Laporan Hendrawan, Pekanbaru redaksi@riaupos.co
Para pengrajin rotan di Jalan Jenderal Sudirman seberang Jalan Pattimura adalah masyarakat yang merasakan dampak langsung pengerjaan dan kemacetan di area fly over.
Lebih kurang setahun terakhir pemilik kedai yang sebagian besar adalah pengrajin rotan mengalami penurunan omset yang sangat drastis.
Namun kini para pengarajin ini mulai merasa lega, karena fly over sudah hampir rampung dan macet sudah mulai terurai.
Siang itu, Kamis (2/8), beberapa kendaraan terlihat sedang berancang-ancang ingin parkir setelah menoleh ke sejumlah kedai kerajinan rotan di Jalan Sudirman. Terlihat tidak ada tempat parkir mereka kembali melaju. Hal serupa juga dirasakan wartawan saat ingin singgah di kedai-kedai yang didominasi bangunan non permanen ini.
Memang, sejak proyek fly over berjalan sekitar setahun lalu, kemacetan dan menyempit jalan di komplek kedai di Jalan Sudirman mulai dari RS Tabrani Rab hingga RM Simpang Raya itu menyulit para peminat pengrajin rotan untuk sekedar singgah.
Wartawan sendiri memilih parkir di area parkir RM Simpang Raya. Setelah turun, terlihat dua orang karyawan hotel berbintang di Kota ini sedang bongkar muat perabotan rotan.
Dua pria ramah ini mengangkut perabotan dari showroom-nya cukup jauh untuk masuk ke dalam mobil. ‘’Tak ada tempat parkir bang di depannya, berhenti saja susah. Kami beli harus angkut ke parkiran sana,’’ ujar salah seorang dari mereka sembari menunjuk areal parkir RM Simpang Raya.
Dua pria ini baru saja memborong kerajinan rotan milik Safrial, pengrajin rotan yang sudah eksis di lokasi ini sejak 1975 silam.
Syafrial kita disapa Riau Pos tidak banyak senyum kendati baru menjual sejumlah dagangannya. Syafrial memang tudak segembira dulu lagi ketika omzet perbulan kerajinan rotannya mencapai Rp13 juta perbulannya. Sejak sering diterpa macet dan hilangnya area parkir di pekarangan kedainya itu, omsetnya menurut drastis.
‘’Sekarang kurang dari separuhnya, sekarang itu sudah sama dengan rugi, paling cuma Rp6 juta, perbulan,’’ ungkap pria berumur ini lemah. Lemah karena sedang berpuasa, juga lemah karena omset turun sampai setengah.
Namun di balik kesedihan itu, sekilas air muka Syafrial cerah ketika wartawan menyampaikannya fly over tersebut segera rampung dalam Agustus ini. Karena menurutnya, bila fly over selesai berarti tidak ada lagi macet dan berharap omset penjualannya kembali baik.
‘’Kami senang fly over siap, apalagi sekarang sudah bisa melihat ke seberang (tidak macet, red). Kalau sudah siap kan minimal tak ada macet lagi dan mudah-mudahan penjualan lancar lagi, ‘’ ujar Syafrial.
Pria ini bercerita, untuk pesanan perabot memang tidak berkurang karena memang selalu fluktuatif dan sudah punya langganan. Namun pembeli yang datang atau singgah karena melihat dari tepi jalan yang menurun drastis.
Kartini, juga seorang pegrajin rotan di lokasi seberang makam pahlawan ini juga menumpukan harapan pada selesainya fly over. Kartini sendiri merasakan dampak pembangunan fly over.
‘’Kalau dulu bisa sampai 12 orang bekerja membantu disini, sekarang tinggal lima atau enam orang,’’ ujar Kartini.***