tim untuk turun memeriksanya, buku yang dimaksud seperti itu tidak beredar di SD di Pekanbaru,’’ ujar Zulfadil kepada Riau Pos, Kamis (11/7) di ruang kerjanya. Secara tegas, Zulfadil menginstruksikan kepala sekolah agar tetap memantau buku-buku yang masuk di sekolah. Hal itu sebagai upaya untuk mengantisipasi masuknya buku pelajaran berbau porno yang tak patut untuk menjadi buku pelajaran anak tingkat SD.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurutnya, pelajaran yang masuk di SD di Pekanbaru, khususnya buku pelajaran di sekolah negeri telah lolos berdasarkan kajian perbukuan. Buku Bahasa Indonesia yang sekarang diajarkan pun tidak beredar di sekolah. Ditanya apakah buku yang dimaksud sudah beredar di toko buku yang ada di Pekanbaru yang dikhawatirkan dapat dibeli wali murid, Zulfadil kembali menegaskan agar jangan membeli buku tersebut. ‘’Bagi wali murid atau masyarakat yang menemukan buku sekolah ada unsur pornonya laporkan ke Disdik,’’ imbuh dia lagi.

Kabar beredarnya buku Bahasa Indonesia yang sudah menghebohkan di Bogor tersebut, cukup menjadi kekhawatiran Kadisdik Pekanbaru. Pasalnya berdasarkan isu, buku tersebut sudah beredar di Pekanbaru. Tetapi hal itu sekali lagi di bantah Zulfadil. ‘’Tak ada itu, tapi untuk memastikannya, tim kita sudah diturunkan untuk terus mencari buku yang dimaksud tersebut, mereka ini juga akan memeriksa sampai di toko buku,’’ katanya.

Zulfadil mengisahkan, sebenarnya buku yang mirip bernuansa porno itu sudah ada sejak zaman dulu. Hal itu tergantung pada penilaian individu sendiri atau harus ada pihak otoritas yang menyatakan buku tersebut porno atau tidak. Misalnya, ada tim yang di dalamnya ada MUI, psikolog anak, ustad dan pengamat.(ilo)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook