Laporan HENDRAWAN, Kota redaksi@riapos.co
Life skill atau kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan diri.
Di sinilah peran seorang ibu untuk mengembangkan life skill anaknya sejak dini.
Kemampuan mencakup daya pikir, daya kalbu dan daya raga. Kesanggupan sangat dipengaruhi oleh kepentingan yaitu sesuatu yang dianggap penting oleh siapa dalam bentuk apa.
Memperkenalkan life skill sejak dini sangat disarankan, hal ini akan bermula dari seorang ibu yang memperkenalkan life skill kepada anaknya.
Bila berkaca kepada sekolah-sekolah sukses di ibukota Jakarta seperti SD Petra Jakarta, beberapa life skill sudah dianjurkan untuk diikuti oleh para pelajar yang masih mungil-mungil di lembaga pendidikannya.
Di sekolah ini, pelajar kelas I hingga IV SD sudah dianjurkan untuk berlatih piano, presenter, cooking class, robotic, menggambar kreatif hingga balet. Sementara yang duduk di kelas V-VI disediakan pula les biola, piano, handycraft, presenter, Bahasa Inggris, cooking class, robotic hingga menggambar kreatif. Bagaimana dengan ibu-ibu di rumah?
Kalaulah berkaca pada beberapa life skill di atas, maka mungkin banyak para orangtua yang tidak menyanggupi, apalagi bagi ibu merangkap sebagai wanita karir pula. Namun ini tetap bisa disiasati dengan mulai memperkenalkan anak dengan life skill lain yang sudah dikuasai sang ibu.
Hal inilah yang sudah diterapkan oleh Merry Novikawati, guru Bahasa Inggris di MAN 2 Model. Sebagai guru Bahasa Inggris, Merry sadar bagaimana kemampuan berbahasa internasional ini sangat penting hingga muncul harapan agar sang anak dapat menguasai Bahasa Inggris jauh lebih baik darinya.
Kapan ibu dua anak ini mulai memperkenalkan Bahasa Inggris kepada anaknya? Sejak sang anak mulai bisa berbicara. Perkenalan dini pada kemampuan bahasa asing ini dimulai dari komunikasi sederhana beberapa instruksi dalam Bahasa Inggris. Merry sengaja hanya menularkan istilah-istilah mudah dan sederhana kepada anaknya.
‘’Tujuan awalnya untuk memperkenalkan, jadi hanya perintah sederhana saja seperti sit down, stand up atau menjawab ungkapan terima kasih thank you,’’ jelas dia.
Menurut Merry mengajarkan anak life skill terutama Bahasa Inggris tidaklah sulit, karena beberapa teori pendidikan menyebutkan anak akan belajar dari lingkungan, orang dewasa sekitarnya.
‘’Anak itu ibarat kertas putih mau kita isi apa? Selain bahasa yang sehari-hari digunakan orangtuanya, bila dikenalkan bahasa asing maka anak di bawah umur lima tahun hanya akan mengikuti, dia bisa mempelajari apa saja, kalau orangtua biasa Bahasa Minang maka dia akan pakai Bahasa Minang. Jadi Bahasa Inggris juga dikenalkan,’’ sebut dia.
Merry cukup intens memperkenalkan Bahasa Inggris pada anak pertamanya, Narita yang kini masih duduk di kelas II SD. Sementara anak kedua yang duduk di kelas I SD bisa langsung beradaptasi dari kakaknya.
Menurut Merry, membiasakan anak berbahasa Inggris dari kecil itu sangat mudah. Misalnya dengan memberikan kata-kata instruksi secara berulang-ulang maka anak-anak akan mengingat dan mudah mengucapkannya.
‘’Saya memang ada target agar anak punya fluency atau kelancaran dalam Bahasa Inggris. Tapi sampai sekarang belum masuk lembaga kursus yang formal. Sementara itu saya mengajar secara komunikatis saja seperti percakapan sehari-sehari,’’ ujar Merry.(yls)