Air Nyaris Capai Atap Rumah

Pekanbaru | Rabu, 11 Desember 2013 - 09:57 WIB

Air Nyaris Capai Atap Rumah
Seorang perempuan warga RT 01 Kelurahan Palas, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, menggunakan rakit seadanya melihat kondisi rumahnya yang hampir tenggelam, Selasa (10/12/2013). Foto: DIDIK HERWANTO/RIAU POS

PEKANBARU (RP) - Kondisi banjir yang melanda beberapa wilayah di Kota Pekanbaru belum ada tanda-tanda akan surut. Bahkan di RW 02 Kelurahan Palas, Kecamatan Rumbai kondisinya semakin parah.

Selasa (10/12), ketinggian air mencapai sekitar tiga meter sehingga rumah yang biasanya didiami 155 kepala keluarga (KK) itu nyaris menyisakan atap saja. Warga pun harus mengungsi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sementara air masih menggenangi pemukiman warga di beberapa wilayah seperti Kelurahan Palas, Kelurahan Meranti Pandak, Perumahan Witayu Kelurahan Sri Meranti, Perumahan Jalan Pesisir Meranti Pandak (semuanya di Kecamatan Rumbai), Perumahan Graha Fuzan Asri (Bukitraya), pemukiman sekitar Jalan Garuda Sakti, Perumahan Garuda Permain (Kecamatan Tampan),  pemukiman di Kelurahan Rintis (Kecamatan Limpuluh) dan di beberapa kompleks perumahan di Kelurahan Sidomulyo (Kecamatan Marpoyan Damai).

Menurut Ramli, Ketua RT 01 Kelurahan Palas, pemukiman warganya sudah sepekan terakhir terendam banjir. Setiap hari ketinggian air terus bertambah, seiring hujan yang terus mengguyur Kota Bertuah setiap harinya.

‘’Kemarin belum separah ini, sekarang lihat sendiri, rumah di daerah ini cuma tinggal atapnya saja,’’ ujar Ramli kepada Riau Pos saat turun ke lokasi, Selasa (10/12).

Dituturkan Ramli, banjir besar yang merendam wilayah mereka tersebut merupakan banjir kiriman dari wilayah hulu Sungai Siak yang merupakan siklus tahunan.

Setiap 5 tahun sekali, wilayah tersebut selalu dilanda banjir besar. ‘’Ini siklus 5 tahun sekali. Dulu tahun 2008 juga terjadi hal yang sama,’’ tutur Ramli bercerita.

Bersama warga dan pemerintah, tenda-tenda pengungsian sudah didirikan di sepanjang jalan lintas Pekanbaru-Minas.

Tercatat ada sekitar 50 kepala keluarga yang tinggal di tenda-tenda tersebut, selebihnya lebih memilih menyewa rumah ataupun tinggal di rumah sanak keluarga.

Mayoritas warga yang tak mau menempati tenda pengungsian karena kondisinya tak layak dan kapasitasnya tak mencukupi. Selain itu, mereka yang memiliki balita, tak mau anak-anak mereka terserang penyakit di lokasi pengungsian.

Seperti Jasril (51), bersama istri dan keempat anaknya terpaksa harus mengontrak rumah untuk sementara.

Karena rumah yang dimilikinya kini terendam air hingga menyisakan atap saja. Ia juga memilih untuk tak tinggal di tenda pengungsian karena alasan kenyamanan. ‘’Bagaimana mau tinggal di tenda, kalau hujan bocor di sana sini,’’ keluhnya.

Ditambahkan Jasril, ia dan istri juga harus berpindah dua kali, karena rumah yang ia kontrak sebelumnya kini juga sudah terendam air. Kini pria yang berprofesi sebagai supir mobil ekspedisi itu mengontrak di seberang jalan menuju rumah mereka.

‘’Berhubung sisi sebelah sini (sisi kiri jalan trans Sumatera dari arah Pekanbaru) sudah terendam terpaksa saya pindah ke seberang,’’ ucapnya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parman mengakui, hingga saat ini warga masih kekurangan bantuan.

Sejak sepekan warga mengungsi, untuk satu kelurahan saja mereka baru menrima 500 Kg beras, 10 kardus mie instan, 1 kardus snack dari pemerintah.

Dari pihak swasta, hanya 100 kardus mie instan. Oleh karena itu ia sangat mengharapkan bantuan yang cukup baik dari pemerintah maupun swasta.

‘’Bantuan yang kami terima baru itu, padahal warga kami ribuan, mana mungkin cukup. Makanya saya berharap baik pemerintah maupun swasta tolonglah lihat kami,’’ pintanya. Saat ditanya mengenai harapan ke depan, Parman menginginkan di wilayah mereka tersebut dibangun tanggul dan pintu air. Karena selama ini banjir kiriman dari hulu langsung masuk ke wilayah mereka yang sejajar dengan bibir Sungai Siak.

‘’Saya berharap wilayah kami ini juga dibangun tanggul dan pintu air, supaya air yang datang dari hulu dapat sedikit tertahan. Seperti di wilayah Jalan Nelayan itu, sejak ada pintu air agak aman,’’ katanya.

Camat Rumbai Zulhemi Aripin menjelaskan, korban banjir di Kecamatan Rumbai berada di beberapa titik lokasi. Di antaranya di pemukiman perumahan Citra Palas Sejahtera, Kelurahan Rumbai Bukit, Kecamatan Rumbai. Kemudian pemukiman di perumahan Witayu, Kelurahan Sri Meranti.

‘’Di Palas korban banjir sebanyak 450 kepala keluarga. Sedangkan di Kelurahan Srimeranti korban banjir yang mengungsi sebanyak 700 KK,’’ ungkap Zulhemi Aripin kepada Riau Pos, Senin (9/12) lalu.

Korban banjir di lokasi tersebut, sudah mendapatkan distribusi bantuan dari pemerintah. Tapi dikhawatirkan bantuan sembako yang diberikan bakal menipis. Mengingat ketinggian air sudah hampir dua pekan terakhir tak kunjung surut.

‘’Bantuan dari pemerintah juga terbatas dan kita berharap donatur dan perusahaan bersedia memberikan bantuan di wilayah Rumbai,’’ imbuh Zulhemi.

Diharapkan bantuan donatur bisa disalurkan. Penyaluran bantuan dapat berkoordinasi dengan pihak kelurahan serta kecamatan.

Sementara kondisi korban banjir saat ini kebanyakan memilih untuk mengungsi di rumah kerabatnya. Bagi yang tidak punya kerabat, mau tidak mau mengungsi di tenda pengungsian.  ‘’Tenda pengungsian sudah dibangun pemerintah sejak beberapa waktu lalu. Korban banjir sudah ada menempatinya,’’ tutur Zulhemi.

Selain di Kecamatan Rumbai, korban banjir terdapat di Kecamatan Bukit Raya yang merendam perumahan Graha Fauzan Asri, Kelurahan Tangkerang. Data kecamatan, banjir merendam pemukiman 45 KK.

‘’Di perumahan itu setidaknya ada 45 KK. Sekarang mereka telah mengungsi di tenda pengungsian. Pak wali hari ini (kemarin, red) juga sudah meninjau lokasi banjir,’’ terang Camat Bukitraya, Chairani saat dikonfirmasi Riau Pos.(dik/ilo)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook