PEKANBARU (RIAUPOS.CO) Diberi perpanjangan waktu kerja hingga Oktober 2019, proyek pembangunan Pasar Induk Pekanbaru di Jalan Sukarno-Hatta, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan kini terlihat sepi. Tukang sudah tidak lagi bekerja sejak November 2018 lalu.
PROYEK Pasar Induk Pekanbaru dikerjakan oleh PT Agung Rafa Bonai yang memenangi lelang investasi pada tahun 2016 lalu dengan kontrak bangun serah guna (BSG) bangunan selama 30 tahun. Pasar induk dibangun di atas lahan seluas 3,2 hektare, dengan nilai pembangunan diperkirakan menelan biaya Rp94 miliar. Terhadap proyek ini, kontrak kerja sama berakhir November 2018. Kemudian, dilakukan penandatangan adendum kontrak agar
pengerjaan bisa dilanjutkan dan selesai di 2019.
Riau Pos, Senin (11/2) mendatangi lokasi proyek pembangunan tersebut. Di sekeliling proyek terpasang pagar seng setinggi sekitar dua meter. Pintu depan lokasi proyek terkunci dan nampak sepi. Dari luar, kondisi proyek tak terlihat karena tertutup rapat oleh pagar seng. Meski begitu, jika memutar dari sisi samping pada sela-sela seng dapat terlihat kondisi di dalam.
Di balik pagar seng tersebut dari sela-selanya terlihat rerumputan tinggi tumbuh di dalam. Beberapa bangunan sudah berdiri namun tak tampak ada tukang sedang bekerja. Di bagian tengah terdapat blok bangunan yang sudah berdinding batu bata belum diplester dan belum dipasangi atap. Sementara, di bagian belakang tampak bangunan yang sebagian sudah dipasangi dinding batu bata dan diplester namun bagian depannya baru rangka saja.
Seorang pedagang yang membuka kedai di samping proyek menyebut sudah tiga bulan terakhir pekerjaan di sana tak lagi ada. ‘’Sudah tiga bulan ini tidak ada orang kerja lagi. Sepi saja. Dulu kabarnya mau didatangkan tukang dari Jawa biar cepat, tapi nggak nampak,’’ kata dia.
Sementara itu, salah seorang tukang menyebut, proyek tersebut mulai tutup pada pertengahan November 2018 lalu. ‘’Mulai tutup bulan 11 (November, red). Alasannya duit gaji tidak ada, duit gaji belum keluar lagi. Tapi orang itu ada yang diangsur bayar. Tukang kan tidak mungkin menunggu. Dicari lah kerja lain,’’ jelasnya.
Tukang yang tak mau disebutkan namanya ini mengungkapkan bangunan di dalam pada dasarnya belum ada yang selesai dikerjakan. ‘’Belum ada yang siap. Yang atap dua blok belakang, dua blok tengah juga sudah siap plester,’’ jelasnya.
Sebagai pekerja di sana, tukang ini mengungkap bahwa pekerjaan terhenti karena ketiadaan dana. ‘’Saya dengar-dengar yang punya PT mau buat pinjaman dulu. Baru nanti proyek lanjut. Kalau ada duitnya, lanjut proyek,’’ kata dia.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Kota Pekanbaru Ingot Ahmad Hutasuhut saat dikonfirmasi awalnya menyebut bahwa proyek pembangunan itu masih berjalan pengerjaannya. Ini pascaadendum untuk melanjutkan pekerjaan sudah ditandatangani. ‘’Masih jalan. Adendum sudah kami perpanjang waktunya, dan sekarang masih progres,’’ sebutnya.
Kepada Ingot, Riau Pos kemudian menyampaikan bahwa informasi di lapangan sudah sejak November lalu pekerjaan berhenti. ‘’Kerja dia. Tapi tidak signifikan (pekerjaannya, red),’’ kilahnya.
Ingot kemudian mengulas kondisi proyek tersebut. Adendum diberikan karena PT Agung Rafa Bonai meminta perpanjangan. ‘’Adendum sampai Oktober 2019. Karena dia kan alasannya mengajukan adendum mereka baru menerima izin pelaksanaan Agustus 2017. Artinya setahun setelah PKS (perjanjian kerja sama, red) ditandatangani. Kami beri tambahan,’’ terangnya. Dengan kondisi pekerjaan yang berhenti sejak November lalu, Ingot berjanji akan melakukan evaluasi. ‘’Kami akan evaluasi,’’ singkatnya.
Direktur PT Agung Rafa Bonai Tondi Roni Tua sempat Riau Pos konfirmasi terkait proyek pasar induk ini. Dia awalnya tak mau memberikan keterangan dengan alasan sedang rapat. ‘’Nantilah kalau apa, saya kabari, ya. Ini ada pula pertemuan sebentar ini,’’ ujarnya melalui sambungan telepon.
Riau Pos kepada dia menanyakan situasi terakhir pembangunan pasar. Dia menjawab singkat bahwa pekerjaan terus berjalan. ‘’Kami terus jalan. Nanti kalau apa kami kabarilah,’’ katanya.
Riau Pos kembali menanyakan bahwa dari informasi yang didapat di lapangan pekerjaan sudah berhenti sejak November lalu. ‘’Kerja. Kerja,’’ jawabnya singkat.
Jawabannya berbanding terbalik dengan kondisi di lokasi proyek yang kosong. Riau Pos mempertanyakan ini padanya. ‘’Kerja tu. Nantilah kalau apa kami kabari,’’ ucapnya mengakhiri.
Sebelumnya, hingga Desember 2018 lalu progres pembangunan pasar induk yang berada di Jalan Soekarno-Hatta masih di angka 40 persen. Padahal target awal, pasar induk tersebut selesai dibangun Oktober lalu sebelum adendum.
Pasar induk diproyeksikan untuk tempat aktivitas bongkar muat representatif. Nantinya, Pasar Induk akan memiliki beberapa fasilitas, di antaranya kios grosiran ukuran 8x36 meter sebanyak empat unit, di mana di dalamnya terdapat sebanyak 72 unit los ukuran 4x4 meter. Lalu bangunan gudang pasar ukuran 4x10 meter, 4 unit kios ukuran 3x3 meter.
Kemudian kios grosiran ukuran 8x32 meter sebanyak 14 unit di dalamnya terdapat 224 unit los ukuran 4x4 meter. Los pasar eceran ukuran 1,5x2 meter sebanyak 160 unit, kios pasar sebanyak 48 unit ukuran 2x2 meter, 42 unit ruko ukuran dua lantai ukuran 2x8 meter, pujasera ukuran 15x25 meter dengan tempat tenan yang disedikan sebanyak 44 unit ukuran 2x2 meter.
Untuk diketahui, dari awal rencana pembangunan tempat aktivitas bongkar muat di Jalan Soekarno-Hatta menemuai sejumlah persoalan. Dimulai ketika Pemko Pekanbaru mengalami kesulitan mendapatkan investor untuk membangun pasar di atas lahan seluas 3,2 hektare itu.
Ini ditunjukkan dengan pelaksanan lelang dilakukan sebanyak dua kali. Lelang tahap pertama yang digelar 28 Desember 2015 hingga 15 Januari 2016 hanya diikuti tiga perusahaan. Namun, lelang ini dinyatakan gagal karena tidak ada satupun pemenangnya.
Selanjutnya, dilakukan lelang ulang kedua kali. Pada lelang ini tidak banyak perusahaan yang berminat mengikutinya, sebab hanya ada dua peserta yang mendaftar. Akhirnya didapatilah pemenang lelang investasi Pasar Induk yakni PT Agung Rafa Bonai.***
(Laporan M ALI NURMAN, Kota)