Laporan M ALI NURMAN, Siak Hulu malinurman@riaupos.co
Tiga dari lima tersangka pelaku pemerkosaan terhadap TA (22) berhasil dibekuk jajaran Polsek Siak Hulu, Kabupaten Kampar. Mereka adalah FZ (18), TG (27), dan ED.
Mengapa mereka bisa melakukan perbuatan bejat tersebut? Berikut wawancara Riau Pos dengan dua tersangka yaitu FZ dan TG.
FZ, TG dan ED adalah tiga tersangka pelaku pemerkosaan yang berhasil ditangkap jajaran Polsek Siak Hulu, Senin (26/11) sore. Untuk mengungkap apa motif mereka melakukan perbuatan keji itu, Riau Pos menyambangi Mapolsek Siak Hulu, Rabu (5/12) siang dan melakukan wawancara.
Hanya FZ dan TG yang bisa ditemui kemarin. Sementara ED sedang menjalani pemeriksaan saat itu.
Dituturkan FZ, keluarganya sangat terpukul begitu mengetahui ia menjadi tersangka dalam kasus perkosaan terhadap TA. Emosi sempat ditunjukkan keluarganya. Apalagi, sehari-hari FZ mengaku ia bukanlah anak yang nakal. Bahkan, jika waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB dan ia belum pulang, orangtuanya biasa akan menelpon untuk menanyakan.
‘’Saat itu saya langsung dimarahi, kenapa bisa berbuat begitu,’’ tuturnya.
Beruntung bagi FZ, meski sempat dimarahi, keluarganya akhirnya bisa bersabar setelah ia menjelaskan bahwa ia dipaksa untuk berbuat hal tersebut. ‘’Nasi sudah jadi bubur. Orangtua saya menyuruh sabar. Saya disuruh banyak-banyak berdoa,’’ katanya.
Hubungan antara dirinya dengan TA, kata FZ hanyalah sebatas teman, tak lebih dari itu. Ia membawa TA ke Jalan Labersa untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di antara keduanya.
‘’Saya antar dia malam itu. Kami diam-diam saja. Di jalan, pundak saya digigitnya dua kali. Saya tanya ada apa. Ketika mengobrol itu, jalan rumahnya terlewat,’’ jelas FZ.
Untuk menjelaskan duduk perkara, FZ lalu menghentikan sepeda motor yang dibawanya di Jalan Labersa.
‘’Kami sempat ngobrol-ngobrol di sana. Sudah bergurau juga. Tiba-tiba datang lima orang. Mereka menanya-nanyai dan minta kami ikut ke pos. Katanya mereka pemuda setempat,’’ katanya lagi.
Saat itu pula, kata FZ, TA mengenal salah satu pelaku. Maka dari itu pula, FZ merasa tak berbahaya ikut dengan lima pelaku.
‘’Tahu-tahu kami dibawa ke dekat gubuk kebun sawit di Pasir Putih. Mereka bilang, mau selesai di pos atau di sini. Kalau selesai di tempat, mereka minta uang Rp1 juta,’’ ungkapnya.
Disitulah, salah seorang pelaku mengatakan, mereka ingin lihat FZ dan TA bersetubuh. Keduanya lalu disuruh membuka pakaian.
‘’Saya cuma tinggal pakai baju saja. Mereka memaksa, tapi saya tak sampai melakukannya. Dia (TA) cuma saya peluk,’’ akunya.
Setelah dirinya, TA lalu dibawa oleh pelaku lain. Saat itu, TA kembali digagahi. ‘’Saya larang, tapi saya malah diusir,’’ katanya lagi.
Saat itu, kata FZ lagi, ia bukannya tidak mau menolong TA. Namun, ia yang hanya sendiri dan pelaku lima orang membuat nyalinya kecut.
‘’Gimana mau bela bang, lima lawan satu.. Apa lagi satu orang bawa tas. Saya takutkan mereka bawa senjata. Saya pikir, kalau saya mati, cewek ini pasti dibawa juga,’’ katanya.
Ketidakberdayaan ini jugalah yang membuat FZ takut mengungkapkan kebenaran saat ia dilepaskan pelaku. Ketika itu, tanpa mengenakan sehelai pakaianpun, ia disuruh berendam di dalam parit di pinggir jalan. Begitu masuk, ia ditinggalkan dan sepeda motornya diambil.
‘’Saya teriak minta tolong, ada warga yang datang dan memberikan pakaian. Saya lalu diantar ke Polsek Siak Hulu,’’ paparnya.
Begitu tiba di Polsek Siak Hulu, FZ mengaku ia melaporkan seluruh kejadian lengkap, kehilangan sepeda motor dan teman wanitanya diculik serta diperkosa. Oleh pihak Polsek Siak Hulu, ia diarahkan melapor ke Polsek Bukitraya.
‘’Di Bukitraya tidak saya laporkan TA diculik dan diperkosa, hanya dia dibawa orang. Karena saya takut keluarganya menyalahkan saya,’’ ucapnya.
Hal ini pulalah yang disesalkannya sekarang. Terutama perbuatannya yang tak sedikitpun membela TA. ‘’Kalau lihat sekarang, saya menyesal tidak menolong,’’ ujarnya tertunduk.
Meski dirundung masalah berat seperti sekarang, FZ bersyukur keluarganya selalu memberi dukungan. Ibu beserta keluarganya yang lain bergantian datang menjenguk. ‘’Alhamdulillah banyak yang datang,’’ katanya.
Air muka FZ berubah seketika begitu ditanyakan pandangan adik-adiknya atas apa yang dilakukannya, apalagi ia ternyata memiliki seorang adik perempuan yang masih SMP, belum lagi beberapa sepupunya juga perempuan.
‘’Kalau bisa jangan sampai tahu, bang,’’ ujarnya terisak dan berulang kali menyeka air mata yang menitik.
Kepada TA dan keluarga, FZ mengaku sangat menyesal atas apa yang terjadi. Namun ia berharap keluarga TA dapat objektif melihat permasalahan ini.
‘’Saya akui saya salah dan saya menyesal. Tapi saya harap juga diberi keringanan. Karena saya bukanlah otak pelaku seperti yang dituduhkan. Saya tidak kenal dengan yang lain, saya juga dipaksa,’’ ucapnya lagi.
Lain kisah FZ, lain pula penuturan TG. Pria kelahiran Medan 27 tahun yang lalu dan sudah 15 tahun menetap di Pekanbaru ini mengaku tak tahu menahu rencana bejat yang ia dan kawan-kawannya lakukan. Meski begitu, ia mengaku akhirnya tergiur dan ikut serta.
‘’Senin (19/11) sore sekitar pukul 17.00 WIB, AR datang menjemput saja. Saya diajak keluar,’’ kata pria yang sudah memiliki empat anak perempuan ini. Ia mengaku mengenal empat orang lainnya karena sering bersama minum tuak di salah satu kedai di tepi Jalan Pasir Putih.
‘’Malam itu kami sudah mau pulang. HR dan AR yang di depan. Kami liat dua orang berhenti di tepi jalan. Mereka langsung memutar dan berhenti ditempat dua orang itu,’’ katanya. Karena saat itu ia dibonceng, TG mengaku mau tak mau ia harus ikut pula.
TG mengakui apa yang mereka perbuat adalah salah, ia juga sempat melarang teman-temannya, namun larangan yang diberikannya hanya sebatas ucapan saja. ‘’Saya bilang, sudahlah,’’ urai TG.
Kondisi mereka yang dalam kondisi mabuk sehabis minum tuak saat itu membuat nuraninya tak bisa menang melawan nafsu setan yang menggelora. Setelah dua orang menggagahi TA, iapun tergoda. ‘’Setelah dua orang, saya jadi pengen juga,’’ katanya menerawang.
Meski mengaku tak sampai selesai melakukan perbuatan bejatnya, TG tetap harus menanggung tanggungjawab atas perbuatannya. Selain penjara yang menunggu, pernikahannya pun terancam hancur. Sang istri langsung mengamuk begitu tahu TG terlibat perbuatan bejat.
‘’Dia bilang, ‘aku ada di rumah, ngapain kau buat gitu juga di luar’,’’ ucapnya menirukan reaksi sang istri.
Belum lagi ia sudah memiliki empat anak perempuan yang masih kecil. ‘’Saya tak tahu bagaimana nantinya bang,’’ ujarnya tiba-tiba menangis begitu bercerita tentang anaknya. Kepada TA, TG juga meminta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang telah dilakukan. ‘’Saya menyesal. Saya khilaf,’’ ucapnya.
Perkembangan pengungkapan kasus ini sendiri belum menemukan titik terang. Pihak kepolisian masih kesulitan melacak keberadaan dua tersangka lain yang juga terlibat.
‘’Anggota kepolisian masih mengejar, namun kita duga pelakunya sudah tak di sini (Riau, red) lagi,’’ kata Kapolres Kampar, AKBP Trio Santoso kepada Riau Pos melalui Kapolsek Siak Hulu, Kompol M Sembiring. Meski begitu ia mengaku tak akan berhenti melacak sampai dua pelaku lainnya tertangkap. ‘’Rumah pelaku dan lokasi lainnya terus diintai,’’ pungkasnya.***