(RIAUPOS.CO) - Kasus 55 pelajar SMPN 18 Pekanbaru melakukan sayatan mendapatkan perhatian khusus dari KPAI. Bahkan pihak KPAI telah datang ke sekolah tersebut. Bertemu dengan pelajar, guru dan para walimurid, Sabtu (6/10).
Komisioner Bidang Kesehatan dan Napza KPAI, Sitti Hikmawatty mengatakan, kedatangannya dari Jakarta ingin mendatangi SMPN 18 Pekanbaru. Di mana hal itu berkaitan dengan kasus pelajar yang melakukan sayatan tangannya. Kunjungan itu juga secara umum untuk memberikan edukasi sekaligus sosialisasi undang-undang perlindungan anak.
“Memang kedatangan kami ingin melakukan pendalaman terhadap kasus. Di mana kita dapat informasi bahwa ada 55 orang anak yang melakukan, bukan sayatan ya tapi goresan-goresan di beberapa bagian tubuhnya kita sudah ketemu dengan sebagian dari mereka,” ungkap Sitti kepada Riau Pos usai sosialisasi di ruang kepala sekolah.
Lanjut Sitti mengatakan, hasil kunjungannya di sekolah ia telah memiliki beberapa catatan di antaranya yaitu dari 55 pelajar dibagi ke dalam beberapa kelompok jadi tidak semuanya. Kemudian melakukan pendalaman terhadap mereka yang memang memiliki motif untuk melakukan perlukaan pada dirinya. Kemudian ini ada kaitanya dengan konsumsi minuman tertentu, tetapi ternyata kan tidak semua yang ini mengkonsumsi minuman tersebut. Dari tontonan-tontonan walaupun yang namanya tontonan-tontonan itu kan menurut ia sifatnya dari luar. “Kalau dalamnya kuat kan tidak terpengaruh terhadap yang sifat dari luar ini,” katanya.
Lanjut Sitti KPAI juga sudah memiliki catatan dimana menurutnya perlu direkomendasikan pada kepolisian dan kementerian yang terkait. “Kita lakukan penyelidikan jadi sudah kita serahkan kepada kepolisian ke cyber crime. Kita juga koordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan melalui wakil-wakil yang ada di sini juga Kementerian Infokom karena sampai saat ini situs-situs tersebut masih belum diblokir,” terangnya.
“Kami khawatir kasus ini hanya menjadi bagian dari fenomena gunung es. Karena tadi pagi kita juga sudah dapat kan ada kejadian yang sama di daerah lai ya sekitar 41 anak. Mudah-mudahan kalau sumber-sumber ini bisa kita padamkan kita minimalisir tidak akan sampai terjadi di sekolah,” tambahnya.
Ia juga berharap dibuka komunikasi seluas luasnya terhadap anak didiknya. “Jadi kita tetap berikan keterangan pada anak-anak tetapi tetap dilakukan sebuah pengawasan artinya apa yang dilakukan oleh para guru di sini melakukan semacam sidak razia. Hal itu memang diperlukan dan juga mohon dibuka komunikasi seluas-luasnya karena banyak dari mereka yang ada di sini adalah anak-anak yang kurang mendapatkan tempat atau wadah untuk berkomunikasi dengan keluarganya,” katanya.
Sementara Kepala SMPN 18 Pekanbaru, Lili Deswita menyambut positif kedatangan pihak KPAI. “Kami ambil hikmahnya dulu untuk sekolah untuk anak maupun orang tuanya datang ke sini. Kami bisa tahu karakter anak seperti apakah anak kita. Sekalipun hanya beberapa orang di assessment tetapi nampak gambar yang ternyata anak yang seperti ini modelnya negini begitu, anak yang rapi apa maksudnya, anak yang berantakan. Jadi kita menambah ilmu kita di bidang psikologi,”katanya.(gem)