Laporan ADRIAN EKO, Kota adrian_eko@riaupos.co
Perhelatan akbar PON XVIII di Riau berdampak positif pada tingginya tingkat hunian di hotel. Namun sejumlah konsumen mengeluhkan mahalnya harga kamar yang bisa naik hingga 200 persen.
Seperti yang dialami Rianto, wisatawan asal Sumatera Utara yang menginap di salah satu hotel berbintang di Jalan Djuanda Pekanbaru.
‘’Awalnya saya mengingap dengan keluarga per kamar itu sekitar Rp350 ribuan per malam. Karena saya batal pulang, kami mencoba menginap di tempat yang sama. Namun resepsionisnya menyatakan kamar full, padahal barang kami masih di kamar. Dan jika mau menyambung, biayanya sudah naik jadi Rp1 juta per malam. Dalam sehari bisa meningkat 200 persen, itu namanya gila,’’ ujar Rianto kepada Riau Pos, akhir pekan lalu di Pekanbaru.
Hal serupa juga dialami Muhammad Ridwan, salah seorang wisawatan asal Bandung. Dia dan keluarga baru tiba di Pekanbaru Sabtu (8/9) siang. Ia mengaku sudah check in secara online ke salah satu hotel berbintang diPekanbaru dengan harga Rp400 ribu per malam.
Saat tiba di hotel tersebut, dia dimintai uang kas. Namun biaya yang diminta bukan Rp400 ribu, melainkan Rp850 ribu per malam.
Mendapati kondisi tersebut terang saja dia menolak dan mencari penginapan atau rumah singgah yang ada di Pekanbaru.
Terkait hal tersebut, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau Ondi Sukmara mengaku sudah mengetahuinya.
Ia bahkan menyebutkan hampir semua penginapan dan hotel melakukan hal tersebut.
Meski secara administrasi tidak dibenarkan, namun dia menyatakan PHRI tidak bisa melakukan tindakan. Pasalnya, kondisi tersebut terjadi karena mekanisme pasar.
Dijelaskannya, saat perhelatan PON, pemintaan akan kamar lebih banyak dari jumlah kamar yang tersedia. Akibatnya, terjadi lelang kamar yang membuat harga jauh meningkat.
Misalnya, ada pengunjung yang datang mau menginap, namun pihak hotel tidak terima karena kamar sudah di-booking terlebih dahulu.
Karena tetap ingin menginap, konsumen berani membayar lebih tinggi dibandingkan yang memesan.
‘’Karena hotel sifatnya komersil bukan jasa, jelas tawaran tersebut yang diterima,’’ kata Ondi kepada Riau Pos, Ahad (9/9).
Tidak hanya itu, Ondi juga menjelaskan ada konsumen yang tidak keberatan dengan hal tersebut. Meski sedikit mahal, namun kondisi pelayanan dan hotel dinikmati dan dipuji oleh konsumen.
Namun begitu, Ondi menjamin kondisi tersebut akan berakhir setelah PON dan harga kembali ke kondisi normal.
‘’Tapi ada positifnya juga, hotel di Pekanbaru ramai dikunjungi dan penuh. Lagi pula pelayanan kita diakui lebih baik dibandingkan kota lain. Yang jelas, sekarang tidak ada hotel yang sepi,’’ katanya.
Sementara itu,, Wali Kota Pekanbaru, H Firdaus ST MT meminta pengurusa hotel dan penginapan untuk tidak keterlaluan dalam menaikkan tarif kamar per malam.
Dia juga menyatakan mempersilakan pengelola menaikan harga namun tetap harus sesuai tarif iven yang jelas sudah memiliki standar.
Dengan kenaikan yang begitu besar pihak hotel sama saja dengan memberikan pencitraan jelek untuk Kota Pekanbaru akan datang.
‘’Naik itu standar saja, jangan mencari keuntungan yang besar saja. Jika naiknya sudah 200 sampai 300 persen itu luar biasa dan keterlaluan. Jangan berikan pencitraan yang jelek untuk Pekanbaru karena yang datang itu dari seluruh indonesia. Kita ingin mereka kembali lagi bukan hanya sekali datang saja. Jadi kepada pengurus tolong jangan keterlaluan,’’ pesannya. (yls)