BAYI HIDROSEFALUS TERLAMBAT DAPAT PENANGANAN

Lingkaran Kepala Zeno Nyaris Satu Meter

Pekanbaru | Sabtu, 08 Desember 2012 - 09:40 WIB

Lingkaran Kepala Zeno Nyaris Satu Meter
Zeno (1,5), pasien hidrosefalus ditemani sang ibu Rebekka di ruang Cendrawasih II RSUD Arifin Achmad, Jumat (7/12/2012). Foto: Hendrawan/riau pos

Laporan HENDRAWAN, Pekanbaru

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru lagi-lagi menerima pasien bayi hidrosefalus. Bayi malang bernama Zeno Octo ini terlambat diobati secara medis. Kini, ukuran lingkaran kepala Zeno mencapai 95 Cm, atau nyaris satu meter.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Zeno Okto hanya terkulai lemah saat ditemui wartawan di ruangan rawat inapnya sekitar pukul 14.00 WIB Jumat (7/12). Anak pasangan Kardo Binsar Panjaitan dan Rebekka Nababan, warga Pinggir, Kabupaten Bengkalis ini sama sekali tidak bisa bergerak.

Ukuran kepalanya mencapai dua kali ukuran bola kaki standar pesepakbola dewasa. Tidak hanya itu, Zeno yang kini berusia 1,5 tahun juga tidak mampu menutup matanya karena kondisi ini.         

Sang Ibu, Rebekka Nababan kepada wartawan mengatakan hanya bisa pasrah saja dengan kondisi ini. Sorot matanya memperlihatkan wajah lelah setelah setiap waktu merawat anaknya di ruang kelas III RSUD Arifin Achmad itu.

Cerita Rebekka, kondisi hidrosefalus atau cairan di kepala ini sudah diketahui sejak bayi dalam kandungan melalui USG. Hanya saja pasca kelahiran, tidak ada penanganan dokter.

‘’Ketika masih dirawat di Merak —ketika baru lahir di RSUD Arifin Achmad—, sudah cek darah dan ronsen. Disebutkan waktu itu berbahaya dioperasi, karena dokter bilang begitu saya bawa pulang,’’ cerita Rebekka yang sempat tertidur saat wartawan tiba di Ruang  Cendrawasih II itu.  

Setelah kembali ke kampung halamannya di Desa Sebanga, Kelurahan Titian Antui, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis sang anak hanya menerima perawatan dengan terapi dan obat-obat tradisional.

Alangkah terkejutnya Rebekka, karena kondisi kepala anak bungsu dari lima bersaudara ini semakin parah. Terakhir sebelum dirujuk ke RSUD, Zeno sempat RS Permata Hati, Duri.

Saat ditemui, Zeno baru saja selesai operasi pada Kamis (6/12) malam, dan saat ini kondisinya stabil. Kardo dan Rebekka sendiri adalah keluarga kurang mampu.

Biaya kesehatan ditanggung melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Kardo yang hanya sebagai buruh pun kebingungan soal biaya hidup anak dan istrinya menjelang diperbolehkan pulang usai operasi pertama kalinya ini.

‘’Sekarang masih menunggu keputusan dokter atas kondisinya sesudah operasi ini. Dokter meminta istirahat, buka jahitan baru Senin depan. Tapi untunglah Zeno tidak rewel, disuntikpun tidak nangis. Ini sungguh cobaan bagi keluarga saya, mudah-mudahan dia (Zeno, red) cepat sembuh,’’ ungkap Rebekka.

Sementara itu, Direktur Utama RSUD Arifin Achmad Yulwiriati Moesa menjamin bayi kurang mampu ini dijamin melalui Jamkesda.  

‘’Bayi sudah ditangani dengan semestinya, sudah dioperasi. Sekarang tinggal melihat kondisi bayi beberapa hari ke depan pascaoperasi, kalau kata dokternya bisa meninggalkan RSUD ya kita biaya kepulangannya, begitu juga pada waktu dia akan memeriksakan diri lagi juga ditanggung pemerintah. Kan mereka pakai Jamkesda,’’ ujar Yulwiriati.

Dirut berkomitmen penanganan pasien Jamkesda dan pasien umum adalah sama, apalagi memang RSUD selama ini mayoritas melayani masyarakat kurang mampu.

Tinggal bagaimana pasien dan masyarakat tanggap akan kesehatan diri masing-masing, sebelum keadaan penyakit semakin parah.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook