PEKANBARU(RIAUPOS.CO) - Sampah masih banyak berserakan di Kota Pekanbaru meski dua rekanan di Kota Pekanbaru sudah bekerja mengerah puluhan armada pengangkut sampah. Tumpukan sampah terjadi disebut karena jadwal pembuangan sampah yang tak dipatuhi.
Di Pekanbaru ada dua rekanan yang menjadi operator angkutan sampah yang ditunjuk untuk membersihkan sampah di Kota Pekanbaru. Mereka memastikan wilayah operasional bersih dari sampah. Kedua operator yakni PT Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT Samhana indah (SHI).
PT GTJ saat ini menjadi operator angkutan sampah di Zona I. Kawasan zona I meliputi empat kecamatan yakni Bina Widaya, Tuah Madani, Payung Sekaki dan Marpoyan Damai.
PT SHI saat ini menjadi operator angkutan sampah di wilayah yang masuk zona II. Wilayah yang masuk zona II yakni Bukit Raya, Lima Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Tenayan, Kulim, Sukajadi dan Senapelan.
Adrin Putra, perwakilan PT Samhana Indah pada Riau Pos, Rabu (9/3) menyampaikan, tumpukan sampah terjadi karena sampah susulan. Yakni, sampah yang dibuang warga di luar jam waktu yang ditetapkan. Yakni pukul 19.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB.
"Biasanya yang numpuk itu sampah susulan. Jam buang sampah yang jadi masalah. Kami sudah sosialisasi ke Wali Kota, bahwa jam buang sampah dari pukul 19 sampai jam 5 pagi," kata dia.
Dia melanjutkan, personel pengangkut sampah dari PT SHI sudah diturunkan sejak pukul 04.09 WIB. "Tapi jam 8, jam 9 orang pergi kerja buang sampah. Sampah susulan yang banyak. Kami ada L 300 juga, itu yang nyisir," imbuhnya.
Sementara itu, Fitri perwakilan dari PT Godang Tua Jaya dikonfirmasi terpisah mengakui dalam beberapa waktu belakangan pengangkutan sampah terganggu. Ini karena terjadi miskomunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pekanbaru. "Ada miskomunikasi, tapi sudah selesai. Mulai sore ini (kemarin, red) anggota sudah jalan lagi," terang dia.
Di luar itu, ketika ditanya apa yang menyebabkan tumpukan sampah masih terjadi, Fitri menyebutkan sampah yang dibuang di luar jadwal jadi masalah. "Di lapangan tidak ada masalah. Cuma masyarakat kadang buang sampah tidak tepat waktu. Jadi sampah menumpuk," ungkapnya.
Pemilik usaha di ruko-ruko di jalan protokol sambungnya, terkadang baru membuang sampah pukul 08.00 WIB pagi. "Utamanya di jalan protokol ruko-ruko itu. Mereka buang sampah di luar jadwal. Mancing masyarakat juga buang sampah di situ," paparnya.
Selain itu, kondisi solar yang langka juga mempengaruhi. Akibat harus mengantre solar, armada pengangkut sampah jadi mengalami keterlambatan. "Solar langka pengaruh juga. Karena mobil kami antre pagi lumayan juga lama. Ada 40 mobil kami. Kadang sampai 1 jam (antre, red), solar langka soalnya," jelasnya.
Dalam pada itu, Rabu (9/3) kemarin, sempat terjadi penghadang jalan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar. Itu diakibatkan karena masalah pembayaran yang terlambat.
Hal ini diakui Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Hendra Afriadi pada wartawan. "Sudah selesai, terkait terlambatnya pembayaran saja, karena masalah administrasi," kata dia.
Hendra menyebut, PT GTJ mengajukan pencairan untuk bulan Januari. Namun, ada persoalan administrasi yang membuat pencairan belum bisa dilakukan. "Sopir PT GTJ cuma meminta kepastian gaji mereka keluar," imbuhnya.
Ia menyebut, saat ini persoalan sampah yang menumpuk hari ini sudah berangsur ditangani. "Sudah ditindaklanjuti sama PT GTJ (Godang Tua Jaya). Sore ini sudah jalan armada," singkatnya.(ali)