Laporan ADRIAN EKO DESRILIANTO, Pekanbaru adrianeko-d@riaupos.com
Hari menjelang malam di pinggiran Sungai Siak yang sudah dibangun turap. Puluhan warga berkumpul berjejer tidak rapi.
Pedagang dan warga berbaur dengan tujuan masing-masing. Percikan air sungai dibelah lajunya kapal laut dan sampan yang mencari ikan terpantul cahaya matahari yang mulai tenggelam.
Langit memerah diufuk barat Pekanbaru menambah keindahan sore menjelang malam di Kota Tua Pekanbaru itu.
Sejak Jembatan Siak I tak lagi menanggung beban sendirian memikul kendaraan, setelah Jembatan Siak III diresmikan.
Suasana sore dan malam hari di tepian sungai Siak yang juga disebut Sungai Jantan ini sedikit berubah. Apalagi Jembatan Siak III mempesona untuk dijadikan tempat singgah sementara.
Dua bangunan jembatan berbeda usia ini, telah menjadi ikon baru Kota Bertuah menjadi nilai plus untuk warga yang perlu hiburan.
Terciptalah, rekrasi sederhana di antara dua jembatan yang menghubungkan Senapelan dan Rumbai.
‘’Di sini tempatnya bagus dan anginnya juga dingin. Kalau sore hari pemandangannya bagus, apalagi saat matahari mulai tenggelam. Belum lagi malam, kerlap kerlip lampu yang dipasang dijembatan baru itu memberikan pemandangan yang lain. Pokoknya di sini kita bisa refreshing mata dan pikiran,’’ujar Ardi salah seorang masyarakat Tangkerang yang datang bersama rekannya kepada Riau Pos.
Tidak hanya mereka yang sekedar lewat, namun ada juga yang memang bertujuan untuk melihat suasana sore hari menyaksikan matahari terbenam.
Banyak pasangan muda mudi yang tidak ingin ketinggalan romansa romantis seperti di film-film percintaan. Sambil memandang ke air beberapa diantaranya tidak ketinggalan mengabadikan suasana tersebut dengan kamera handphone maupun kamera DSLR yang mereka bawa.
Tawa anak-anak terdengar dibeberapa wahana permaian yang biasanya mulai dibuka pada hari menjelang malam. Aktifitas burung-burung diatas sungai juga menarik perhatian pengunjung pelataran pinggiran sungai Siak tersebut.
Lain Ardi yang segaja datang dengan berkonvoi bersama rekan-rekan sebayanya, Dolah salah seorang warga Tampan terlihat membawa serta anak-anaknya yang masih berusia belia.
Wahana permaian sederhana yang ada ditempatkan di pinggir sungai yang sudah didam tersebut mejadi pilihan anak-anaknya untuk bermain.
Tidak hanya ada istana udara, di sana juga terlihat ada komedi putar serta odong odong yang digerakkan secara sederhana dengan tenaga manusia.
Biaya yang cukup murah dan sesuai dengan isi kantong warga membuat pilihan yang tepat untuk memberikan rekreasi yang berbeda.
‘’Mau ke Taman Kota sudah ramai, ke mal kantong tidak memadai. Walaupun di sini outdoor, tapi semuanya masih bisa terjangkau. Anak-anak juga senang ke sini sambil belajar melihat Kota Pekanbaru dari luar. Jadi mereka bukan hanya kenal Mal saja, Sungai Siak yang katanya penuh sejarah juga harus mereka kenal. Sambil rekreasi mereka sambil belajar bersosialisasi,’’ujarnya.
Melihat potensi tersebut sungai tersebut, Sekretaris Kota Pekanbaru HM Wardan menyatakan sejak dulu Pemko memang memiliki konsep menjadikan Pekanbaru sebagai New Water front City. Apa yang dilakukan masyarakat saat ini jelas sebagai bentuk dukungan menjadikan program yang diperkirakan mampu menarik wisatawan ke Pekanbaru.
‘’Ini sudah masuk konsep Pekanbaru modern. Selama ini Pekanbaru hanya identik dengan wisata belanja dengan mal yang ada di Pekanbaru cukup banyak. Jika masyarakat sudah membiasakan diri berwisata di pinggir sungai itu, tentu dengan sendirinya akan dipromosikan ke wisatawan lainnya. Sejalan dengan itu untuk mewujudkan Water Front City yang menjadi konsep bisa sekalian berjalan. Semuanya memiliki peranan untuk menambah kecintaan terhadap Kota Pekanbaru ini,’’ ujarnya.***