PEKANBARU (RP) - Sudah lebih sepekan, aliran listrik di Pasar Wisata Bertuah (PWB) Purdadi diputus. Hal tersebut dilakukan, karena pembayaran tagihan listrik selalu menunggak.
Akibatnya para pedagang harus menyiapkan mesin genset jika ingin berjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan juga semakin besar.
Menurut Ari, salah satu pedagang PWB Purwodadi kepada Riau Pos, Senin (9/12), arus listrik di pasar relokasi eks pedagang Pasar Jongkok tersebut, memang telah diputus oleh petugas PLN.
Sehingga kondisi pasar menjadi gelap dan para pembeli semakin enggan untuk berkunjung di Pasar Purwodadi.
‘’Sudah tak ada listrik sejak awal Desember, jadi lebih kurang sepekan kami berjualan dengan penerangan masing-masing. Ada yang membawa genset dan ada yang menumpang di genset milik pedagang yang berada di sebelahnya. Akibatnya pengeluaran semakin membengkak, kalau terus dibiarkan seperti ini kami tidak sanggup untuk berjualan, apalagi pembeli yang datang juga sepi,’’ jelasnya.
Sementara itu, dari pantauan Riau Pos, Senin siang, sebagian besar kondisi pasar sudah tidak di tempati lagi. Sebagian besar atap kios berupa terpal juga sudah rusak.
Yang ditempati hanya bagian tengah dan timur, sedangkan bagian Utara sudah banyak yang kosong begitu juga di bagian Barat.
Sementara itu, bagian Selatan yang direncanakan untuk pedagang eks Pasar Jongkok yang belum ditempati. Kondisinya kian tak terawat, rumput-rumput kian meninggi dan atap kios berupa terpal juda sudah rusak.
Pengelola Pasar Jongkok, Sofyan ketika dikonfirmasi Riau Pos, tidak ditemui di kantornya yang berada di Komplek PWB Purwodadi.
Nomor handphone yang bersangkutan juga tidak bisa dihubungi. Sementara itu, Manajer PLN Rayon Panam Joy Mart Sihaloho kepada Riau Pos, mengakui jika pihaknya memutus aliran listrik ke PWB Purwodadi.
Menurutnya, penyambungan listrik di PWB Purwodadi selama ini berupa pemasangan ekstra sementara (PES). PES tersebut sesuai aturan terlebih dahulu membayar tagihan dimuka, baru kemudian dialiri listrik.
Namun karena kondisi keuangan yang dialami oleh pengelola, pembayaran listrik selalu menunggak hingga 2-3 pekan setiap bulannya.
‘’Kami bisa memahami kondisi tersebut, namun kami sudah sering menyampaikan agar mereka segera menjadi pelanggan PLN. Karena besaran biaya untuk pelanggan dibanding PES, jauh lebih murah. Sebagai contoh, dulu Pasar Senggol di belakang Giant harus membayar tagihan hingga Rp20 juta per bulan. Namun sejak menjadi pelanggan, tagihannya bisa ditekan menjadi hanya berkisar Rp5 juta,’’ jelasnya.
Ditambahkannya, jika PWB Purwodadi ingin menjadi pelanggan tetap, tentu haraus dilunasi utang-utang tagihan sebelumnya. Sehingga pemasangan menjadi pelanggan bukan PES, seperti sebelumnya bisa secepatnya dilakukan.
‘’Kalau ingin dinormalkan, lunasi dulu utang-utang tunggakan pembayaran listriknya, baru penyambungan arus listrik bisa kita lakukan,’’ tegasnya.(*4)