Laporan Hendawan Kariman, Pekanbaru redaksi@riaupos.co
Bila Anda beruntung, pada berbagai kesempatan seperti car free day atau acara-acara mahasiswa di Kota Pekanbaru, Anda akan dapat menyaksikan ‘”barang-barang” langka berupa berbagai jenis kamera tua yang dipamerkan Kaskus Plastic and Toy Camera Community (Klastic).
Komunitas yang digawangi para anak muda yang masih berstatus mahasiswa ini sangat rajin pamer ‘’barang-barang’’ aneh mereka, mulai dari kamera keluaran tahun 1983, kamera lomografi sampai kamera yang bisa berputar 360 derajat.
Komunitas yang bermula dari dunia maya ini sudah eksis di Kota Pekanbaru. Terakhir mereka, para anak muda ‘’gila’’ ini, memamerkan koleksi di acara Sikema Fekon Unri pada akhir pekan lalu.
Koleksi mereka beragam, mulai dari yang paling tua, kamera Cmena 8 M yang diproduksi tahun 1983 di Pitterburg Rusia, ada juga Fujica AX-1, Fujika M1 yang merupakan kamera era 80-an yang tak lagi diproduksi sejak dua dekade.
Pengunjung juga bisa melihat dan mencoba mantan produk-produk andalan di masanya seperti Nikon L35 yang juga diproduksi tahun 80-an.
Uniknya, seperti disebutkan Ketua Klastic Pekanbaru Riandy Satria Putra, semua kamera ini masih bisa berfungsi dengan baik. Tidak heran, bila anak-anak muda yang menyebut diri mereka terkena virus kamera tua ini juga masih menjual gulungan film untuk mencetak hasil jempretan benda-benda renta itu.
Tidak bisa disembunyikan, beberapa kamera terilhat sudah berkarat.
Salah satu yang paling unik mungkin adalah kamera Spinner. Untuk menggunakan kamera produksi lomografi ini, pemilik kamera harus menarik tali tersedia setelah mengarahkannya ke objek foto. Sekali tarik, maka kepala kamera Spinner tempat lensanya berada akan berputar 360 derajat dengan cepat.
Fahmi, salah seorang anggota Klastic langsung memandu Riau Pos menggunakan ‘’barang’’ ini.
‘’Bahkan, kamera modern tidak bisa menyaingi kamera ini. Satu kali tarik atau petik langsung menghabiskan satu frame dan jangkauan jepretannya sangat luas,’’ ujar Fahmi sambil memamerkan hasil cuci foto kamera Spinner ini. Spinner 360 keluaran Lomografi ini dilengkapi dengan gagang, cara memakainyapun bisa terserah pengguna mau diarahkan ke mana.
‘’Bagaimanapun cara memakainya, hasilnya tidak akan pernah blur. Coba kamera profesional, maka bisa seperti ini,’’ ujar Fahmi sambil terkekeh. Fahmi sendiri mengoleksi kamera tertua yang dimiliki Klastic Pekanbaru, kamera jenis Cmena 8 M yang diproduksi tahun 1983 asal Rusia.
Untuk Spinner 360, Klastic menjualnya secara terbatas di pameran atau online di internet.
Cara mendapatkan kamera-kamera unik ini tidak mudah. Kebanyakan, komunitas ini berburu koleksi di dunia maya. Seperti Fahmi, anggota komunitas ini tidak ragu merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk mendapatkan sebuah Camtoy, Lomo, sebuah kamera analog atau manual.
Untuk beli kamera seperti Spinner, di Indonesia hanya beberapa toko tersedia. Salah satunya toko Lomo yang ada di Jakarta.(h)