Wartawan Riau Pos Terbitkan Kumpulan Cerpen

Pekanbaru | Selasa, 03 April 2012 - 09:10 WIB

PEKANBARU (RP)-Wartawan Riau Pos, Hary B Kori’un, menerbitkan buku terbarunya, yakni kumpulan cerpen Tunggu Aku di Sungai Duku. Buku setebal 112 halaman ini berisi cerpen-cerpen yang sudah dimuat di berbagai media massa kurun waktu 1993 hingga 2010.

Diterbitkan oleh Palagan Press, sebuah penerbitan independen di Pekanbaru, buku ini kini sudah menyebar ke semua toko buku  di kota-kota besar seluruh Indonesia sejak awal Februari 2012 lalu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Sudah lama saya ingin membukukan cerpen-cerpen saya yang tercecer di berbagai media, dan alhamdulillah kini sudah tercapai,” jelas Wakil Pemimpin Redaksi Riau Pos ini, Senin (2/4) kemarin.

Hary menjelaskan, rencananya kumpulan cerpen tersebut akan diluncurkan dan didiskusikan dalam acara sederhana pertengahan atau akhir April 2012  ini di Pekanbaru. Lamanya selang waktu penerbitan dengan peluncuran, menurut Hary, karena berbenturan dengan berbagai kesibukanya.  

Menurut penulis novel Nyanyian Kemarau yang masuk nominasi Anugerah Sagang 2010 ini, 11 cerpen yang terangkum dalam buku tersebut memperlihatkan perjalanan proses kreatifnya yang berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Ada cerpen yang ditulisnya tentang kampung halamannya di Jambi, saat masih belajar menulis di Padang, ketika tinggal di Jakarta, juga ketika sudah di Pekanbaru.

“Cerpen-cerpen tersebut memiliki rasa yang berbeda, namun saya selalu bercerita tentang persoalan sosial, orang-orang yang dikalahkan oleh nasib, yang dibalut dengan persoalan cinta, jelas peraih Ganti Award 2004  lewat novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri ini.

Cerpen yang menjadi judul buku ini, “Tunggu Aku di Sungai Duku”, misalnya, bercerita tentang seorang wanita yang menunggu kekasihnya yang pergi berlayar hingga bertahun-tahun lamanya dan tak pernah kembali. Di Pelabuhan Sungai Duku itu, sambil menunggu kekasihnya,  si wanita menjadi saksi berbagai persoalan yang terjadi di Riau, mulai dari asap kabut yang selalu datang setiap tahun, penggusuran lahan oleh kapital besar seperti perkebunan dan perusahan hutan, hingga persoalan kemiskinan yang terus terjadi.

Selama hampir dua bulan dipasarkan, menurut Hary, tanggapan pembaca cukup lumayan. “Harus diakui, pasar buku sastra, apalagi kumpulan cerpen, memang dari dulu hingga kini tak semeriah novel populer atau novel-novel dengan label ‘pembangun jiwa’ yang kini membanjiri toko buku.  Tetapi tanggapan pasar hampir dua bulan ini cukup lumayan,” jelas lelaki yang diundang dalam pertemuan sastrawan internasional di Bali ini.(fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook