PEKANBARU (RIAUPOS.CO)- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, menegaskan bahwa langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak harus selalu dengan penegakan hukum. Namun, bisa juga dengan cara pendekatan humanis kepada masyarakat dengan melibatkan tokoh agama.
Hal tersebut disampaikan Letjen Doni ketika menyampaikan arahan kepada Pemerintah Provinsi Riau terkait penanggulangan bencana di Gedung Daerah Provinsi Riau, Jalan Diponegoro, Kamis (7/2) malam. Pada kegiatan tersebut, juga hadir Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim, Danrem 031/WB, Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, bupati/wali kota, Kepala BPBD dan undangan lainnya.
“Tindakan hukum sangat diperlukan terhadap para pelaku karhutla. Namun, pendekatan emosional dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk menanamkan perlunya kesadaran agar tak membakar lahan jauh lebih penting,” sebutnya.
Untuk itu, lanjut Doni, ia meminta kepada seluruh pihak terkait di Riau, untuk bisa memaksimalkan dalam hal pencegahan mau pun pengendalian karhutla. Seperti pihak penegak hukum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Manggala Agni, instansi pemerintahan lainnya, hingga unsur-unsur yang ada di tingkat bawah kelurahan dan desa sebagai ujung tombak.
“Dalam pencegahan karhutla ini, semua pihak harus terlibat. Tentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing,” ajaknya.
Dari sisi keagamaan, menurut Doni, peran para ulama juga hendaknya bisa diikut sertakan dalam melakukan pencegahan karhutla melalui khutbah atau ceramah-ceramah di masjid terkait karhutla. Apalagi Provinsi Riau merupakan daerah dengan mayoritas masyarakat muslim.
“Riau ini masyarakatnya mayoritas muslim, mari kita libatkan ulama-ulama kita. Saat ceramah atau khutbah sisipkan soal karhutla ini,” harapnya.
Diakui Doni, persoalan karhutla yang terjadi di Indonesia termasuk Riau dalam beberapa tahun lalu sempat menjadi perhatian. Saat itu, asap yang ditimbulkan akibat kebakaran sampai hingga negara tetangga.
“Karhutla merupakan salah satu bencana yang cukup mengkhawatirkan, karena akibat karhutka pada 2015 lalu kerugian negara mencapai Rp250 triliun lebih. Untuk itu, mari kita menjaga alam, kemudian setelah itu alam yang akan menjaga kita,” tutupnya.(sol)