Laporan Fadli Mualim, Pekanbaru fadli@riaupos.co
Perhelatan PON XVIII di Pekanbaru sontak membuat ibukota Provinsi Riau ramai dan riuh. Pekanbaru seketika menjelma sebagai bandar yang disesaki pendatang, dan mengalami lonjakan transaksi barang jasa.
Bak burung Serindit, dengan warna memukau dan kicauan merdu, Pekanbaru tengah gegap gempita dan mempesona. Contoh nyata terlihat dari membanjirnya pedagang dadakan dari luar daerah.
Dadan punya naluri berbisnis tingkat tinggi, entah karena ingin mengikuti ajang PON XVIII lebih dekat atau murni demi motif ekonomi, dia rela menempuh dua hari dua malam perjalanan darat bertolak dari Kelurahan Cijera, Kota Madya Bandung untuk sampai di Pekanbaru.
Pria berusia 28 tahun ini mesti bolak balik bus melintasi sebagian rentang Sumatera mulai dari Pelabuhan Merak, Pelabuhan Bakauheni Lampung, Palembang, Jambi dan terakhir tiba di Negeri Serindit.
Bukan dengan tangan hampa, dia membawa jualan berupa baju berlogo Maskot Bujang Serindit dan Logo PON Riau XVIII sekitar 1000 potong.
Caranya, sang empu tiba duluan di Pekanbaru sementara pakaian tersebut di kirimkan lewat agen di salah satu alamat temannya.
Di temui di depan stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Rabu (5/9) Dadan terlihat sedang bercengkrama dengan sejumlah temannya yang sama menjual pakaian jenis tersebut.
‘’Rata-rata harga baju kita patok Rp70-Rp80 ribu, untuk berbagai jenis kaos oblong, kemeja, hingga pakaian anak-anak,’’ kata Dadan menjelaskan.
Uniknya, dalam kesehariannya Dadan mengelak disebut sebagai pedagang. ‘’Saya tidak berdagang saban hari, cuma kalau ada iven olahraga yang besar seperti Liga Indonesia atau Indonesia Super League (ISL) ya saya jualan. Kita jualan kalau ada sepakbola saja, ibaratnya ini staff bola...haha,’’ katanya sembari tertawa.
Dadan juga menganalogikan dirinya sebagai penjelajah Indonesia, seperti si Bolang, cetusnya menyebutkan salah satu program televisi yang menceritakan kisah petualangan anak-anak dari berbagai belahan nusantara Indonesia.
Ditanyai tentang kesannya tentang Pekanbaru Dadan punya kontan menjawab: ‘’Pekanbaru panas, tambah item. Tapi orangnya ramah-ramah,’’ ujarnya.
Dadan optimistis, barang jualannya itu bisa habis sesuai dengan dan selama dilangsungkannya ajang PON XVIII dalam dua pekan ke depan. Sebagai bukti, Selasa, (4/9) sudah 20 pieces baju dibeli pengunjung.
Dadan menuturkan setidaknya ada 20 pedagang yang sama dengan dirinya, dari Bandung sudah mengelar dagangan di berbagai venues yang ada.
‘’Sebagiannya ada di Panam, di pinggir jalan. Kita belum tahu apakah nanti diperbolehkan menggelar dagangan di sekitar venue tertentu, kalau bisa kita maunya berjualan pada hari pembukaan, di sekitar stadion utama,’’ kata dia berharap.
Pengelolaan keberadaan pedagang disebutnya hal yang mesti di lakukan oleh panitia untuk menghindari kesan semrawut, namun dia mengaku kondisi sekarang sudah cukup kondusif. Bukan hanya menjual pakaian jadi, Dadan menerangkan siap membuatkan baju dengan motif atau logo sesuai dengan keinginan pembeli.
‘’Kita siap membuatkan gambar yang diinginkan tapi khusus hal ini jelas membutuhkan waktu karena pembuatannya di Bandung,’’ paparnya.
Cerita berdatangannya para pedagang dari Bandung ini tidak sendiri. Ahmad (39) warga Jalan Ahmad Yani kecamatan Cicadas malahan sudah sepekan berada di Pekanbaru dengan tujuan yang sama menjual pakaian dengan maskot dan berlogo PON Riau 2012.
‘’Sebelumnya saya jual di lampu merah pertigaan, ada 300 pieces yang saya bawa. Sejauh ini prospeknya sangat bagus,’’ kata Ahmad.
Model kedatangan Ahmad hampir sama dengan cara yang dilakukan dengan Dadan, dia menempuh jalan darat dengan mengunakan mobil sementara pakaian tersebut dikirimkan belakangan dengan sistem paket.
Tak hanya dari Bandung, Ahmad memprediksikan dalam waktu dekat kelompok pedagang dari Tanah Abang, Jakarta bakal membanjiri sisi-sisi strategis venues PON XVIII yang di daerah utamanya di kota Pekanbaru.
Sayangnya kreatifitas seni dan kegigihan berusaha para pedagang tanah Paris van Java itu tidak menular pada pengrajin rotan di kawasan Rumbai.
‘’Kita tidak berencana membuat souvenir yang berkaitan dengan PON, biasa saja,’’ ucap Sudarto (31) pemilik Kedai Rotan Dini Yani Perabot di jalan Yos Sudarso, Rumbai. Ditemui tengah asyik membuatkan alas kursi Sudarto tak antusias menyambut PON XVIII dengan membuat terobosan produk baru.
Bersama dua karyawan yang tengah bekerja, satu di bagian merangka dan lainnya di bagian Finishing, Sudarto mengaku cukup puas dengan produk yang ada saat ini.
‘’Ya kursi tamu, pembatas (Partisi) kursi meja, kap lampu, dan kuda-kudaan. Itu semua kita buat sendiri, tidak ada souvenir khusus, tapi tak tertutup kemungkinan ada yang tertarik dengan tudung saji. Itu juga bisa dijadikan sebagai souvenir karena bentuknya khas,’’ ujar Sudarto tersenyum.
Alasan dia tidak membuat kerajinan khusus, cukup simpel karena kurang yakin barang yang akan dijual bisa laku di pasaran. “Kita tidak berani buat yang lain, yang pasti-pasti ajalah,” tuturnya.
Datarnya penjualan kerajinan berupa kursi, tudung saji, meja dari rotan ini diakui juga oleh Ira (38), karyawan di Perabot Rotan Sedona, di bilangan Yos Sudarso, Rumbai.
‘’Biasa saja, normal. Kita memang berharap ada peningkatan tapi sejauh ini biasa saja,’’ ujarnya datar.
Meski demikian, harapan baik tetap digaungkan pengrajin ini berkaitan dengan pelaksanaan Pesta Olahraga Nasional empat tahunan itu.
“Harapan kami mudah-mudahan bisa sukses, lancar. Pokoknya bagaimana Riau bisa jadi tuan rumah yang baik,’’ urainya.***