PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Festival kue bulan atau Zhong Qiu yang digelar pada Jumat (29/9) malam berlangsung meriah dengan ornamen khas Tionghoa.
Berlokasi di Jalan Karet atau yang dikenal sebagai Kampung Tionghoa di Pekanbaru. Ribuan masyarakat tumpah ruah merayakan kemeriahan festival kue bulan yang dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekanbaru Indra Pomi Nasution, didampingi Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya.
Menurut Ketua Pelaksana acara Romo Toni, dalam rangkaian festival kue bulan juga diadakan perlombaan menghias lampion, lomba fotografi dan berbagai kegiatan lainnya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh organisasi yang telah hadir. Ada sekitar 1.650 orang yang ikut dalam kegiatan kita. Dan kalau ditambah dengan pengunjung mungkin sampai 2.000 orang,” ujar Romo Toni.
Dirinya mengatakan kegiatan malam ini berjalan lancar dan sangat meriah. Apalagi kemarin sempat terhenti selama tiga tahun karena Covid-19.
“Kita lihat malam ini sangat meriah, semoga ke depannya kegiatan ini bisa lebih meriah lagi ,” sebutnya.
Sementara itu, Sekda Pekanbaru Indra Pomi Nasution mengucapkan terima kasih kepada panitia yang sudah melaksanakan festival kue bulan ini. Kegiatan ini memang menjadi sebuah tradisi dari masyarakat Tiongkok yang sudah turun temurun yang mampu dilestarikan dari abad 16 sebelum Masehi sudah diperingati dan dilaksanakan di Tiongkok hingga saat ini.
Ia mengaku sangat bahagia dengan kegiatan yang bertemakan “Merajut Kebersamaan Menuju Indonesia maju”. Pasalnya, memang banyak elemen yang ada di Indonesia termasuk di Pekanbaru. Di mana ada sekitar 37-an etnis di Pekanbaru termasuk Tionghoa, ini merupakan etnis yang kita anggap sama di Pekanbaru.
“Gabungan etnis ini menjadi masyarakat Melayu Kota Pekanbaru, yang mana semua mesti bersatu padu untuk membangun Pekanbaru,” katanya
Berkenaan dengan festival ini, Pemko sangat menyambut baik dan berharap festival ini menjadi agenda tahunan. Biasanya, agenda tahunan yang dilaksanakan setiap tahun itu makin lama makin ramai, sehingga nanti kegiatannya akan lebih bertambah meriah dan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pekanbaru.
“Nanti tak hanya diikuti oleh masyarakat Pekanbaru, tapi dari luar Riau seperti Selatpanjang, Rohil, Bengkalis, bahkan harapannya dari luar Riau juga seperti Jakarta dan daerah lain datang ke sini untuk menyaksikan festival kue bulan,” harapnya.
Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya menceritakan, histori dari perayaan ini, ketika memasuki musim dingin (gugur) yang sebelumnya dari musim panas (Mei-Agustus). Pada saat itu juga hasil panennya baik sehingga disyukuri.
“Biasanya, orang dulu festival ini menjadi ajang mencari jodoh. Karena keliling pakai lampion. Jadi kan berkumpul, sehingga jadi ajang untuk mencari jodoh juga,” ujar Stephen Sanjaya.
Dikatakan Stephen, dikatakan kue bulan itu berasal dari Sejarah Putri Bulan. Jadi ada seorang raja memberikan obat ramuan kepada seorang wanita. Harusnya obat tersebut diberikan kepada suaminya.
Raja atau Kaisar itu berpesan agar ramuan tersebut diberikan setengahnya kepada suami perempuan tersebut dan setengah lagi untuk perempuan tersebut. Tapi karena terlalu senang, dirinya justru meminum semua ramuan tersebut. Setelah itu, tubuhnya menjadi ringan. Pada saat dirinya mulai mau melayang, dia mencoba meraih sesuatu agar tubuhnya tidak terbang. Yang diraih itu kandang kelinci dia termasuk kelincinya ada di dalam dibawa.
“Makanya dia naik ke bulan, sehingga disebut Putri Bulan. Makanya di dalam kue bulan itu biasanya ada kuning telur yang melambangkan bulannya itu.(ayi)