PEKANBARU (RP) - Masalah sampah yang ‘”mencederai” Piala Adipura yang diperoleh Pekanbaru berturut-turut menjadi masalah krusial yang harus diselesaikan pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pekanbaru Firdaus-Ayat Cahyadi.
Pada awal tahun, persoalan sampah sempat menjadi perhatian serius. Pasalnya, saat itu sampah menumpuk di mana-mana. Tidak diangkut berhari-hari hingga menimbulkan bau tak sedap.
Kerusakan alat berat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar disebut-sebut menjadi penyebab karena menyebabkan sampah di TPA ‘’menggunung’’. Bahkan sempat terjadi aksi mogok supir angkutan sampah. Saat itu, belasan truk sampah ‘’mengepung’’ Kantor Wali Kota Pekanbaru. Mereka mengaku dilarang masuk oleh warga di TPA yang menilai kinerja pengangutan sampah buruk tersebut.
Tak heran jika masalah sampah masuk dalam program 100 hari Firdaus-Ayat yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
‘’Alhamdulillah, meski tidak bisa kita bebaskan seluruh wilayah di Pekanbaru dari sampah, setidaknya saat ini sudah berkurang. Jarang kita melihat produksi sampah yang menumpuk di beberapa tempat, meski ada juga yang kita lihat. Tapi semua sudah bekerja keras dan urusan sampah ini tidak bisa serta merta menjadi tanggungjawab pemerintah melainkan masyarakat juga,’’ terang Wali Kota Pekanbaru H Firdaus ST
MT kepada Riau Pos, Jumat (4/5) di lobi Kantor Wali Kota Pekanbaru.
Hal tersebut dijelaskannya berdasarkan hasil pertemuan dan evaluasi yang dilakukannya sebagai wali kota bersama seluruh pejabat di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Berdasarkan penjelasannya, salah satu hal yang dilakukan adalah mengganti sistem pelaksanaan pengelolaan sampah.
Jika sebelumnya sampah yang terdapat di tempat pembuangan sementara hanya dikumpulkan saja saat ini sudah diangkut langsung ke TPA Muara Fajar untuk dikelola.
Tidak hanya itu, berkurangnya tumpukan sampah tersebut tidak hanya keberhasikan pengelolaan dari pemerintah namun masyarakat juga berperan aktif dalam hal ini.
‘’Ini kerja tim dan kita tidak mau mengklaim sepenuhnya adalah keberhasilan pemerintah. Masyarakat juga sangat berperan aktif menjaga lingkungannya bebas dari sampah. Harapan kita ke depannya pengelolaan sampah ini bisa lebih baik dengan sistem yang baru. Jadi target jangka panjangnya sampah di Pekanbaru sudah bisa menadi omset pendapatan,’’ terangnya.
Untuk memastikan kondisi penanganan sampah, Riau Pos melihat langsung tempat pembuangan akhir sampah di TPA Muara Fajar, Rumbai, Jumat (4/5). Tonase TPA Muara Fajar yang menampung seluruh sampah yang ada di Kota Pekanbaru dalam keadaan rusak.
Alat penimbang setiap sampah yang masuk ke TPA ini rusak sejak beberapa pekan lalu, hingga laporan berat sampah yang masuk ke TPA untuk April ini tidak dapat dilaporkan.
Hal ini bisa terlihat dengan belum tercatatnya total berat sampah yang ‘’diproduksi’’ penduduk kota untuk April 2012.
Ari (29), salah seorang petugas jaga TPA Muara Fajar, menyebutkan sudah hampir sebulan tonase berbahan baja sekira memiliki panjang dua belas meter itu rusak. ‘’Timbangan rusak sudah hampir sebulan. Bulan April tak dapat berapa berat sampah yang masuk,’’ ujar Ari.
Di lokasi TPA, Riau Pos juga mendapat keterangan dari petugas lainnya bernama Jasri yang sempat memamerkan dua alat berat yang baru saja didatangkan ke TPA Muara Fajar. Menurut dua petugas jaga ini, sejak 2012 ini hampir tidak ada masalah dengan pengelolaan sampah.
‘’Paling ada beberapa mobil pengelola sampah yang bukan dari pemerintah yang kurang tertib. Mobil-mobil kecil milik pribadi ini sering dibongkar pemulung, seharusnya supir dan kernetlah yang langsung membongkar sesuai peraturan. Kalau pemulung yang bongkar akan berserakan,’’ ujar Ari.
Data sampah terakhir yang masuk ke TPA sebelum tonase rusak, pada Januari ada 7,7 ton, Februari 7,8 ton dan Maret 7,9 ton. Bandingkan dengan sampah yang masuk pada Januari tahun lalu yang hanya 4,4 ton, sementara pada Desember 2011 sampah yang masuk sudah mencapai 7.3 ton. Diperkirakan baru sekitar dua dari delapan hektare lahan TPA Muara Fajar yang terisi.
Sukseskan PON
Semakin dekatnya waktu pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau, Pekanbaru sebagai ibukota provinsi menjadi lokasi pelaksanaan tanding yang cukup banyak. Tak heran jika Pemko Pekanbaru ikut serius mempersiapkan kesuksesan PON.
Gebrakan sukses PON XVIII memang sedikit menonjol, walaupun belum dalam bentuk ril. Contohnya, Pemko Pekanbaru akan mempersiapkan sebanyak 1.500 industri rumahan untuk mempersiapkan aneka souvernir.
Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru El Sabrina melalui Kepala Bidang Perindustrian Askardi SSos mengatakan ribuan perusahaan yang dipersiapkan untuk mendukung PON tersebut terus dibina agar lebih kreatif.
‘’IKM di Pekanbaru terus berkembang, saat ini mencapai 1.500 lebih industri, itu belum termasuk indutri diluar non formal. Sementara sebelumnya hanya sekitar seribu IKM saja,’’ ujar Askardi.
Sedangkan pembangunan venue ski air untuk kegiatan PON yang dibangun menggunakan anggaran Pemko Pekanbaru, hingga kini masih belum selesai. Seharusnya venue ski air sudah bisa dilakukan percepatan pengerjaan.
Namun, hingga 125 hari lagi jelang pembukaan iven olahraga nasional tersebut, venue ski air masih belum juga memperlihatkan kondisi selesai hingga akhir April lalu.
Padahal Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Ski Air dan Wakeboard Indonesia (PSWI) Riau saat ini harus “menumpangkan” atletnya untuk menjalani latihan di Danau Sunter, Jakarta yang hanya kebagian waktu latihan pada pagi hari.
“Bahkan atlet kita harus latihan sembunyi-sembunyi karena takut dibaca kekuatan dalam latihan oleh kontingen Ski Air Jakarta yang merupakan tempat latihan mereka disana,” sebut Ketua Harian PSWI Riau, Gumpita MSI beberapa hari lalu.
Gumpita menambahkan, memang pihaknya menginginkan para atlet dapat segera latihan di Danau Buatan pada akhir Maret lalu. Namun karena pengerjaan venues belum memperlihatkan hasil maka pihaknya menahan dulu keinginan untuk latihan di kandang.
Berdasarkan pantauan Riau Pos akhir April lalu di venue ski air di Danau Buatan tersebut, memang yang baru memperlihatkan hasil hanya fasilitas jalan dan penerangan menuju lokasi venue.
Selain itu, juga sudah dipancang pondasi untuk tempat duduk penonton. Padahal yang harus disegerakan adalah selain garasi untuk speedboat, jumping rump, serta pagar dan kios untuk ruangan istirahat atlet, juga danau tersebut diperlukan sedikit pengerukan agar kedalamannya sesuai dengan standar.
Seperti yang disampaikan Ketua Tim Pengawas dan Pengarah (Wasrah) PON Riau, Ir K Inugroho yang juga menjabat Wakil Ketua Umum KONI Pusat dalam kunjungannya akhir April lalu. Menurutnya, pengerukan juga sangat dibutuhkan agar speed yang bertarung pada pertandingan tidak tersangkut dengan kayu-kayuan atau rumput di dasar danau.
“Minimal sekali 2,5 Meter kedalamannya sehingga atlet dapat nyaman bertanding,” singkatnya ketika itu saat berbincang dengan Riau Pos.
Meskipun begitu, berdasarkan paparan dari pihak penanggung jawab pembangunan venues tersebut dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Pekanbaru, Ia juga yakin venue dapat segera rampung dalam waktu dekat. Minimal pada Juni mendatang, namun Ia juga mengimbau agar tuan rumah dapat melihat sarana dan fasilitas pendukung agar juga dilengkapi.
“Meskipun dari budget sudah tidak ada masalah, namun percepatan perlu dilakukan, saya juga melihat tidak ada sarana parkir di areal venue, hal-hal kecil seperti itu juga hendaknya jangan dilupakan,” harapnya.
Sementara itu, PPTK Venue Ski Air dari Dispora Kota Pekanbaru Andri Yulius Hamidy mengemukakan berdasarkan komitmen pihaknya dengan Dinas PU sebagai penanggung jawab pembangunan venues tersebut telah disepakati bahwa target akhir mereka adalah Juli mendatang sudah bisa digunakan.
“Masa sanggah untuk ganti rugi lahan sudah selesai oleh Pemko, dan yang dirampungkan tinggal beberapa bentuk yang tinggal pasang saja, seperti tempat duduk penonton dan menara pengawas serta kebutuhan pertandingan seperti garasi, namun kita optimis bisa selesai para Juli nanti,” singkatnya.
Meskipun berbagai pihak tersebut menyatakan optimismen mereka venue akan selesai, namun jika selesai pada Juli, bisa dibilang masa itu adalah bulan Puasa, dan tentunya sudah tidak dimungkinkan lagi para atelt Ski Air Riau untuk berlatih efektif disana karena juga menyambut hari raya umat muslim.
Padahal, mengutip perkataan insan olahraga Riau, Keuntungan sebagai tuan rumah adalah dapat menguasai venue pertandingan dibanding kontingen peserta dari daerah lain.(bersambung/lim/h/eko/ilo/egp/hpz)