Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru lismarsumirat@riaupos.co
Ternyata, Riau memiliki banyak bakat terpendam di bidang penulisan fiksi/sastra pada siswa-siswi yang ikut bengkel sastra.
Jika diasah dengan baik, mereka akan menjadi penerus dunia penulisan satra Riau di masa depan.
Namanya Raditya Alia. Siswi kelas 8 (2) sebuah SMP Islam di Pekanbaru ini telah menulis dua buku fiksi anak-anak yang diterbitkan oleh Dar!Mizan, sebuah penerbitan lini remaja islami milik kelompok salah satu raksasa penerbit asal Bandung, Mizan Grup.
“Buku saya terbit waktu saya masih sekolah di SD An Namiroh. Ketika itu umur saya masih 11 tahun,” jelas Alia ketika ditanya pengalaman menulisnya oleh Hary B Kori’un, salah seorang intrusktur Bengkel Sastra dan Musikalisasi Puisi yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Riau di Pekanbaru, Kamis-Sabtu (4-6/7) lalu.
Tidak hanya Alia yang sudah melahirkan buku. Anisa dan Michiko juga sudah menerbitkan buku. Beberapa siswa lainnya seperti Nadia, meski belum menerbitkan buku, tetapi cerpen-cerpennya sudah menembus media massa.
Di usia yang masih belia, mereka sudah mengenal dunia tulis-menulis dengan baik. “Ayah dan ibu saya yang terus memberi dorongan untuk menulis,” ujar Alia.
“Tulisan-tulisan saya dikumpulkan oleh ayah, kemudian dia kirimkan ke penerbit. Alhamdulillah diterbitkan dan mendapatkan royalti,” tambah Alia sambil malu-malu.
Meski royaltinya hanya 6 persen dari harga jual —jumlah ini sangat kecil karena biasanya penerbit memberikan royalti 10-15 persen— setiap bulannya Alia mendapatkan royalti yang lumayan.
Sekitar 50 siswa mengikuti bengkel sastra untuk penulisan kreatif (prosa, puisi, dan esai) ini. Puluhan lainnya mengikuti bengkel musikalisasi puisi yang kelasnya terpisah.
Untuk bengkel penulisan, tiga sastrawan menjadi intruksturnya. Yakni Fakhrunnas MA Jabbar (Riau/esai), Hary B Kori’un (Riau/prosa), dan Isbedy Stiawan ZS (Lampung/puisi).
Untuk bengkel musikalisasi puisi, intruksturnya adalah Marhalim Zaini (Riau), Zalfandri alias Matrok (Riau), dan Andri S Putra (Sanggar Matahari Jakarta).
Selama tiga hari mereka digembleng untuk memahami teori, kiat-kiat menghasilkan karya, dan praktik yang langsung dibimbing para instruksturnya.
Mereka datang dari berbagai sekolah dari Riau. Untuk bengkel musikalisasi puisi masing-masing sekolah terdiri minimal 5 siswa dan satu guru pendamping.
Mereka berasal dari SMA 1 Rambah (Rohul), MAN Pasir Pengaraian (Rohul), MAS Kepenuhan (Rohul), SMA 1 Pekanbaru, SMA 2 Pekanbaru, SMA Babussalam (Pekanbaru), SMA 1 Rengat (Inhu), SMK 2 Kuansing, SMA 1 Siak Hulu (Kampar), SMA 1 Tebingtinggi (Kepulauan Meranti).
Sedang untuk kelas penulisan kreatif, masing-masing sekolah tersebut mengirim masing-masing minimal satu siswa, ditambah hampir semua utusan SMA dan SMP yang ada di Pekanbaru.
“Hampir semuanya berbakat menulis. Bahkan ada anak SMP yang sudah bisa menulis puisi dengan bagus, dengan diksi dan metafor yang menurut saya sudah sangat baik,” ujar Isbedy Stiawan ZS.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Fakhrunnas MA Jabbar. Meski masih duduk di SMP dan SMA, katanya, pemahaman mereka terhadap logika, masalah yang akan dibahas, dan sistematika penulisan sudah bagus. “Hanya tinggal mengasah saja,” jelas penulis kumpulan cerpen Ongkak ini.
Di bidang prosa juga begitu. Menurut Hary, selain mereka sudah banyak yang menghasilkan buku dan menembus media, peserta yang lain juga memiliki bakat-bakat yang kalau terus dibina, akan menjadi penulis fiksi atau sastrawan yang baik di masa depan.
“Saya yakin, kalau ada pembinaan berkelanjutan, mereka akan menjadi penulis handal dan kita tak akan takut Riau akan kehilangan generasi menulis,” jelas Hary.
Untuk musikalisasi puisi, baik Marhalim Zaini, Andri maupun Matrok juga sepakat bahwa meski kebanyakan dari mereka baru kali ini ikut pelatihan, tetapi pemahaman mereka terhadap puisi, kemudian visi dalam memusikalisasikannya, juga tergolong bagus.
“Hanya beberapa saja yang memang masih asing dan bingung, tetapi secara keseluruhan sudah baik. Tinggal latihan secara berkesinambungan yang akan membuat mereka bisa meningkatkan kemampuannya,” jelas Marhalim yang diamini Andri dan Matrok.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Drs Agus Sri Danardana M Hum, menjelaskan, untuk musikalisasi puisi, setiap tahun Balai Bahasa menyelenggarakan bengkel dan pelatihannya.
Tetapi untuk bengkel penulisan kreatif, baru tahun ini diselenggarakan setelah mendapat persetujuan dari Badan Bahasa di Jakarta. Dia berharap, para peserta dari bengkel ini akan mengikuti lomba yang akan diselenggarakan Balai Bahasa tahun ini juga.
“Setelah ini, kami akan menyelenggarakan festival musikalisasi puisi. Pemenangnya akan mewakili Riau untuk festival tingkat Regional Sumatera. Sedangkan untuk penulisan, kami juga akan mengadakan lomba penulisan cerpen tingkat remaja, dan pemenangnya akan kami kirim untuk mengikuti lomba serupa tingkat nasional,” jelas mantan Kelapa Kantor Bahasa Lampung ini. Danardana berharap, sepulang dari pelatihan ini, para peserta menempa dirinya lagi dan bersiap untuk mengikuti lomba.***