Kasus DBD Telan Satu Nyawa

Pekanbaru | Jumat, 03 Januari 2014 - 08:18 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sepanjang 2013 Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat ada sekitar 109 kasus DBD, dan dari jumlah itu satu diantaranya meninggal dunia. Meninggal dunia ini disebabkan karena penanggulangannya terlambat.

Hal ini disampaikan langsung Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, Dr Rini Hermiyati kepada Riau Pos, Kamis (2/12).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Sampai hari ini dan sepanjang 2013 kasus DBD di kota Pekanbaru itu tercatat 109 kasus. Satu yang meninggal itu adalah anak-anak usia 6 tahun warga Marpoyan Damai, meninggal karena penanganannya terlambat,” ujar Rini.

Disebutkannya, jika dibandingkannya dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan jumlah, 159 kasus di tahun 2012 dan di 2013 109 kasus. “Terjadi penurunan, dan berharap terus menurun dan masyarakat sadar kebersihan lingkungan untuk sehat,” ungkapnya.

Dijelaskannya, kasus DBD ini akan meningkat dalam hitungan lima tahunan, jadi pihakanya terus melakukan pencegahan dan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak terjadi KLB kasus DBD.

“Kebersihan lingkungan menjadi kunci terhidar dari DBD,” sambungnya.

Dinas Kesehatan dinilai lamban melakukan pencegahan, meski masyarakat sudah minta dilakukan fogging. Terutama masyarakat yang menjadi korban banjir.

Dijelaskan Rini, saat ini Dinas Kesehatan mencoba untuk merubah pola pikir masyarakat mengenai upaya fogging ini. Disebutkan juga Wali Kota (Wako) mendukung. Apalagi untuk merubah pola pikir itu tidak mudah, perlu dilakukan terus menerus.

Melalui DPRD juga, Rini menyampaikan soal fogging. Ditegaskan untuk mengantisipasi atau pencegahan DBD itu bukan dengan fogging.

“Pencegahan itu mesti dilakukan dengan 3M plus, dengan menutup, menimbun, dan juga mengubur. Untuk yang plus itu tentu tindakan-tindakan, pembersihan. Fogging itu sangat berbahaya terhadap saluran pernapasan,” katanya.(gus)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook