Laporan LISMAR SUMIRAT, Kota lismar_sumirat@riaupos.co
Sudahlah jatuh ditimpa tangga pula, itulah istilah yang disampaikan Ali Usman (51), orangtua dari Heltika Februari (25), penderita Dispepsia (nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas).
Saat disambangi Riau Pos, Selasa (3/9) siang, Ali masih bekerja membersihkan WC Pasar Limapuluh. Itulah pekerjaan yang bisa dilakukan Ali untuk menghidupi istri dan keempat anaknya.
Setelah berbincang bincang mengenai kondisi anak tertuanya yang telah berulang kali keluar masuk rumah sakit sejak dua tahun terakhir.
Usai membersihkan tangan dan kakinya, Ali langsung mengajak Riau Pos mengunjungi rumah panggung yang dikontraknya, Jalan Tanjung Jati, tepatnya di belakang Pasar Limapuluh.
Begitu tiba di rumah panggung berwana coklat itu, Ali langsung mengajak Riau Pos, masuk lewat pintu samping.
Dari luar rumah ini terlihat satu unit. Namun setelah masuk ke dalam, rumah ini ternyata disekat menjadi dua bagian. Di bagian depan juga disewa orang lain.
Sedangkan bagian tengah dan dapur disewanya Rp300 ribu per bulan. ‘’Ya beginilah kondisi rumah yang kami tempati. Jangankan memiliki rumah sendiri, tanah pun kami tidak punya,’’ tutur Ali menjelaskan kondisinya.
Di rumah tersebut hanya ada satu kamar yang ditempati Ali dan istrinya. Sekitar empat langkah dari depan pintu masuk, Heltika terbaring lemah.
Setelah dibangunkan Ali, Heltika kemudian menjawab sapa Riau Pos. Meski mukanya tidak menunjukkan kesedian atas cobaan yang menimpanya, ternyata apa yang dialami Heltika sangat berat.
Ketika ia berusaha bangun dari tempat tidurnya untuk mengambil air minum di dapur, untuk berjalan sekitar lima meter saja ia sudah sempoyongan sambil berpegangan pada dinding yang terbuat dari papan tersebut.
Diceritakan Heltika, penyakit yang silih berganti menghinggapinya telah terjadi sejak dua tahun lalu. ‘’Sebelum menikah, dua tahun lalu juga pernah masuk RSUD, karena menderita asam lambung dan demam berdarah. Saat itu saya sempat diopname beberapa hari,’’ tutupnya.
Saat disinggung Riau Pos mengenai pernikahannya, Heltika menuturkan pernah menikah kurang dari dua tahun lalu. ‘’Saya menikah dengan NM (27), pegawai kontrak Dinas Pemadam Kebakaran. dan kami sempat mempunyai anak. Namun hanya berusia lima bulan dia meninggal dunia. Sedangkan kondisi saya selalu sakit-sakitan,’’ tuturnya.
Apa yang dituturkan Heltika, membuat air muka Ali berubah, seketika suaranya parau dan air matanya jatuh mengenang apa yang dialami anaknya.
‘’Itulah nasib anak kami, sudahlah sakit berkepanjangan, kemudian anaknya meninggal dunia. Terakhir tiga hari menjelang lebaran ia diceraikan suaminya. Saat ini, apa yang dia makan, semuanya dimuntahkan lagi, karena penyakit yang dialaminya. Beratnya pun hanya berkisar 30 kilogram,’’ ucap Ali.
‘’Namun kami tidak akan menyerah, apapun kondisi ekonomi keluarga kami. Bagaimanapaun caranya saya akan berusaha untuk menyembuhkan penyakit anak saya hingg bisa sembuh seperti semula,’’ ujar Ali.(*3)