PEKANBARU (RP) — Hujan disertai petir yang terjadi di Riau disebutkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru disebabkan Riau memasuki musim peralihan (Pancaroba) dari musim hujan ke musim kemarau. Untuk itu perlu diwaspadai terjadinya petir yang diawali dengan hujan mengingat sudah ada beberapa korban tewas akibat tersambar petir.
Kepala Kantor BMKG Pekanbaru, Ferry Sitorus melalui staf analisa Slamet Riyadi kepada Riau Pos, Rabu (1/5) menyebutkan, posisi matahari saat ini berada diatas equator makanya penguapan suhu cukup bagus, dan inilah yangmemicu pertumbuhan hujan ekstrim yang disertai dengan sambaran petir, serta puting beliung.
‘’Pengaruh cuaca lokal juga sangat mendukung terjadinya kondisi ini, karena suhu siang hari cukup panas, dan pebentukan awannya bagus. Imbauan kami, karena musim pacaroba rawan terjadi petir dan merata, ini harus diwaspadai, kata Slamet.
Dari kondisi matahari yang berada di atas equator itu, maka penguapannya bagus, pembentukan awan juga bagus. ‘’Ini yang menjadikan hujan lebat dan petir. Di samping itu dari tolak anginnya, angin di wilayah Riau itu secara umum pas di daerah pembelokan, sehingga biasanya anginnya rendah, otomatis pembentukan secara vertikalnya bagus,’’ jelasnya lagi.
Bagaimana dengan kekuatan petir yang dihasilkan? Dikatakannya, soal kekuatan petir yang terjadi tidak bisa diukur. ‘’Soal petir, kekuatannya tidak bisa diukur, kami tidak bisa mengukur, kami hanya bisa mendeteksi daerah-daerah yang terjadi. Itu pun di daerah sambaran ketika sudah terjadi. Sulit untuk memprediksi petir itu,’’ tuturnya.
Jenazah Korban Belum Dikebumikan
Sementara itu, jenazah Joni Waruhu (25), satu dari korban tewas disambar petir di kawasan Duri IV, Jalan Tegal Sari Ujung Desa Sebangar Senin (29/4) petang lalu masih belum dikebumikan hingga Rabu (1/5) siang. Alasannya, masih menunggu seluruh saudara korban dari Aceh dan Medan.
“Hingga pukul 14.00 WIB, saya belum melihat ada arak-arakan jenazah Joni yang rencananya hendak dikebumikan di TPU Balairaja hari ini (kemarin, red),” kata Rahmat Yusuf, Ketua BPD Balai Makam yang juga salah seorang pemuka masyarakat Jalan Tegal Sari Balai Makam, petang kemarin.
Menurut Rahmat yang rumahnya hanya berjarak sekitar satu kilometer dari rumah tempat Joni disemayamkan, pemakaman warga asal Nias itu masih belum ada kejelasannya. “Rencananya Selasa, lalu diundur jadi Rabu. Tapi sampai jam dua tadi saya tak juga melihat ada arak-arakan jenazah yang melintas hendak menuju ke TPU Balairaja. Ada yang menyebut, pengebumian baru besok (hari ini, red),” katanya lagi.
Dari informasi yang diperoleh Rahmat Yusuf, pemakaman Joni masih diundur karena menunggu seluruh saudaranya datang. Jenazahnya pun sudah diawetkan agar tak membusuk menjelang dimakamkan. “Mendiang beragama Kristen. Menurut informasi sudah disuntik,” katanya lagi.
Dua korban tewas akibat sambaran petir Senin petang lalu, masing-masing Alzizan (35) dan Joni Waruhu, menurut Rahmat merupakan warga Desa Balai Makam. Hanya saja, pada saat kejadian mereka sedang bekerja sebagai buruh di tungku batu bata di kawasan Jalan Tegal Sari Ujung dalam wilayah Desa Sebangar. “Sebagai buruh, biasanya mereka berpindah-pindah. Kadang di Balai Makam, kadang di Sebangar. Namun mereka masih tetap warga Balai Makam,” katanya.
Terkait petir maut di kawasan itu, sepengetahuan Rahmat baru kali ini yang merenggut korban jiwa. Dia berharap peristiwa naas itu tak bakal terulang lagi. “Penduduk setempat kebanyakan buruh batu bata yang taraf kehidupannya masih memprihatinkan. Kalau tak bekerja, periuk mereka tak berasap. Kalau ada korban lagi, kita prihatin karena bakal makin banyak anak yang menjadi yatim,” ucapnya.(gus/sda)