Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru lismarsumirat@riaupos.co
Pesatnya pembanguan Kota Pekanbaru, tidak diiringi dengan infrastruktur yang memadai. Seperti kondisi jalan alternatif di pemukiman penduduk yang selalu mengalami kebanjiran. Bahkan badan Jalan Mayar Sakti, sudah berlumut karena setahun terendam.
Susanti (23), mahasiswi Universitas Riau (Unri) tidak mempedulikan panasnya sengatan cahaya matahari, Senin (4/11). Ia pun mengendarai sepeda motor tipe matik warna hitam kesayanganya, menuju kampus melewati Jalan Manyar Sakti, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan.
Kondisi badan jalan yang lumayan mulus sejauh seratus meter memasuki ruas jalan alternatif yang dilewatinya, berbading terbalik usai melewati gapura Pondok Pesantren Dar El Hikmah yang berada di sisi kanan jalan.
Beberapa lubang ukuran puluhan centimeter hingga selebar dua meter langsung menyambut di tengah jalan.
Untuk mengitarinya, Santi memilih berkendara secara zik-zak untuk menghindari lubang yang menganga. Menjelang pagar tembok-tembok pondok di sebelah kanan jalan habis, Santi kembali harus melewati rintangan di badan jalan.
Jalan yang dilewatinya berupa jalan licin berlumut sepanjang 20 meter. Saking licinnya badan jalan yang dilewati, para pengendara roda dua yang hendak melewati terpaksa harus berkendara pelan, karena takut terpeleset dan tercebur di badan jalan yang telah setahun terendam.
Licinnya badan jalan yang dilewati, bukan karena aspal hotmix berwarna hitam legam. Tetapi disebabkan lumut yang telah mengubah warna dasar badan Jalan Manyar Sakti berwarna hijau tua yang berada di dasar badan jalan yang tergenang air setinggi hampir 20 centimeter.
‘’Kalau lewat di sini terpaksa harus hati-hati, kalau tidak ingin terpeleset dan tercebur di tengah genangan air,’’ tutur Santi.
Namun berbeda dengan Santi, Syamsul (22), pengendara lainnya memilih untuk berkendara di atas teras ruko yang berada di sebelah barat badan jalan. ‘’Kalau mau selamat, mending lewat di sini saja,’’ sahut Syamsul sambil melaju di teras ruko.
Menurut Anto, salah seorang warga Jalan Manyar Sakti, genangan air yang terjadi sejak setahun lalu tersebut berasal dari air buangan limbah rumah tangga dan air pemandian para santri.
‘’Bagaiman tidak banjir, yang mandi di situ, ribuan pelajar, ditambah lagi buangan limbah rumah tangga. Namun, saluran drainase yang mengarah ke Jalan Soebranas malah dangkal dan tersumbat,’’ papar Anto.
Anto sangat berharap, kondisi badan jalan yang rusak dan saluran drainase yang tersumbat bisa menjadi perhatian Pemko untuk segera dicarikan solusinya.
‘’Untuk menuntaskan genangan ini, pemko harus turun tangan. Alagi jalan ini dilewati ribuan mahasiswa dan warga setiap harinya,’’ kata Anto.(*4)